Linden
atau diterjemahkan dengan nama Tilia dalam bahasa Indonesia adalah sebuah pohon
yang berasal dari wilayah Eropa tengah dan timur.
Nama
latinnya adalah Tilia platyphyllos.
Pohon
Linden merupakan salah satu jenis pohon yang sering tumbuh di hutan musim dan
hutan homogen di wilayah pegunungan bagian tengah (tidak terlalu tinggi).
Tinggi
pohon ini dapat mencapai 40 meter dan diameter batangnya sekitar 1,8 meter.
Warna
daunnya hijau tua dan berbentuk hati. Lebar daun sekitar 6-15 cm.
Pohon
Linden berbunga pada bulan Juni dan bunganya berwarna putih kehijauan. Pohon
ini dapat tumbuh sampai berumur ratusan tahun.
Pohon Linden merupakan salah satu pohon yang multifungsi.
Pada umumnya ia ditanam sebagai
pembatas jalan atau penghias taman seperti yang terdapat pada salah satu jalan
utama di Berlin yang bernama Unter der Linden.
Bunganya menghasilkan banyak madu
yang manis untuk makanan lebah.
Kayunya juga sangat berguna untuk
kayu bakar dan merupakan salah satu pohon yang baik untuk ditebang karena ia
dapat tumbuh dengan cepat.
Pucuk-pucuk mudanya yang lembut
juga seringkali dimasak sebagai salad.
Konon katanya pohon ini juga dapat
menyembuhkan penyakit epilepsi dan bunganya sering diseduh dalam teh untuk
minuman relaksasi.
Pada abad pertengahan, kayu pohon
Linden digunakan untuk seni ukir dan pembuatan patung.
Dalam bidang budaya, pohon Linden dijadikan sebagai penanda pusat kota atau desa.
Dalam bidang budaya, pohon Linden dijadikan sebagai penanda pusat kota atau desa.
Tradisi ini berawal dari zaman
dahulu kala dan sekarang pohon-pohon yang berusia ratusan tahun ini dapat
ditemukan di beberapa pusat kota-kota tua di Jerman. Di bawah pohon inilah para
warga kota dan desa berkumpul dan mengadakan pesta. Mereka menari di bawah
pohon ini sehingga ada sebuah jenis pohon Linden di Jerman yang dikenal dengan
nama Tanzlinden (Tanz = Tarian).
Seringkali setelah berakhirnya suatu perang atau wabah penyakit, penduduk kota
atau desa menanam pohon Linden yang dianggap sebagai simbol perdamaian. Salah
satunya adalah ketika Perjanjian Westphalia yang mengakhiri perang 30 tahun di
Jerman ditandatangani. Selain dua hal di atas, pohon Linden digunakan untuk
tempat pertemuan para penduduk dan tempat melangsungkan upacara pernikahan.
Dalam mitologi Teutonic atau Norse, pohon Linden dianggap (atau didedikasikan) sebagai dewi Freyja (atau Frau Holle), dewi cinta, kecantikan dan kesuburan. Mungkin karena daunnya yang berbentuk hati? Atau karena kecenderungan bahwa pada abad pertengahan, pohon ini sering digunakan para pasangan untuk duduk di bawahnya sembari memadu kasih. Karena dedikasi ini pula (mungkin) masyarakat menganggap pohon ini berjenis kelamin perempuan. Maka dalam bahasa Jerman disebut die Linden. Sementara itu pohon oak yang sering ditemukan tumbuh dekat pohon Linden didedikasikan untuk Thor, dewa petir.
Mitos ini lain lagi dalam mitologi Yunani. Dikisahkan bahwa Zeus dan Hermes yang menyamar untuk turun ke dunia manusia dan melihat apa yang dilakukan manusia mencari tempat tinggal. Tidak ada seorang pun yang bersedia menerima mereka kecuali pasangan suami istri Philemon dan Baucis. Pasangan ini kemudian diberi hadiah sesuai permintaan mereka. Karena mereka meminta untuk tidak melihat pasangannya mati lebih dulu maka ketika keduanya mati, Philemon dijadikan pohon oak dan Baucis sebagai pohon Linden. Karena itu sampai sekarang kedua pohon ini sering ditemukan tumbuh berdekatan. Karena cerita ini juga, pohon Linden menjadi simbol cinta, kebaikan hati, persahabatan dan keramahan.
Dalam mitologi Celtic ada kisah lain lagi. Pohon Linden dianggap dapat memberikan kebijaksanaan dan keadilan maka suatu pengadilan terbuka di masa abad pertengahan seringkali dilakukan di bawah pohon ini. Kepercayaan ini juga terdapat di Jerman maka pada abad pertengahan pun pengadilan desa di Jerman dilakukan di bawah pohon Linden.
Pohon Linden sangat populer dalam seni sastra khususnya kesusastraan Jerman. Pohon Linden banyak disebut dalam puisi maupun prosa. Minnelied (syair/lirik cinta yang populer di Jerman pada abad pertengahan) karangan penyair ternama Walther von der Vogelweide berjudul Under der Linden. Syair ini mengisahkan tentang seorang gadis desa yang menceritakan pengalamannya bercinta dengan seorang ksatria di bawah pohon Linden.
Under der linden an der heide
Da unser zweier bette was
Da mugt ir vinden schone beide
Gebrochen bluomen unde gras
Vor dem walder in einem tal
Tandaradei!
Schone sanc diu nahtegall
Ich kam gegangen zuo der ouwe,
Do was min friedel komen e.
Da wart ich enpfangen here frouwe,
Daz ich bin sael;lic iemer me.
Kuster mich? Wol tusentunt!
Tamdaradei!
Seht, wie rot mir ist der munt.
Kemudian Bettina Brentano, saudara perempuan dari Clemens Brentano pun menulis pada saudara laki-lakinya sebagai berikut:
Die Linden
blühen, Clemente, und der Abendwind schüttelt sich in ihren Zweigen. Wer bin
ich, daß ihr mir all euren Duft zuweht, ihr Linden? Ach, sagen die
Linden, Du gehst so einsam zwischen unseren Stämmen herum und umfaßt unsre
Stämme, als wenn wir Menschen wären, da sprechen wir dich an mit unserm Duft.
Sebuah puisi karangan Wilhelm
Mueller yang juga dibuat musikalisasi oleh Franz Schubert yang berjudul Am
Brunnen vor der Tore juga menyebutkan pohon ini.
„Am Brunnen vor dem Tore, da steht ein Lindenbaum: ich träumt in seinem Schatten so manchen süßen Traum; ich schnitt in seine Rinde so manches liebe
Wort; es zog in Freud und Leide
zu ihm mich immer fort.“
Bahkan sastrawan nomor satu
Jerman, Johann Wolfgang von Goethe pun menuliskan dalam salah satu
briefromannya, Die Leiden des Jungen Werthers bahwa sang tokoh utama cerita,
Werther sangat menyukai pohon Linden dan meminta ketika meninggal dikuburkan di
bawah pohon ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar