Sabtu, 11 Juli 2020

Membingungkan


Kacau.
Membingungkan.
Semuanya membingungkan.
Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri.
Nggak serta merta merasa senang diberi tanggung jawab lagi.
Tapi dilain hal ada yang harus menyerah dengan keadaan karena tidak mampu dari segala sisi.
Ingin menyalahkan.
Tapi membingungkan.
Hanya berharap semuanya akan berjalan lancar lagi.
Nggak ada lagi yang akan merasa didiskriminasi.
Nggak ada lagi yang akan berusaha mengelak tidak melakukan apapun.
Nggak ada lagi yang akan berkata A di depan. Tetapi berkata B di belakang.
Berharap semuanya baik-baik saja.

Senin, 12 Agustus 2019

Review Hate First, Love You Later - Nimas Disri






Hate First, Love You Later
“Karena aku tahu, jalan pulang itu rindu, dan rumahku tetap kamu”
Nimas Disri
Gagas Media
2019
Rp 88.000 (harga P. Jawa)

*
*

“Gwen, ke ruangan saya!”
“Gwen, beresin laporan hari ini juga!”
“Gwen, nanti ikut saya meeting!”
“Gwen, besok pagi ikut saya ke Surabaya ketemu klien!”

Setiap mendengar suara perintah itu, pasti ada kesal yang dirasakan Gwen. Punya bos yang suka memerintah dan nggak mengerti perasaan karyawannya itu bikin makan hati. Gwen merasakannya setiap hari. Dia pun heran, kenapa selalu dia yang ditugaskan untuk berhadapan dengan Bara. Arrrggghhh!

Namun, belakangan Bara sering menghampiri Gwen yang sedang menunggu ojek online, lalu menawarkan pulang bareng. Apa yang sebenarnya terjadi? Gwen pun bingung. Semakin Gwen berusaha menjauh, Bara malah memberinya tugas yang mengharuskan mereka berdua bertemu. Kenapa sih sebenarnya bos gue ini? Pertanyaan yang berusaha Gwen cari tahu jawabannya.
.
.
Itu blurb untuk kisah Gwen dan Bara.
Hate First, Love You Later adalah karya dari Nimas Disri yang menceritakan tentang kisah Gwen dan Bara.
Dari blurb dapat terlihat bahwa kisah keduanya ini termasuk dalam office romance. Itu yang pertama kali aku tangkap ketika membaca blurbnya.
Buku ini berkisah tentang Gwen Paradista yang menjadi salah satu karyawan swasta di sebuah perusahaan ecommerce sebagai business development di salah satu start up terkemuka yang menyediakan tiket untuk berbagai event.
Bos di kantor Gwen adalah Bara Dhananjaya. Bos rese galak yang selalu memberi lembur dan menyuruh Gwen untuk cepat menyelesaikan tugas-tugas kantornya.
Bos yang hanya galak kepadanya.
Bos yang beberapa kali menangkap basah ketika Gwen dan Andin sedang bergosip tentang Bara.
Selain interaksi Gwen dan Bara. Ada juga interaksi Gwen dengan dua sahabatnya, Andin dan Syila. Dua sahabat yang selalu ada untuk Gwen. Dua sahabat yang menjadi tim lambe turahnya ketika menggosipkan Bara.
Lalu interaksi antara Gwen dan Reno, seseorang yang amat sangat berarti dalam hidup Bara. Yang membawa Gwen kepada sisi lain seorang bos galak seperti Bara.
.
.
“Kalau bisa tatap muka sama klien, kenapa harus by whatsapp?
Whatsapp itu diciptakan utnuk memudahkan pekerjaan, bukan menjadi media utama komunikasi dengan sesama manusia. Komunikasi utama tetaplah bertatap muka”
.
.


Ada beberapa hal yang aku suka dari buku ini.

  • Cover

Warnanya, font hurufnya dan name tag sebagai identitas bahwa buku ini punya setting tentang dunia kerja

  • Dialog

Ya. Dialog-dialog dengan bahasa keseharian yang mudah dicerna.

  • Narasi

Penulis menyajikan narasi yang enak untuk diikutin. Walau dibeberapa bagian ada hal-hal yang sedikit mengganjal karena punya olahan kalimat yang diulang.

  • Tokoh

Interaksi antar tokohnya. Terutama interaksi Gwen dan dua sahabatnya, Andin dan Syila.
Untuk interaksi Gwen dan Bara sendiri ada di beberapa bab yang rasanya terlalu dipaksakan untuk ada.
  • Quote
Ada beberapa quote yang pas dengan keadaan saat ini
.
.
“Ternyata bahagia itu tak semuanya harus ditunggu. Mengejar mungkin sebuah pilihan untuk tak terlalu lama mengubur rindu dan menjadikan itu bahagiamu.”
.
.
Lalu apa yang aku harapkan dari buku ini:
Interaksi tokoh utama yang perlu lebih diperdalam. Kekonsistenan sikap keduanya. Di pertengahan buku, baik sikap Gwen ataupun Bara mulai goyah karena interaksi mereka yang semakin intens.
Bara yang galak terhadap Gwen mulai menunjukkan sikap merajuk yang membuat Gwen sering memandangnya tak mengerti.
Begitupun dengan Gwen yang mendadak luluh dengan apa yang dilakukan oleh Bara.
.
.
“Senja mungkin tak akan pernah seindah ini jika bukan dengan manusia yang tepat. Senja tak selalu berarti warna jingga yang membuat hati menghangat. Namun, senja akan tetap kembali ke peraduan walau tak selalu menyisakan senyuman.”
.
.
Lalu apa yang pembaca perlu tahu tentang buku ini:
1.     Konflik yang disajikan
2.     Interaksi antara Gwen – Bara, Gwen – Reno, Gwen-Andin-Syila, Gwen – Aryo.
3.     Load pekerjaan yang dihadapi Gwen yang menyebabkan dia harus selalu berinteraksi danmenjadi begitu kesal dengan apa saja yang berhubungan dengan Bara.
.
.
Secara keseluruhan aku suka dengan cerita yang disajikan. Walau ada dibeberapa bagian yang masih mengganjal. Tapi interaksi antar tokoh dan dialog yang dituliskan jadi hiburan sendiri untuk aku yang sedang reading slump.
Sejak pertama kali buku ini datang aku langsung baca dan selesai dalam 2 hari. Lalu karena jadwal reviewnya ternyata baru dapat di bulan Agustus ini, aku re-read untuk kembali mengingat kisah Gwen dan Bara ini :’)
Karena jujur saja, agak lupa. Bahaya kalau review tapi nggak memahami isinya dengan benar .-.

.
.

“Perpisahan itu tidak pernah indah, tetapi itu yang harus dihadapi. Berpisah bukan berarti berperang. Berpisah banyak mengajarkan menjadi dewasa dengan cara-cara yang tak terduga. Perpisahan bukan tentang penyesalan, melainkan penerimaan untuk terus dijadikan pelajaran.”

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...