Sebagai di ketahui sebelumnya,
Pulau Sangalaki adalah pulau tempat dimana para penyu bertelur. Sangalaki
adalah pulau kecil dengan luas daratan sekitar 13 Ha. Dalam waktu 30 menit bisa
mengelilingi pulau yang berstatus sebagai Taman Wisata Alam ini. Ketika
berkeliling pulau ini, berbagai satwa liar yang jarang dilihat bisa dilihat
dengan leluasa seperti ketam kelapa, biawak, elang bondol, burung gosong
Philpina, kuntul karang, dan burung
pergam laut. Di sepanjang pantai juga bisa menemukan berbagai macam moluska
(kerang) dalam berbagai bentuk dan warna.
Pulau
Sangalaki juga memiliki alam bawah laut yang sangat indah. Tidak kalah dengan
keindahan laut di Pulau Bali dan Bunaken. Terumbu karang yang ada di pulau ini
merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Kawasan perairan ini merupakan
lokasi dengan keanekaragaman karang jamur tertinggi di KKL Berau.
Sama
seperti dengan kawasan wisata di Kepulauan Derawan yang lain. Pulau Sangalaki
pun memiliki pantai berpasir putih dan pemandangan alam yang memukau. Tetapi
ada wisata yang istimewa di pulau ini yaitu karena pulau ini merupakan tempat
pendaratan penyu dan kawasan perairannya yang merupakan lokasi agregasi pari
manta.
Nah,
postingan kali ini saya mau membahas tentang Konservasi Penyu, Fisik, Morfologi
dan Perilaku Reproduksi Penyu.
Penyu
laut termasuk ke dalam kelompok teptilia yang mempunyai daerah jelajah yang
sangat luas, yang mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penyu
laut diperkirakan telah menghuni bumi ini lebih dari 100 juta tahun. Oleh
karena itu penyu laut dikenal sebagai fosil hidup.
Penyu
telah mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu
dengan adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh
yang labih ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga
memiliki kemampuan untuk mengluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan
bersama dengan makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di
dalam air dalam jangka waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit.
Telinga
penyu laut tidak dapat dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang
dilindungi oleh kulit. Penyu laut dapat mendengar suara-suara frekuensi rendah
dengan sangat baik dan daya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga
dapat melihat dengan sangat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang
yang melindungi tubuh mereka dari pemangsa. Penyu laut berbeda dengan
kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat sama. Ciri yang
paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu bahwa penyu laut
tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa terancam.
Selama
ini, Indonesia adalah rumah penyu laut terbesar di dunia. Dari tujuh spesies
penyu di dunia, enam spesies berkumpul di negeri ini. Mereka adalah penyu hijau
(Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu belimbing
(Dermochelys coriacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Narrator
depressa), dan penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea). Di antara enam jenis
penyu tersebut, penyu belimbing adalah penyu terbesar dengan ukuran mencapai 2
meter dengan berat 600-900 kg. yang terkecil adalah penyu lekang dengan ukuran
paling besar sekitar 50kg. Beberapa pantai di Indonesia menjadi tempat
peneluran utama bagi jenis-jenis penyu, salah satunya adalah Kepulauan Derawan
di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang merupakan habitat utama dari jenis
penyu hijau.
Seekor
penyu baru bisa bertelur setelah berumur 20-30 tahun. Itu pun hanya menghasilkan 40-80 butir telur. Tak semua
telur itu bisa berkembang menjadi penyu dewasa. Di antara semua jenis penyu,
yang paling rajin bertelur adalah penyu sisik. Ironisnya, penyu sisik ini
merupakan hewan dengan tingkat kepunahan “paling terancam”. Seekor penyu sisik
yang akan bertelur, akan menggali sarangnya di pasir selara 45 menit.
Dibutuhkan waktu 10-20 menit untuk meletakkan telur-telurnya. Bertelur dalam
1,5 jam dan menghasilkan telur paling banyak 250 butir, walau ukuran telurnya
tergolong kecil dibandingkan penyu-penyu lainnya. Usianya dapat mencapai 100
tahun dan berleur pada usia 5-10 tahun. Selagi bertelur dan menetaskan
telurnya, penyu sisik akan bertelur lagi sekitar 2-8 tahun kemudian.
Selanjutnya,
fungsi penyu bagi ekosistem laut. Tak banyak yang tahu, penyu adalah bagian dari
rantai makanan yang sangat penting dalam ekosistem laut. Penyu hijau contohnya,
yang punya hobi menyimpan makanan di temboloknya, sangat berjasa untuk
kehidupan ikan-ikan kecil. Bila penyu ini memamah kembali makanannya, ikan-ikan
kecil ikut berpesta menikmati remah-remahannya. Ceceran makanan itu juga
menyuburkan terumbu karang.
Bila
musim kawin tiba, kehadiran penyu-penyu sebagai memupuk laut yang miskin
nutrisi. Penyu juga amat bital untuk mengendalikan populasi alga atau
fitoplankton. Alga memang menu favorit penyu. Bila jumlah penyu menyusut,
pertumbuhan alga di lautan bisa meledak. Ledakan ini bisa sangat gawat bila
yang membengkak populasinya adalah alga merah, karena racunnya bisa membuat
ribuat ikan mati. Bisa dibayangkan, ketika penyu menghilang dari perairan,
tidak hanya gangguan ekologis saja yang terjadi. Kerugian secara ekonomi akan
dialami oleh nelayan karena hasil-hasil laut yang selama ini dijadikan tumpuan
mata pencaharian mereka juga akan berkurang, karena adanya gangguan dalam system
rantai makanan di laut.
Meskipun
penyu memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem
laut, bahaya kepunahannya di habitat alam ternyata semakin nyata. Rentang reproduksi
yang cukup lama dan diperparah dengan banyak predator alam bagi tukik yang baru
menetas, menyebabkan prosentase penyu yang dapat berkembang hingga dewasa
sangat kecil. Namun demikian, perilaku manusia menjadi faktor utama semakin
turunnya populasi penyu di habitat alam. Perburuan penyu – termasuk bagian-bagian
tubuhnya seperti telur penyu dan canglkang- oleh manusia telah menurunkan
populasi penyu secara drastic. Hal tersebut diperparah dengan beberapa aktivitas
pembangunan daerah pesisir yang berlebihan sehingga mengurangi habitat penyu
untuk bersarang.
*****
Yuhuuuuuuuuuuuuuu. Selesai. Yang mau baca lebih lengkap tentang Pulau Sangalaki, bisa dibaca di postingan sebelumnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar