Title
: Our Holiday.
Lee
Seung Gi family in Germany
****
Annyeonghasaeyo.
Lee
Chi Hoon imnida.
Tebak, aku ada dimana sekarang?
Seoul? Aniya.
Hongdae street? Bukan.
Busan? Tidak juga.
Taiwan? Tak ada dalam list liburan
ku.
Lalu dimana?
Ayo apa kalian semua bisa
menebaknya?
Baiklah, bila kalian tak bisa
menebaknya. Aku akan memberi beberapa clue untuk memudahkan kalian.
Pertama, dimana kalian bisa
menemukan empat musim berlangsung? Selain Korea dan Jepang.
Yup, Eropa.Eh di Amerika juga sih.
Lalu dimana kalian bisa menemukan
seorang Oziel dan Klose?
Tepat. Jerman.
Lalu dimana kalian bisa menemukan
dan melihat Rumah Goethe? tempat kelahiran penulis Jerman yang paling penting,
Johann Wolfgang von Goethe.
Ah kalian tak bisa menebak ya? Aku
juga bingung ingin memberi clue apa lagi. HAHAHA.
Baiklah, aku beri tahu ya. Sekarang
aku ada di Jerman. Tepatnya di Frankfurt. Frankfurt. Sekali lagi aku ulang ya,
Frankfurt. F.R.A.N.K.F.U.R.T.
Hehehe. Akhirnya Appa dan Eomma
menepati janji mereka untuk mengajak kami kemari. Ya Tuhan, aku tak percaya
bahwa sekarang aku sedang berada di sebuah Negara dimana seorang Hitler pernah
hidup dan tinggal.
Aku juga tak menyangka bahwa
sekarang aku berada di bawah langit Frankfurt.
Sebuah kota yang merupakan salah satu pintu gerbang ke Eropa
Jerman.
Siapa yang tak tahu?
Negara dengan begitu banyak
keindahannya.
Aku kemari tak seorang diri. Tentu
saja aku bersama Appa dan Eomma, dan tak lupa, adik perempuanku.
Ah aku lupa memperkenalkan adikku
ya. Saat ini ia sedang tertidur dipelukan Appa. Ia kelelahan karena selama di
dalam pesawat tak ada tidur sama sekali. Hah rasakan itu. Saat kami semua
disuguhkan dengan keindahan Frankfurt airport, ia malah tertidur pulas.
Adikku bernama Lee Seung Hyun.
Namanya sama seperti nama tengah Appa dan Imo ku kan?
Oh iya hampir saja lupa. Kalian tahu
tidak siapa nama orang tuaku? Tahu tidak? Apa tidak tahu. Aisssh keterlaluan.
Appa ku ada seorang penyanyi solo
yang paling hebat di seluruh Korea Selatan. Ia juga actor yang tak kalah hebat
dengan Kim Soo Hyun. Ah, nama ahjussi satu itu juga ada di nama adikku kan.
Huh, salahkan Eomma dan Appa yang mengidolakannya.
Kalian belum tahu juga siapa nama
Appa ku? Lihat nama tengahnya. Siapa nama istri para member Super Junior yang ada
‘Seung’-nya?
Tepat. Seung Mi imo.
Huh kalian benar-benar tak tahu.
Appa-ku itu Lee Seung Gi. Penyanyi Korea yang tampan bukan. Yah walaupun masih
tampan aku daripada Appa. HAHAHA. Ups.
Dan Eomma-ku adalah seorang model
terkenal di seluruh Jerman. Yeah, selain liburan, kami juga akan mengunjungi
rumah halmoeni dan haraboji yang berada di Berlin.
Eomma-ku itu Min Hyo Sun. Seorang
mantan model paling terkenal di seluruh Jerman.
Semua orang pasti akan terpesona dengan
kecantikkan dan keanggunan Eomma-ku. Tapi Appa lah laki-laki yang beruntung
mendapatkan hati Eomma. Seandainya saat itu Eomma tak mengadakan sebuah
pergelaran fashion di Korea, mungkin saja mereka berdua tak bertemu. Dan kami
bertemu pasti tidak akan terlahir di dunia ini.
Ah, kisah pertemuan mereka, biar
Appa dan Eomma saja yang menceritakannya nanti. Aku ingin menikmati pemandangan
indah yang disuguhkan oleh kota indah ini dulu ya.
“Hoonie-ya, kau tak lelah sayang?”
Aku memutar kepala dan menatap eomma.
“Tidak. Ini indah sekali Eomma, aku tak pernah melihat itu sebelumnya.” Aku
menunjuk salah satu bangunan yang masih berada di kawasan Frankfurt airport.
Eomma tertawa mendengar ucapanku.
“Tentu saja sayang. Bangunan itu hanya ada di Frankfurt.”
“Tidak juga. Appa pernah melihatnya
di suatu tempat.” timpal Appa.
Aku menatap Appa dengan antusias.
Aku selalu suka mendengarkan cerita Appa tentang apapun.
“Dimana?” tanyaku dan Eomma secara
bersamaan.
“Di lukisan besar di ruang tengah
keluarga kita kan,” seru Appa dengan wajah serius.
Aku melotot mendengarkan, yang benar
saja. Sedangkan Eomma sudah melayangkan cubitan mautnya ke pinggang Appa,
hingga Appa terpekik kaget. Eomma melayangkan tatapan tajam yang dibalas Appa
dengan cengiran lebar.
Aku mendengus sebal. Sudah biasa
melihat Eomma dan Appa yang akan bertengkar kecil seperti itu. Dan hei lihat,
Hyunnie tetap tertidur dengan tenang. Dasar -_-.
Frankfurt, siapa yang tak tahu kota
satu ini. Frankfurt adalah salah satu pintu gerbang ke Eropa.
Kata Appa, bukan hanya sebagai salah
satu pintu gerbang ke Eropa saja, tetapi Frankfurt juga sebagai sebuah kota
yang beragam secara internasional, Frankfurt memiliki banyak hal-hal besar yang
bisa ditawarkan kepada para turis yang berkunjung; mulai dari seni, kegiatan
luar ruangan, belanja, bangunan bersejarah dan gedung-gedung bertingkat.
Aku
pernah membaca di salah satu buku, tentu saja buku milik Eomma.
Di sana dikatakan bahwa Frankfurt adalah kota di Jerman yang
banyak dikunjungi. Bukan karena keindahannya, tapi karena ingin berbisnis,
walaupun di kota ini terdapat banyak gereja tua yang indah.
Biasanya,
untuk berlibur, orang-orang pergi ke Roomerberg, yang berada di pinggir kota
Frankfurt. Roomerberg biasa disebut juga Paulskirche. Di kawasan ini ada dua
katedral yang sangat terkenal. Salah satunya adalah Katedral St. Bartholomew,
tempat dinobatkannya para raja Jerman sejak tahun 1562.
Selain
itu, katedral yang terkenal adalah Katedral Imperial. Bangunan ini terlihat
mencolok dengan kehadiran menaranya. Sangat jarang katedral dibangun dengan
menara. Mungkin, menara ini dulu dibangun untuk memantau keadaan kota, atau
sebagai menara pengawas saat terjadi perang. Jadi, kedatangan musuh bisa
diketahui dengan cepat.
Tidak
hanya katedral saja yang bisa dinikmati keindahannya, di kota ini. Ada tiga
rumah Gothic yang merupakan rumah tradisional Jerman. Hebatnya hingga saat ini
bangunan ini masih terjaga keasliannya.
Nah,
tepat di depan tiga rumah Gothic ini ada sebuah lapangan besar. Aneka perayaan
besar kerap dilakukan di sini. Seperti ketika Jerman berhasil menjadi juara
Piala Dunia tahun 1990 dan Euro Cup 1996. Seluruh penduduk berpesta di lapangan
ini. Mereka menari dan menyanyi untuk merayakan kemenangan Jerman. Wah, seru
sekali.
Dan Appa sudah berjanji akan mengajak kami untuk mengunjungi
ketiga rumah Gothic itu.
Wah hebat sekali bukan penjelasanku tentang Frankfurt.
Hahaha. Tentu saja, aku kan pintar dan tampan. Ups.
****
Halo, perkenalkan aku Hyo Sun. Kalian sudah tahu bukan
sekarang kami sekeluarga sedang berada di Frankfurt. Yup, tepat sekali. Saat ini
aku, oppa dan anak-anak sedang berada di kota kelahiranku. Menepati janji kami
berdua untuk mengajak dua bocah kecil itu berlibur kemari.
Ah ternyata aku sangat merindukan Frankfurt hingga tak
bisa tidur semalaman. Saat Oppa menemani anak-anak tidur, aku menyelinap keluar
hotel dan berjalan menyusuri sekeliling hotel.
Udara Frankfurt dan Seoul benar-benar berbeda. Aku tak
menyangka bahwa aku betah untuk tak ke Frankfurt selama tujuh tahun.
Di kota ini aku besar dan meniti karir. Entahlah apakah
ada teman-teman modelku masih ada yang mengingatku. Semenjak dilamar dan
menikah dengan Seung Gi oppa, aku hanya pernah kembali ke Frankfurt dua kali.
Saat menjenguk Ibu dan Ayahku yang saat itu sedang sakit.
Lalu yang kedua saat Oppa memberi sebuah kejutan di hari ulang tahun pernikahan
kami yang kedua. Oppa bilang, ini sebagai permintaan maaf karena ia tak bisa
mengajakku berbulan madu keluar Seoul.
Ya. Kami berdua memang hanya berbulan madu di Busan dan
Mokpo saja. Karena saat itu, oppa sedang ada pekerjaan di dua kota itu. Sehingga,
sebagai istri yang baik, tentu saja aku harus mengikuti kemana suamiku pergi
bukan.
Karena saat ini Chi Hoon dan Seung Hyun sudah berumur 7
dan 6 tahun. Kami berdua sudah berjanji dengan mereka.
“Kenapa sudah bangun?” bisik oppa tiba-tiba.
Aku menengok ke sebelah kanan, dimana oppa menumpukkan
dagunya di pundakku. Kedua lengannya melingkar sempurna di perutku. Gurat lelah
karena perjalanan panjang kemarin masih tersisa di wajahnya. Ia memejamkan
mata, deru nafas teraturnya menerpa leherku.
“Aku tak bisa tidur.”
Kami berdua berdiri di depan balkon kamar. Aku sedang
menikamti udara pagi Frankfurt seraya menikmati sinar matahari yang menerpa
wajahku.
Oppa langsung membuka matanya mendengar jawabanku. Ia
menatapku dengan sorot penuh penjelasan. Aku mendesah.
“Kau tahu bukan, aku sudah lama tak kemari. Aku tak bisa
tidur karena terlalu bersemangat untuk hari ini.” ucapku pelan.
Oppa menghela nafasnya, ia memutar tubuhku agar
menghadapnya. Ku lingkarkan kedua lenganku di leher oppa, mematuk bibirnya.
Morning kiss.
Oppa menyeringai setelah ku cium, dengan cepat ia kembali
menempelkan kedua bibir kami. Aku selalu bergetar tak karuan setiap oppa
menciumku. Rasa gelisah itu selalu datang saat kami sedang berdua seperti ini,
rasa gugup yang akan bertahan lama bila oppa tak menjauhkan wajahnya dari
wajahku.
“Aku jadi ingin mengajakmu untuk tinggal di sini, kalau
kau memberiku morning kiss seperti ini.”
Aku merona mendengarnya, dasar mesum.
“Kau terlihat lelah sayang. Tidurlah sebentar.
Anak-anak juga masih tidur. Kita masih
punya waktu dua jam sebelum berkeliling kota, bukan?”
Aku menggeleng tak mau. Posisi kami masih betah seperti
ini. Ku sandarkan kepalaku di dada oppa, mendengar detak jantungnya yang
berdetak teratur.
Oppa mengelus kepalaku dengan sayang. “Aku tak bisa
tidur.” seruku.
“Ayolah. Apa kau mau anak-anak khawatir melihat Eomma
mereka pucat seperti mayat hidup ini?”
“Yak!” aku berteriak tak terima.
“Makanya, ayo tidur dulu. Akan ku bangun setengah jam
sebelum kita pergi. Ayolah Hyo.”
Aku tetap menggeleng tak mau. Karena kunjung tak
mendapatkan apa yang diingkannya, oppa langsung menggendongku menuju tempat
tidur dengan bridal style. Aku hanya bisa terpekik kaget. Meronta untuk
diturunkan juga tak di dengarnya, oppa tetap membawaku.
Ia menurukan ku dengan hati-hati, setelah itu dengan
cepat, oppa berputar dan melompat naik ke atas tempat tidur. Ia mengukungku
dalam pelukannya agar aku tak bis akabur kemana-mana.
“Lepas.”
“Tidak mau. Tidur sekarang.”
“No.”
“Min Hyo Sun. Tidur.” ucap oppa telak. Aku menggeleng tak
mau dan meronta dalam pelukannya. Ia memelukku dari belakang.
“Tidur. Atau kau
mau aku menciummu sepanjang dua jam
sebelum kita pergi!” ancamnya.
Aku refleks menggeleng tak mau. Ia menyeringai makin
lebar mendapati aku tak bisa lagi mengelak.
Hah dasar namja
mesum!!!!
****
Wohooooooooooo. Ini benar-benar keren.
Menara Utama atau Main Tower benar-benar indah. Aku belum
pernah kemari sebelumnya. Ini kunjungan pertama kami. Appa dan Eomma
benar-benar menepati janji mereka untuk mengajak kami berdua berlibur kemari.
Saat ini kami sedang berada di ketinggian 200 meter.
Menikmati kota Frankfurt dari atas. Melihat bagaimana bangunan-banguna indah
itu berdiri dengan gagah.
Eomma bilang, Menara Utama dibangun
antara tahun 1996 sampai 1999 dan baru dibuka tahun 2000 lalu. Desain fitur
menara tampak seperti dua menara yang terhubung. Menara yang lebih kecil adalah
sebuah bentuk balok dan desain umum untuk arsitektur tahun 1970-an. Yang kedua
dan lebih tinggi adalah menara sirkuler dengan eksterior kaca biru yang
menampilkan seluruh transmisi menara. Menara utama terletak di Mainzer Neue
Strasse 52-58, Frankfurt.
Aku tak terlalu paham dengan hal
itu. Tapi yang ku tahu, dari atas sini kami bisa melihat laut. Aaaah indah
sekali.
“Hyunnie ayo cepat. Kau mau ditinggal
Eomma dan Appa.” Hoon Oppa berteriak memanggilku.
Aku menoleh dan melihat mereka yang
siap masuk ke dalam restoran yang berada di puncak menara tertinggi keempat di
Frankfurt ini.
Aku berlari menuju mereka. Sejak
tadi aku berdiri di pinggir kaca untuk melihat keseluruhan kota. Tak
menghiraukan pekikan-pekikan senang dari Eomma dan Oppa ku.
Appa menyambutku ke dalam
pelukannya. Aku langsung mengalungkan lenganku di leher Appa agar tidak jatuh.
Appa mencubit hidungku gemas, “Apa
yang kau lihat Hyunnie-ya? Sampai-sampai panggilan oppa mu tak kau dengar?”
“Pemandangan di bawah sana
benar-benar indah, Appa.”
“Apa dengan melihat itu kau sudah puas?
Tak ingin melihat yang lain?”
“No. Setelah ini kita akan kemana?”
“Kau maunya kemana?” Appa
menurunkanku di kursi yang berada tepat di depan Hoon Oppa.
“Eomma setelah ini sebaiknya kita
kemana?” aku melemparkan pertanyaan ke Eomma yang sedang memilih menu makan.
“Rumah Goethe, Museumsufer, Museum Senckenberg, atau Museum seni modern?”
Aku
menatap Eomma dan Appa dengan wajah bingung. Keempat tempat itu begitu asing di
telingaku. Aku hanya pernah mendengar tentang Rumah Goethe saja dari Hoon Oppa.
Sedangkan yang lain baru kali ini ku dengar.
Appa
tertawa melihat wajah bingungku, ia mengerling jahil ke arah Eomma. “Bagaimana
kalau kita ke Rumah Goethe saja dulu? Lalu setelah itu kita ke Museumsufer?”
“Tak
mau.” sela Hoon Oppa.
“Kenapa
sayang?” Eomma bertanya dengan lembut.
“Aku
ingin kita Kebun Raya Palmengarten dulu, ya Appa? Mau ya?”
Appa tampak berpikir sejenak, ia mengangguk setuju
setelah melihat tatapan memohon dari Hoon Oppa. Serta senyuman lembut Eomma.
“Baiklah. Kita ke Kebun Raya Palmengarten dahulu. Lalu
setelah itu kita ke Rumah Goethe. Eomma kalian bisa mengambek bila kita tak ke
sana.” seru Appa jahil.
Eomma melotot mendengarnya. Mereka berdua lalu mulai
berdebat mengenai hal itu. aku dan Hoon oppa hanya memutar mata bosan. Sudah
pernah Hoon Oppa katakan bukan, Eomma dan Appa itu selalu saja berdebat tak
tahu tempat.
****
Ya Tuhan. Ya Tuhan.
Appa dan Eomma benar-benar mengajak kami berdua
berkeliling Frankfurt selama dua hari penuh kemarin. Kami keliling kemana pun.
Semua tempat indah sudah kami kunjungi.
Ke Rumah Goethe yang idamkan oleh Eomma. Ke Kebun raya
Palmengarten yang sangat ku inginkan. Lalu kami pergi ke Museumsufer yang terletak di Schaumainkai, Frankfurt,
keinginan Appa dan Hyunnie.
Karena saat itu hari sabtu, kami berburu harta di
pasar loak terbesar di Farnkfurt. Dan semua hal itu sungguh sangat
menyenangkan.
Aku dan Appa mendapatkan banyak
barang. Eomma dan Hyunnie juga. Kami membeli empat kaos bergambar keindahan
kota Frankfurt yang lansung kami kenakan saat itu juga.
Menikmati Sabtu sore dengan
berjalan-jalan di sepanjang sungai utama yang melalui pusat kota Frankfurt
dimana kedua sisinya dibatasi oleh beberapa museum terbaik di Jerman. Kami juga
mengunjungi museum fil Jerman dan museum seni rupa Städel yang berada di sana.
Lalu setelah itu kami berkunjung ke Museum
Senckenberg.
Dimana museum ini adalah museum sejarah alam
terbesar di Jerman, di sana ditampilkan
ribuan pameran mulai dari fosil amphibi sampai mumi Mesir. Namun daya tarik
museum yang paling terkenal adalah pameran kerangka dinosaurus besar, salah
satu yang terbesar di Eropa. Museum ini berisi koleksi terbesar dan paling
beragam di dunia dengan sekitar 2000 spesimen replika burung. Pada tahun 2004,
hampir 400.000 orang mengunjungi museum ini.
Museum yang terletak di Senckenberganlage 25,
Frankfurt am Main ini didirikan antara 1904 dan 1907 di luar pusat Frankfurt di
daerah yang sama dengan Johann Wolfgang Goethe University, yang didirikan pada
tahun 1914. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 9.00-17.00 dengan harga
tiket untuk orang dewasa 6 Euro dan anak-anak 5 Euro.
Dan pada hari Minggu, kami semua berkunjung ke
Museum seni moderen . museum ini tidak hanya terkenal dengan koleksi seni yang
luas termasuk artis-artis seperti Roy Lichtenstein, Joseph Beuys, Andy Warhol,
dan Gerhardt Richter, tetapi juga terkenal akan arsitektur berani-nya.
Dirancang oleh arsitek Hans Hollering, museum yang
didirikan tahun 1981 ini memiliki bentuk segitiga dan disebut "potongan
kue" oleh penduduk setempat.
Eomma bilang, Museum ini terletak di Domstrasse 10,
Frankfurt dan buka hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 10.00-18.00 dengan
harga tiket 8 Euro.
Dan terakhir, kami semua pergi Belanja di jalan Zeil. Ini keinginan
Eomma.
Eomma memberitahu kami semua setelah dari Museum
seni modern, tempat utama untuk berbelanja di Frankfurt adalah zona pejalan
kaki yang ramai disebut "Zeil". Wilayah ini juga disebut "The
Fifth Avenue Jerman". Pusat perbelanjaan ini menawarkan segalanya mulai
dari butik mewah dan deretan departement store internasional sampai pusat
perbelanjaan modern 10 lantai bernama "Zeil Galerie".
Kalian tahu, selama di Zeil, wajah Eomma dan Hyunnie
tampak begitu senang.
****
“Appa kita akan kemana?”
Chi Hoon da Seung Hyun bertanya secara
bersamaan. Aku melempar senyum ke mereka, menjawab rasa penasaran yang terpeta
jelas di wajah mereka berdua.
“Kita akan ke Dresden.”
“Eh, Dresden. Dresden itu apa,
Eomma?” Seung Hyun beralih bertanya ke Eomma-nya.
Hyo Sun menepuk pelan puncak kepala
Seung Hyun yang menyembul di antara bangku kemudiku dan bangku Hyo Sun.
Setelah tiga hari penuh kami
menghabiskan waktu di Frankfurt dan berkeliling ke mana pun, aku mengajak
mereka untuk ke Berlin terlebih dahulu. Mengunjungi kedua mertuaku.
Dua hari kami menginap di Berlin,
lalu pagi-pagi tadi, aku dan Hyo Sun membangunkan anak-anak untuk mengajak
mereka ke Dresden.
“Dresden itu sebuah kota
bergaya baroque terindah di Jerman sayang. Berada di timur Jerman. Di
sana kalian bisa melihat keindahan arsitektur seperti Zwinger, Frauenkirche,
Semperoper dan Residenzschloss. Bukankah kalian ingin melihat hasi kasrya-karya
mereka.” Jelas Hyo Sun.
Bisa kulihat bagaimana
perubahan ekspresi wajah mereka berdua. Wajah bingung mereka berdua telah
berganti dengan wajah penuh antusias. Kedua mata Hoon bersinar dengan terang
mendengar penjelasan Eomma-nya.
Putra ku ini selalu
seantusias itu ketika mendengar tentang arsitektur. Ia sudah mulai tertarik
dengan segala hal berbau arsitektur sejak dua tahun lalu.
“Lalu apa lagi yang akan
kita dapatkan di sana? Apa kita akan berkunjung ke banyak tempat seperti di
Frankfurt?” Hoon bertanya dengan menggebu-gebu.
“Kita
akan ke Schloss Pillnitz yang ada di tepi Sungai Elba, sayang.” Hyo Sun
menjawabnya dengan sabar.
“Schloss
Pillnitz itu apa, Eomma?” kali ini Seung Hyun yang bertanya.
“Schloss
Pillnitz itu istana.” Aku menjawabnya.
Hoon
dan Seung Hyun menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka berdua tak bertanya
lagi setelah itu. asik dengan pemandangan indah yang berada di kanan dan kiri
kami. Perjalanan ini benar-benar membuatku rileks.
Ternyata
menyempatkan untuk berlibur dalam jangka waktu yang panjang cukup membuat energi
ku yang terkuras kembali penuh. Ditemani oleh dua malaikat kecilku, serta istri
tercinta itu sangat sangat menakjubkan. Hahahaha.
Menjelang
tengah hari, kami sampai di Dresden. Setelah check in di salah satu hotel di Altstadt
atau kota tua. Kami beristirahat selama dua jam sebelum memulai penjelajahan di
Altsdat.
Hyo Sun, Chi Hoon dan
Seung Hyun begitu antusias ketika kami keluar hotel untuk berjalan-jalan. Aku
mengajak mereka semua ke Zwinger, wisata arsitektur kami mulai.
Kompleks museum Zwinger adalah mahakarya arsitektur baroque
dan merupakan bangunan kuno paling terkenal di Dresden. Penggagasnya adalah dua
seniman besar matthäus Daniel Pöppelmann sebagai arsitek dan Balthasar
Permoser. Zwinger menurut kami adalahs sebuah kompleks mirip candi yang luas,
dengan empat air taman berair muncrat di bagian tengahnya. Ukiran batu-batunya
memang sangat menawan. Gerbang yang kami masuki bagaikan bermahkota emas.
Turis-turis termasuk kami heboh memotret isi kompleks.
Hoon dan Hyunnie berteriak girang ketika kami masuk ke
dalam museum Zwinger. Mereka berdua mulai berpose di seluruh tempat untuk di
foto. Hyo Sun juga tak mau kalah, mereka bertiga mulai menyerangku dengan
wajah-wajah aegyo mereka untuk di foto.
Aku tak tahan melihat itu semua. Mereka benar-benar
membuatku tertawa lepas hari itu.
Perjalanan kami pun kemudian berlanjut ke Theaterplatz
yang berisi Semperoper, opera sangat terkenal di negeri ini dengan patung
Johanns von Sachsen di bagian muka, Frauenkirche, gereja raksasa yang baru
kelar dibangun kembali setelah terkena serangan bom puluhan tahun lalu,
Taschenbergpalais,sebuah bangunan yang dibangun Pöppelman untuk istri Augusts
des Starken, Gräfin Cosel, serta bekas gereja katolik Hofkirche. Hanya satu
kata untuk menggambarkan keindahan arsitektur bangunan-bangunan tersebut :WOW…
Pameran keindahan tak berhenti sampai disini, hanya
beberapa langkah dari Theaterplatz membujur Jembatan Augustus, kebanggaan warga
Dresden penghubung Altstadt dan Neustadt (kota baru), Festung Dresden yang
memiliki bangunan bawah tanah, Stallhof dan Fürstenzug, lukisan para penguasa
Dresden di permukaan 25 ribuan keramik Meissen.
Aku harus tetap setia menjadi fotografer mereka
bertiga. Kami menghabiskan hari itu dengan kembali menuju hotel dan menyusuri
kembali jalanan yang kami lewati tadi.
“Appa ini benar-benar menyenangkan.” seru Hyunnie
senang. Ia berlari ke arahku dan mendaratkan ciuman di kedua pipiku dengan
begitu girang. Wajahnya berbinar senang.
“Sama-sama sayang.” Ucapku.
“Yah Appa, Hyunnie kan belum mengucapkan terima kasih.
Kenapa Appa sudah mengatakan ‘sama-sama’.” Ia mengucrutkan bibirnya.
Dengan cepat, ku kecup bibir putri ku itu. Aku tertawa
dan menjauh darinya. Hyunnie melotot kaget mendapati aku menciumnya.
“Aaaaaaaaaaaaaa Appa.” Jeritnya tak terima.
****
“Thanks for everything,
Oppa.” Hyo Sun mengecup pipiku lama. Ia tersenyum senang, rona merah menjalar
di kedua pipinya.
Aku mengecup balik pipinya, “sama-sama sayang.
Sekarang sudah puas berliburnya?”
Hyo Sun mengangguk pelan. Aku
merangkulnya dengan erat. Ini adalah hari terakhir kami di Dresden. Memang
hanya dua hari saja kami menikmati kota ini. Besok kami harus kembali ke
Berlin. Menginap selama empat malam di rumah orang tua Hyo Sun, lalu setelah
itu kami harus sudah kembali ke Seoul.
Pekerjaanku dan pekerjaan Hyo Sun sudah menunggu di
sana.
Sore ini kami habiskan dengan berada di Brühlsche Terrasse, menikmati senja yang disajikan oleh langit Dresden.
Brühlsche Terrasse ini memiliki julukan sebagai Balkon Eropa karena
keindahannya taman dan patung-patungnya.
Sebelum ke mari, kami mampir di Prager Strasse
terlebih dahulu, dimana pusat kehidupan kota berlangsung. Pemusik jalanan
memainkan musik klasik, orang-orang membanjiri kafe-kafe dan restauran.
Menikmati suasana kota yang hangat. Kami berdua merasa seperti sedang berada di
dunia lain.
“Kapan kita bisa kembali ke sini lagi?”
Aku kembali mengecup kedua pipinya. Astaga, setelah
mempunyai dua orang anak, pipi Hyo Sun tetap terlihat menggemaskan di wajahku.
Salah satu yang ku suka darinya.
“Mungkin nanti saat kau mengidam anak ketiga.” Seruku
santai.
“Yak!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar