Part 11
Gabriel, Rio dan Ozy jatuh cinta ( Gabriel: sivia oh sivia)
Sivia terbangun ketika telinganya mendengar suara ribut-ribut dari bawah. Sepertinya suara-suara itu berasal dari dapur.
Sivia bangun dan menoleh kearah jam dinding berbentuk kepala bugs bunny yang tertempel di sebelah lemarinya. Jam baru menunjukan pukul 05.00 pagi. Sivia mengerutkan keningnya bingung. Siapa yang pagi-pagi seperti ini sudah membuat ribut?.
Pembantunya? Nggak mungkin ah. Pembantunya saja jam 5 sore tadi baru saja pamit untuk cuti beberapa waktu. Jadi siapa yang ribut-ribut di dapur itu?
Dari pada menerka-nerka yang tidak-tidak. Sivia memutuskan untuk melihatnya sendiri ke dapur.
-dapur-
Sesampainya di dapur, via bertambah bingung ketika melihat papanya yang sedang mengurut tengkuk mamanya. Memangnya ada apa?
“pa” panggil via
Papa via menoleh kebelakang. Melihat putri tunggalnya yang sedang berdiri di ambang pintu dapur. Masih sangat berantakan. Sepertinya ia terbangun karena mendengar suara berisik dari dapur.
“mama kenapa pa?” Tanya via seraya duduk di kursi meja makan.
“masuk angin kayaknya vi. Kamu tolong ambilkan minyak kayu putih dong” pinta papanya.
Via berdiri dan berjalan ke lemari penyimpanan obat. Mengambil botol minyak kayu putih berukuran sedang.
“nih pa” via menyodorkan botol itu.
Papa via mengoleskan ke tengkuk istrinya. Lalu memijitnya lagi. “udah enakan ma?” Tanya papa via. Mama via hanya menggeleng saja.
“mama kenapa?” Tanya via
“nggak tau sayang. Tapi perut mama mual banget. Hoek” mama via tiba-tiba muntah. Untung saja sejak tadi beliau sudah berdiri di depan wastafel.
Sivia dan papanya jadi bingung. Via beranjak untuk membuatkan mamanya teh hangat. Sedangkan papanya masih membantu mama via.
“duduk dulu yuk ma” ajak via seraya menggamit tangan mamanya. Dengan di Bantu oleh papanya. Mama via duduk dan meminum sedikit teh yang dibuatkan via. Namun belum apa-apa. Mama via kembali muntah lagi.
“apa kita panggil dokter aja pa?” usul via. Papanya mengangguk setuju. Setelah itu via pergi untuk menelpon dokter.
****
“jadi selamat ya pak. Sebentar lagi anda akan punya momongan baru” ucap dokter itu seraya menjabat tangan papa via.
“serius dok?” Tanya papa via kaget
Dokter mengangguk yakin. Sambil memamerkan senyumnya, dokter menjelaskan kepada via dan papanya. “sangat serius. Usia kandungan istri anda sudah masuk minggu ke tiga”jelas dokter. “Via mamanya di jagain ya” lanjut dokter itu lagi.
Matanya via berbinar-binar senang. Akhirnya setelah 15 tahun hidup menjadi anak tunggal. Sebentar lagi via akan mempunyai adik baru. “pasti dok” janji via penuh keyakinan.
Mama via mengelus kepala via yang sekarang duduk di dekatnya. Beliau tersenyum senang.
“baiklah sepertinya saya harus pamit. Ibu harus jaga kesehatan ya. Dan buat kalian semua. Sekali lagi selamat” ucap dokter tulus. Mama via menganggukan kepalanya. Dan via mencium tangan dokter itu. Sementara papa via mengantarkan dokter keluar kamar.
Setelah dokter pergi. Via melonjak senang.
“ye ye via punya adik” ucap via girang seperti anak umur lima tahun yang baru di beri hadiah.
“selamat ya mama” via memeluk mamanya.
“makasih sayang” balas mamanya
“udah udah. Via sekarang mandi. Sudah mau jam enam tuh” kata papanya sambil menunjuk jam. Via nyengir, lalu beranjak pergi kambali ke kamarnya untuk bersiap ke sekolah.
****
Via turun dari mobil tepat di depan gerbang sekolahnya. Sambil mencium tangan papanya, via tersenyum manis.
“belajar yang rajin ya sayang” pesan papanya. Via mengacungkan jempolnya “sip pa”
Via masuk ke gerbang sekolah dengan bersiul-siul senang. Walaupun baru 2 minggu ia masuk ke sekolah ini, tapi via sudah merasa nyaman. Lingkungan dan suasana sekolah yang bersahabat dengannya membuat via nyaman.
“wush pagi-pagi udah siul-siul neng. Lagi happy nih kayaknya” sapa seseorang sambil menepuk pundak via.
Via hanya tersenyum “hehe benar yo” balas via. Oh ternyata orang itu Rio toh.
“senang kenapa? Dapat pacar ya?” tebak Rio asal.
Via meninju pelan pundak Rio “sembarangan. Ada deh” sembunyi via.
“elah pake rahasia-rahasian segala. Hal baik itu harus saling di bagi loh” nasihat rio sok. Via tertawa mendengar itu.
Dari parkiran Gabriel melihat adegan itu panas. Seperti ada api yang menyembur ke arahnya. Enak sekali si Rio itu. Pagi-pagi begini main sok-sok an dekat sama via segala. Emangnya nggak tau apa dia kalau sekarang iel sedang panas?
“awas lo ya yo. Liat ntar” batin iel geram.
Iel juga ingin bisa mengobrol hangat pagi-pagi begini dengan via. Eh ini malah di duluin sama adiknya. Iel menyelip di tengah-tengah Rio dan Via. Dengan stay cool.
“hai vi” sapa Iel
Via menoleh dan melihat siapa yang menyapanya. “hai kak. Pagi”
“eh kak iel. Pagi kak” sapa Rio dengan tampang polos tak berdosa. Iel menoleh dan melotot ke Rio yang di balas dengan cengiran Rio. Seminggu yang lalu iel sudah cerita ke rio, ozy, Alvin dan shilla kalau ia menyukai via.
“vi kayaknya bakal ada orang ngamuk. Gue ke kelas duluan ya. Dah” pamit Rio dan kabur dari iel. Iel hanya mengepalkan tangannya. Ingin rasanya tangannya yang terkepal ini mendarat bebas di kepala Rio.
Via hanya menatap Rio bingung. “emang siapa yang mau ngamuk kak?” Tanya via bingung.
Iel menoleh dan tersenyum. “udah lupain aja. Rio itu emang nggak jelas”
Mereka berdua bersama-sama melanjutkan perjalan ke kelas. Dengan di selingi oleh lelucon-lelucon iel.
“hmm vi” panggil Gabriel
“iya kak”
Gabriel menarik nafas “hmm kan nanti Cuma ada dua pelajaran yang aktif. Lo mau nemenin gue nggak?” Tanya iel ragu-ragu
“mau kemana emangnya kak?”
“tapi lo mau kan?”
“asal nggak ke tempat aneh-aneh aja” balas via sambil nyengir
Iel tersenyum senang “sip. Nggak bakal ke tempat aneh kok”
“emang mau kemana?” Tanya via
“nemenin gue buat ngecek keadaan semua ekskul yang ada di sini” jawab iel enteng
Via memeletkan lidahnya “yee kirain kemana. Oke lah. Gue ke kelas ya kak. Sudah mau bel” pamit via.
“emang lo maunya kemana?” Tanya iel
Via gelagapan sendiri. Ia menggaruk belakang kepalanya. Iel hanya tersenyum melihat via yang salah tingkah.
“santai vi” ucap iel “hmm tunggu vi”lanjut iel sambil menarik tangan via, menghentikan via berjalan. “ntar ketemuan di ruang osis aja ya” ucap iel lalu melepaskan pegangannya.
Via mengacungkan jempolnya tanda setuju.
“woho makasih vi” iel mengacak-acak rambut via senang. Tidak sadar bila ia melakukan hal yang sering di lakukannya ke ozy.
Pipi via memerah dengan perlakuan iel. Sementara tangan iel masih ada di atas kepalanya. Iel yang sadar langsung menurunkan tangannya. Dan menggaruk belakan kepalanya. Malu
“hmm maaf vi. Refleks” ucap iel kikuk
Via hanya tersenyum “nggak papa kok kak. Gue ke kelas ya” pamit via dan langsung berjalan ke kelasnya.
Saat di depan pintu kelas, via menatap bingung tiga orang yang menjadi teman terbaiknya saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Siapa lagi kalau bukan Rio,Alvin dan Shilla. Mereka bertiga sedang mengintip iel dan cekikikan.
“hai” sapa Via yang membuat kaget ketiga orang itu.
“eh vi. Yuk yuk duduk. Sebentar lagi bel” Shilla menarik tangan via begitu saja. Meninggalkan Rio dan Alvin yang masih bertahan di depan pintu. Memperhatikan Iel yang masih berdiri di tengah lapangan. Yang tanpa di sadari oleh Iel, kalau hanya tinggal dia sendiri yang berada di luar kelas.
“psst yo” panggil Alvin.
“apa?” Tanya Rio
“liat tuh” Alvin menunjuk kearah kelas Iel. Disana terlihat Pak Duta yang bersiap masuk kelas. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat salah satu siswanya masih ada diluar kelas. Padahal beliau ini adalah gurunya yang paling tidak suka bila ada murid yang belum ada dikelas saat pelajarannya.
Rio dan Alvin saling memberi kode lalu menaikkan jari-jarinya ke atas. Berniat menghitung mundur. Dengan tampang jahil.
“itung ya pin. Tiga”
“dua”
“dua setengah”
“dua seperempat”
“saaaa….”ucap rio dan Alvin bersamaan. “tuuuuuuuuu…”lanjut mereka bersamaan. Dan tepat setelah itu.
“GABRIEL MAU SAMPAI KAPAN KAMU BERDIRI DI SANA. APA KAMU MAU SAYA HUKUM? MASUK KELAS SEKARANG” Teriak Pak Duta marah yang membuat Gabriel tersadar dari lamunannya. Iel menegok ke belakang dan menepuk jidatnya lupa.
“mampus gue” ucapnya dan langsung berlari sebelum Pak Duta menyuruhnya untuk berdiri di depan tiang bendera.
Sesampainya di kelas iel di jewer dan di giring masuk ke dalam kelas oleh Pak Duta.
“bhuahahahahahaha” rio dan Alvin yang melihat tertawa terpingkal-pingkal. Jarang-jarang kan mereka berdua melihat Iel yang begitu terpesona dengan seorang gadis dan menjadi lupa dengan segala sesuatunya.
“kakak gue tuh pin? Astaga” rio masih saja tertawa.
“punya aib kak iel kita yo” kata Alvin menang. Pasalnya selama ini mereka berdua tidak pernah melihat seorang Gabriel melakukan kesalahan
Rio hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sendiri masih belum percaya dengan hal itu.
“Alvin,Rio. Mau sampai kapan kalian di sini. Masuk kelas” tiba-tiba bu Marta sudah berdiri di depan kelas dengan tampang geram. Rio dan Alvin langsung berlari masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku mereka, dengan masih menahan tawa.
****
“mau ke ekskul apa duluan vi?” Tanya iel. Mereka berdua sekarang ada di ruang osis sesuai janji tadi pagi.
“emangnya di sini ada ekskul apa aja kak?” via balik bertanya.
“Basket, futsal, jurnalistik, musik, kendo, karate, cheers, kir, padus, lukis. Terus apa lagi ya? Lupa gue” jawab iel sambil menghitung jarinya.
“banyak juga. Kak Iel mau yang mana duluan?” Tanya via
“yee di Tanya malah balik Tanya. Hmmm kita ke ruang musik aja dulu. Gimana?” usul Iel
Via hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Mereka berdua jalan beriringan ke ruang musik. Yang di selingi dengan info-info pendek mengenai ekskul ini.
Mereka berdua langsung masuk begitu saja, karena pintu ruang musik sudah terbuka. Dan di dalam hampir semua anggota ekskul ini berkumpul. Ada yang duduk membentuk lingkaran di bagian alat musik tiup. Lalu ada juga yang saling bercerita di pojokan kanan. Ada yang kumpul-kumpul di belakang drum.
Gabriel mengedarkan pandang ke seluruh penjuru ruangan. Ia mencari seseorang. Tetapi sejak masuk tadi iel belum melihatnya sama sekali. Biasanya orang itu ada di depan piano.
Sedangkan di sebelahnya, Sivia terperangah kagum. Walaupun sudah pernah di ajak cakka saat itu. Tetapi via masih saja takjub.
Iel berjalan ke tengah-tengah ruangan lalu berdeham kecil.
“maaf menganggu semuanya” karena mendengar suara iel semua orang yang ada di ruangan ini menghentikan kegiatannya sebentar dan focus ke iel.
Iel menganggukkan kepalanya. Berterima kasih atas perhatian mereka.
“sebelumnya maaf kalau saya menganggu. Saya hanya ingin mengecek keadaan ekskul musik hari ini. Ya seperti biasa yang saya lakukan” ucap iel.
Beberapa anak maju dan menyerahkan kertas ke Gabriel. Mereka semua sudah tau apa maksud kedatangan iel. Karena hal-hal seperti ini memang kegiatan sebulan sekali. Iel tersenyum senang. Ternyata anggota ekskul musik sudah paham.
“terima kasih semuanya. Sekarang saya ingin mengetahui data dari ketua klub” iel mengedarkan padangannya lagi. Dan dari semuanya ia belum melihat si ketua klub.
Iel menggerutu dalam hati. “pasti nih orang lagi pacaran” batin iel.
“sekali lagi. Ketua klub musik” ucap iel lebih sedikit nyaring daripada yang tadi. Beberapa dari nggota yang lain juga mengedarkan pandangannya.
“ketua klub musik” suara iel menggema di dalam ruangan ini. Tapi tetap saja orang yang di panggil belum juga muncul.
Iel menggeram kesal. Budek apa ini orang.
“Alyssa Saufika Umari ketua klub musik harap maju ke depan” suara iel kali ini lebih nyaring lagi. Tapi tetap sama. Akhirnya iel menyerah.
Ia berjalan kearah grand piano yang diletakkan di ujung ruangan. Matanya terbelalak melihat dua orang yang sedang suap-suapan apel.
Iel berdeham kecil, tapi ke dua orang itu tidak menghiraukannya.
Sudah cukup. Kesabaran iel habis.
“cakka kawekas nuraga. Ada perlu apa di klub ini?” Tanya iel dengan suara kesal. Dan seketika itu juga dua orang itu menolehkan kepalanya. Dan mendapati iel yang berkacak pinggang.
“eh. Hai yel” sapa cakka sambil nyengir. Ia tau kalau sekarang iel sedang kesal.
“data ekskul” kata iel menyodorkan tangannya di depan ify.
Ify dan cakka saling pandang. Oh oh sekarang mereka tau. Kenapa sejak tadi suasana terasa lebih tenang. Ternyata ada Gabriel yang sedang mengecek keadaan ekskul.
Ify berdiri dan membuka tas ransel di sebelahnya. Mengambil Map bergambar sticht (beneran ga nih tulisannya?) lalu mengeluarkan satu makalah yang cukup tebal.
“nih” ify menyodorkan makalah itu ke Gabriel. “sudah gue rekap semua. Calon-calonnya juga sudah ada” lanjut ify.
Iel mengambilnya lalu meninggalkan cakka dan ify begitu saja. Tanpa mengucapkan apa pun.
“ngambek dia” kata ify. Cakka hanya mengdikkan bahunya.
****
“cape” kata via sambil menyandarkan badannya ke sofa yang ada di ruang osis. Iel datang dan menyodorkan satu kotak minuman dingin.
“makasih kak” via meneguknya.
Iel duduk di sebelah via dan ikut meneguk minumannya. “maaf ya vi kalau bikin lo cape” ucap iel merasa bersalah.
“nggak kenapa-napa kok kak. Gue seneng kok. Tapi agak sedikit cape aja kok” via nyengir lalu melanjutkan lagi. “ternyata sekolah ini luas banget” via merentangkan ke dua tangannya lebar-lebar.
“ya begitulah. Saking luasnya. Bikin gue harus kerja keras”
via hanya tertawa kecil mendengar keluhan iel. “hmm kak. Masih ada berapa lagi?” Tanya via seraya melihat daftar ekskul yang di berikan iel tadi.
“masih ada klub lukis sama kendo. Kita ke klub kendo aja. Jam segini klub lukis juga sudah bubar” jelas iel dengan melihat jam tangannya.
“loh kok gitu. Ntar nggak ada makalah dari klub lukis” kata via bingung.
“tenang. Ketua klubnya pasti ada di klub kendo sekarang”
“emang siapa kak?” Tanya via penasran
Iel berdiri dan merapikan baju seragamnya yang sudah agak berantakan. “alvin. Yuk sekarang aja kita kesana. Kayaknya mereka juga lagi pada istirahat” ajak iel.
****
“koko, rio yang mana?” Tanya agni yang duduk di sebelah Alvin.
Alvin menyipitkan matanya yang sudah sipit itu. Lalu menunjuk ke salah satu orang di bawah sana. “yang itu. Yang agak pendek”
Agni mengikuti arah tangan Alvin. Ia menganggukkan kepalanya.
“masih setia ya dia” ucap agni tersenyum
“yup. Sampe sekarang dan seterusnya” balas Alvin.
“kendo is his life” ucap mereka bersamaan. Lalu tertawa kecil.
“selalu dan selalu”
“rio itu hebat ya” kata agni tiba-tiba.
Alvin menolehkan kepalanya dengan kening berkerut. “hah?”
“iya dia itu hebat. Selalu mempertahankan jiwa kendonya tanpa melirik kemana pun. Selalu menanamkan jiwa kendo di dirinya. Dan selalu percaya akan apa yang di lakukannya sekarang. Yah seperti itu” agni menunjuk kearah Rio yang sedang terengah-engah kelelahan.
“yup. Itu lah Rio. Kalau koko ag. Hebat nggak?” Tanya Alvin.
Agni menggelengkan kepalanya. Alvin yang melihat mengucrutkan bibirnya. Masa Cuma Rio yang bilang hebat.
Agni menoleh ke Alvin lalu tersenyum. Agni meletakkan ke dua tangannya di pipi Alvin. “koko itu bukan hebat. Tapi yang paling hebat” ucap agni lembut. Membuat pipi Alvin sedikit bersemu merah.
Ya tepat. Sejak kedatangan agni minggu kemarin. Agni langsung di daftarkan untuk masuk ke sekolah ini. Tetapi agni nggak masuk di kelas 10. Agni langsung masuk di kelas 11. Karena sebenarnya di Paris sana agni sudah lulus sebuah sekolah bahasa. Tetapi ia tidak masuk sekolah menengah atas.
Dan saat tes masuk. Guru-guru sepakat memasukkan Agni ke dalam kelas 11.
“ih pipinya merah” goda agni sambil menoel-noel pipi Alvin. Alvin menghindar agar nggak di toel-toel agni.
“woy vin” panggil iel dari bawah dengan sivia yang ada di sampingnya. Agni dan Alvin turun kebawah mendengar panggilan iel.
Ruangan klub kendo memang bertingkat. Mirip seperti stadion sepak bola. Hanya saja. Ruangan klub kendo ini lebih kecil. Hanya terdiri dari 4 tingkat tempat duduk. Di tengah-tengah ruang ada sebuah arena tanding kendo yang cukup besar.
“data ekskul” kata iel. Mereka sekarang duduk-duduk di bangku paling bawah. Di lantai tergeletak kiki dan rio yang kelelahan karena sparing tanding. Dan ada juga gita yang sedang melakukan pengecekkan di kaki rio.
“nih” Alvin menyodorkan makalah kulb lukis. Iel membuka-bukanya sebentar lalu menatap Alvin. “calonnya?” Tanya iel.
Ya sekolah mereka sedang mencari ketua klub baru untuk semua ekskul. Dan setiap ketua ekskul yang lama harus menyerahkan data-data calon ketua klub baru.
“belum ada. Gue belum nyeleksi. Mereka semua lagi badmood gara-gara even yang kemarin” kata Alvin. Biar pun baru kelas sepuluh. Alvin sudah di pilih menjadi ketua klub lukis sejak pelaksanaan mos. Apalagi kalau bukan karena kehebatannya dalam melukis.
“oh” tanggap iel. “tapi secepatnya minggu depan sudah ada ya” lanjutnya.
Alvin mengacungkan jempolnya.
“yak selesai. Cuma ada dua urat yang salah tempatnya yo” kata gita dan mengambilkan kiki minum. Kiki dan gita adalah sepasang kekasih yang saling melengkapi. Kiki sebagai atlet kendo sama seperti rio. Sedangkan gita adalah manager klub kendo yang juga ahli di bidang medis.
Rio mendudukkan dirinya dengan kaki yang di selonjorkan. “makasih kak”
Gita menganggukkan kepalanya. Dan membantu kiki melepas Do (pelindung badan), Kote (pelindung tangan) dan Tare (pelindung paha dan kemaluan). Setelah Kendogi terlepas semua. Kiki membanting dirinya lagi. Benar-benar menguras tenaga bila sudah sparing melawan rio.
Rio sendiri dibantu oleh Alvin. Setelah semuanya lepas. Rio juga mengikuti kiki membanting tubuhnya kembali.
“ki. Data ekskul” pinta iel.
“ntar yel. Gue cape” balas kiki.
“hmm kalian semua sudah makan?” Tanya gita. Yang di jawab oleh gelengan kepala dari semuanya.
“sip. Oke tunggu sini. Tadi gue ada bawa kue dari rumah” ucap gita dan bangkit berdiri.
“mau di bantu nggak sayang?” Tanya kiki.
“nggak usah. Kamu tiduran aja dulu” lalu gita pergi meninggalkan mereka.
“cieeee sekarang manggilnya sayang-sayangan” ledek Iel.
Kiki hanya memeletkan lidahnya. Ia lalu duduk bersila. Hanya menggunakan kaos putih tipis dan celana pendek putih selutut.
“iri lo. Makanya cari cewek” balas kiki
“tenang. Sebentar lagi ada” kata iel sambil melirik sivia. Sedangkan yang dilirik lagi asik mengobrol dengan agni, rio dan Alvin.
Kiki menganggukkan kepalanya mengerti. “jangan lupa PJ yel”
“ogah gue ngasih lo. Lo aja pelit”
Obrolan mereka semua terhenti ketika sebuah ringtone HP berbunyi. Sivia berdiri dan menjauh sebentar untuk mengangkat telpon.
“hah? Yang bener. Ya sudah via pulang sekarang. Iya pa” kata via menutup telpon dari papanya.
“kenapa vi?” Tanya iel saat via kembali
“hmm kak. Gue pulang duluan ya. Ada urusan di rumah” kata via.
“gue antar”
“nggak usah. Gue naik angkot aja” kata via nggak enak
“nggak. Gue yang antar. Jam segini angkot nggak ada” iel melihat jam tangannya. Dan benar sekarang sudah jam 2 siang. Ternyata sudah sesiang ini. Pantas saja dari tadi suasana sekolah sudah mulai sepi.
“nggak ngerepotin kan?” tanya via.
“nggak kok vi. Kak iel nggak gigit kok” samber rio cepat. Yang di balas oleh pelototan iel.
“yuk” ajak iel. Via pamit ke semuanya.
“sukses yel” teriak kiki.
Setelah iel pergi, mereka semua kembali mengobrol. Sampai Rio menjerit histeris.
“apin. Huaaa gimana kita pulang. Gue nggak bawa motor. Lo juga nggak bawa mobil kan. Kayak apa?” kata Rio histeris sendiri
Alvin menepuk jidatnya. Bingung kenapa bisa punya sahabat seperti Rio. Jadi cowok kok senangnya jejeritan nggak jelas.
****
“mama” via berlari memasuki rumahnya ketika melihat mamanya mengangkat kardus besar.
“sini sini via aja. Mama duduk aja sana”suruh via.
“itu berat via. Sini mama aja” kata mama via
“nggak. Mama nggak boleh cape. Mama duduk aja sana”
“sini” iel yang sejak tadi melihat anak dan ibu ini berdebat mengambil alih kardus itu. “di taruh mana?” tanyanya
“eh” via kaget melihat iel yang sudah mengangkat kardus itu.
“di taruh mana via?” Tanya iel sekali lagi
“dapur” via menunjuk ke ruangan yang ada di depannya.
Iel membawa kardus itu ke dapur sesuai petunjuk via. Sedangkan via sendiri mengambilkan iel minum.
****
“maaf ya tante. Sivia jadi pulang telat gara-gara saya” ucap iel merasa bersalah.
“nggak kenapa-napa kok. Papanya via aja yang khawatir kalau via pulang telat” ucap mama via
“sekali lagi saya minta maaf ya tante” kata iel lagi
“ya. Siapa nama kamu?” Tanya mama via
“Gabriel tan. Tapi panggil Iel aja biar simple” jawab Iel dengan senyum menawannya.
“mama kenapa sih angkat-angkat kardus berat gitu?” via turun dari kamarnya. Sekarang via sudah mengganti bajunya dengan kaos bertuliskan “ I Love Indonesia” dengan sedikit corak batik di lehernya dan celana pendek selutut.
“kenapa nggak nunggu papa aja? Kalau mama kecapean gimana? Ntar mama sakit. Kan kasian dedenya” omel via panjang lebar.
Mamanya hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Iel cengo melihat Via yang ternyata bisa bawel juga.
“mama nggak kenapa-napa vi. Suntuk kalau diem aja”
“tapi kan..”
“sudah ah kok jadi bawel. Liat itu temannya jadi bingung” mama via menunjuk Iel yang sejak tadi memperhatikan Via terus.
Via sendiri nyengir saja ke Iel.
“oh ya vi. Besok mama sama papa mau ke Semarang. Jadi kamu tidur di tempat tante Lena ya”
“loh loh. Terus via berangkat sama pulang sekolah sama siapa? Kan di tempat Tante Lena nggak ada angkot yang searah ke sekolah via”
Kesempatan, batin iel senang
“ya nanti mama minta tolong Om Adri” kata mama via
“nggak mau ah. Ngerepoti Om Adri. Kan jalannya nggak searah” tolak via
“hmm tante” panggil Iel. “gimana kalau iel aja yang jemput dan antar via?” tawar Iel.
Via yang mendengar langsung mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahnya. “nggak ngaak. Ntar ngerepotin kak Iel” tolak via
“nggak papa kok. Rumah gue juga nggak jauh dari sini”
“nggak. Ntar Rio sama Ozy pergi sama siapa?” via sudah tau tentang adik-adik Iel. Shilla yang menceritakan.
“memang nggak kenapa-napa yel?” Tanya mam via
“nggak papa kok tan. Adenya iel bawa motor sendiri kok”
“mama atau papa kamu nggak bakal marah?” Tanya mama via lagi memastikan
Iel sedikit tersentak. Lalu tersenyum manis. “ bunda nggak akan marah kok. Bunda malah bakal seneng banget. Kalau Papa juga nggak akan marah”
“yakin?”
Iel menganggukkan kepalanya. “Bunda bakal senang kalau Iel punya teman secantik via tan. Bunda di sana pasti juga ikut senang”
“maksud kamu? Bunda kamu sudah tidak ada?” Tanya mama Via lagi. Beliau ingin tau tentang Iel. Sepertinya anak muda ini adalah anak yang baik dan ramah.
“iya tante”
Jawaban dari Iel membuat Via dan mamanya tersentak kaget.
“maaf ya Gabriel” mama Via tidak enak
Iel hanya menggelengkan kepalanya memaklumi “nggak papa tan. Jadi gimana, iel boleh antar jemput via?” Tanya iel
Mama via menoleh ke Via meminta persetujuan.
“ya sudah. Tapi Via nggak ngerepotin kan kak?”
“nggak. Sip. Besok gue jemput jam setengah tujuh” kata Iel berdiri. “sudah sore tan. Iel pamit pulang dulu. Makasih” lanjut Iel
“harusnya tante yang bilang terima kasih. Jadi selama satu minggu jadi ojek via dulu ya” ucap mama via bergurau
Iel hanya tertawa saja mendengarnya. Sementara via menunduk malu. Apa-apaan mama nya ini bikin malu saja.
“ya sudah tan. Iel pamit. Gue pulang ya vi” Iel mencium tangan mam via dan menganggukl kecil ke Via.
“hati-hati kak” kata via saat mengantarkan Iel ke depan rumah.
****
“Rio, Ozy. Gue seneng banget” Iel masuk ke rumah dengan senyum sumringah. Tangannya menenteng sepatu.
Sesampainya di ruang keluarga. Iel memnadang semua yanga ada dengan tatapan bingung. Kenpa wajah mereka semua pada cemas?
“yo” panggil Iel.
Rio menghentikan kegiatannya yang sejak tadi mondar mandir tidak jelas sambil menelpon seseorang
“kenapa?” Tanya Iel
“ozy belum pulang” jawab Rio cemas
Karena sesuatu yang berhubungan dengan masalah cinta. Itu adalah masalah hati. Ketika ada pertanyaan tentangnya, cara terbaik adalah menanyakannya ke hati.
Sabtu, 01 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Membingungkan
Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...
-
Rainbow After The Rain: Love In Moscow by Angelique Puspadewi . . . Rainbow After The Rain : Love in Moscow bercerita ten...
-
. . . #dailyreview #mypromise #ninnarosmina . My Promise - Ninna Rosmina - Young Adult Fiction - Grasindo, 2018 . . B.L.U...
-
oke dah come on.. yeay akhirnya setelah 20 hari aku bisa nyelesain 4 gambar.. sebenarnya pengen 5 gambar tapi yang satunya lagi malas hahah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar