Semester 2.
Kuliah semester dua itu
lebih suram daripada waktu kuliah semester satu.
Kenapa?
Waktu semester satu.
Mata kuliah ekonomi bukan dosen aslinya yang ngajar. Padahal empat kelas yang
lain bapaknya yang ngajar. Sedangkan kelas ku nggak. Asisten dosennya yang
ngajar. Dan waktu final test, ada soal untuk mencari Equilibrium, hanya kelas
kami yang nggak bisa sama sekali ngerjakan. Apa-apaan? Kami bayar uang kuliah
dengan jumlah yang sama. Tapi dapat perlakuan yang beda.
Dan sekarang semester
dua.
Hanya karena kesalahan
beberapa orang. Satu kelas dipukul rata untuk dapat hukuman. Nggak adil!!! Yang
berbuat salah siapa, yang harus menanggung kesalahan siapa.
Dosennya ini loh. Dulu
beliau selalu bercanda. Setidaknya akrab sama semua mahasiswanya di kelas. Tapi
karena kesalahan yang dibuat sama yang lain. Kelas jadi suram. Bapaknya dendam.
Nggak mau senyum. Boro-boro bercanda. Ditegur saja, senyumnya tepaksa.
Padahal di kelas lain
itu, mereka berbuat kesalahan lebih dari satu kali dan itu juga fatal.
Kenapa juga bapaknya
harus memandang kelas yang lulus PBUD dengan begitu tinggi? Ketika dia kecewa, semua orang (satu kelas)
dia salahkan.
Itu bikin beban
sendiri.
Menyebalkan.
Dulu yang selalu dipuji
karena keramahannya, sekarang setiap buka modul untuk mata kuliahnya jadi
malas-malasan dan nggak ada nafsu untuk belajar.
Dosen yang lain juga.
Senang sekali membanding satu kelas dengan kelas lainnya. Nggak pernah mau
nerima jawaban yang dilontarkan mahasiswa untuk pertanyaan yang beliau
tanyakan.
POKOKNYA.
Kuliah semester dua itu
menyuramkan.
Dikira kuliah bakal
sedikit santai daripada waktu sekolah dulu.
Hah. Tapi ternyata
malah lebih padat.
Berangkat setengah
tujuh pagi. Pulang jam dua. Sampai rumah jam tiga. Nggak ada waktu istirahat
yang cukup. Dan itu terulang dari hari Senin sampai Sabtu. Belum lagi tugas.
Dan yang lebih parah
lagi. Ini untuk kedua kalinya mengubur cita-cita. Dulu waktu mau masuk SMA dan
masuk jurusan Bahasa. Dilarang. Harus masuk SMK jurusan Administrasi
Perkantoran. Tidak menyesal. Hanya sedih. Kenapa untuk kuliah harus masuk ke
D3. Sudah belajar keras untuk bisa lulus di SNMPTN undangan. Malah berakhir
sia-sia.
Lulus SNMPTN undangan
di Universitas Brawijaya jurusan Sastra Perancis. DAN LAGI-LAGI harus
digagalkan.
Sesuatu yang disenangi
dari dulu. Sesuatu yang dicita-citakan dari dulu. Sesuatu yang ingin dipelajari
dari dulu. Sesuatu yang sudah ada ditangan. Tapi harus dibuang percuma karena
harus menuruti keinginan orang tua. Memang sih masih bisa belajar sendiri. Baca
buku yang banyak. Tapi tetap aja, sudah dapat kesempatan untuk belajar lebih
dalam, harus dibuang.
Entah kapan bisa
belajar sastra lebih jauh. Harus menamatkan Administrasi Bisnis ini dulu. Kadang
menyesal menjadi seseorang yang terlalu sensitive, cengeng. Tidak bisa tegas
untuk mempertahankan sesuatu yang sudah ada ditangan. Yang selalu dicari hanya
saat teman yang lain sedih. Pernah ada yang bilang hanya dijadikan ‘tong
sampah’. Kadang jengkel dengan diri sendiri.
Menjengkelkan.
Memuakkan.
Kuliah semester dua itu
menyuramkan untuk proses belajar mengajarnya.
Bukan untuk suasana
kelas dan teman-temannya.
Hanya kadang menyesali
sesuatu itu perlu. Dan ini sedikit penyesalan yang sudah ditumpuk sekian lama.
Hahaha cengeng sekali
jadi orang.
Suci. Cengeng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar