Dulu aku
selalu mencibir tak suka ketika melihat seseorang berdiri di depanku dengan
wajah murung tak jelas. Ketika aku bertanya, ia akan menjawab, “Aku lagi galau.
Dia nggak mau datang ke rumah hari ini karna aku nggak balas sms-nya.”
Oh God.
Apakah hanya hal seperti itu saja bisa membuat seseorang uring-uringan seperti
cacing kepanasan! Isssssssssh, menggelikan.
Lalu mereka
akan balik mencibir kepada, “Yang single mah nggak pernah ngerti rasanya galau.
Temanannya cuma sama bantal guling.”
Bagus. Hanya
karena aku tak mempunyai seorang kekasih, mereka sudah mencibir seperti itu.
daripada mereka, punya kekeasih tetapi selalu dicuekin oleh kekeasih
masing-masing. Hah rasakan itu.
Aku
tahu bahwa karma itu akan berlaku. Entah kapan. Tapi yang pasti, setiap ucapan
yang kita lontarkan akan berbuah dan kembali ke diri sendiri.
Dan sekarang
aku benar-benar ingin tenggelam atau mengguburkan diri ke dalam tanah. Karma itu
benar-benar berlaku kepadaku.
Andrew aku mohon, tolong jawab telponku. Aku
membutuhkanmu sekarang.
Rasanya
aku ingin melempar ponselku ini ke dalam laut. Malam ini ragaku seolah terbelah
dua. Yang satu ada padaku. Lalu yang satunya dibawa pergi oleh pemuda itu. aku
seolah melayang tak tentu arah.
Aku tahu
bagaimana rasanya sekarang. Rasa cemas ini seolah menggerogoti hatiku. Mencabik-cabiknya.
Andrew.
Angkat telponku.
Tuhan,
kemana pemuda itu. aku hanya cemas karena ia tak memberiku kabar selama dua
hari ini. Aku tak tahu kabarnya sama sekali.
Ia pergi,
menghilang, tak terdeteksi, mengabur.
Aku mencemaskan
mu.
Hatiku serasa
kosong sebelah karena tak mengetahui kabarmu selama dua hari ini. Tolong kabari
aku secepatnya. Aku mengkhawatirkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar