Senin, 21 Mei 2012

Enough


           

 “Apa yang salah sih?”            
            “Kamu!”
            “Iya tau! Tapi dimana letak kesalahanku?” Rania berseru geram. Nafasnya berburu tak beraturan, ia hampir tersedak ludahnya sendiri karena terlalu menahan emosi. Pria di depannya ini selalu tak tahu diri ketika sedang tersulut emosi.
            Menguarkan aura menyeramkan ke seluruh penjuru tempat dimana ia berpijak. Nafasnya sama tersengalnya dengan nafas Rania, matanya berbinar nyalang dengan penuh emosi di dalamnya. Sejenak  Rania melihat ada kabut ketakutan yang singgah di binar mata pria ini.
            Seandainya pria di depannya ini bukan pemilik hatinya sejak tiga tahun lalu, Langit tidak akan segan untuk melayangkan tinju ke wajah tampannya itu. Jangan kira Rania adalah gadis lemah yang akan selalu menurut dengan perkataan orang lain. Ia akan memberontak ketika sesuatu hal yang dirasanya tak cukup rasional.
            “Kamu masih tanya salah kamu apa?”
            “God. Bicara yang benar Karel Aditya!” seru Rania kesal.
            Karel membalikkan tubuhnya hingga berada tepat di depan Rania. Nafasnya yang memburu menerpa wajah gadis itu, membuat Rania tersentak kaget. Ia refleks memundurkan wajahnya, tetapi tangan Karel lebih cepat. Pria itu mencengkram kedua pipi Rania.
            “Kenapa kamu berani mencium pria lain selain aku kemarin malam?” Karel berucap dengan penuh penekanan. Nafasnya masih menderu tak beraturan.
            Rania mengerutkan keningnya heran. Mencium seseorang? Kemarin malam? Siapa?
            “Apa aku kurang untuk kamu?”
            Lagi, Karel kembali mengajukan pertanyaan. Sementara Rania, gadis itu diam, ia sedang mencari ingatan tentang kejadian kemarin. Tak megindahkan cengkraman Karel yang mulai terasa sakit.
            Siapa yang ia cium? Siapa? Kemarin ia hanya bertemu dengan Danny, Aria, Kei, dan Kak Nanta.
            Apa Kak Nanta?
            Astaga.
            Rania ingat sekarang, kemarin Kak Nanta mencium pipinya sebelum pergi ke pantai, saat Karel berdiri tidak jauh darinya. Dan Rania tahu saat itu Karel melihatnya.
            God. Karel bodoh.
            “Bodoh,” sentak Rania. Ia menatap Karel sengit, tangan kanannya memijat pelipisnya, kepalanya pening sejak kemarin hanya karena hal ini.
            “Apa kamu bilang?”
            “Kamu bodoh Karel. Berapa kali harus aku bilang? Itu Kak Nanta. Kak Nanta, Karel. Ingat. Dia sepupuku, anak Tante Mei. Dan dia cuma cium pipi. Astaga.” Desis Rania.
            Karel mundur beberapa langkah, matanya menatap kosong setelah mendengar perkataan Rania.
            Nanta.
            Nanta.
            Nanta.
            Nama itu berputar di dalam kepalanya. Wajah tengil dengan binar mata penuh kejahilan silih berganti, berputar bak kaset rusak. Meracuni isi kepala Karel.
            Ia ingat. Sudah puluhan kali Rania memberi tahunya, tapi puluhan kali pula Karel melupakan hal itu dan bertengkar dengan Rania. Mempertanyakan siapa laki-laki yang dengan santainya mencium pipi gadisnya.
            “Sekarang ingat?” ketus Rania. Ia geram dan muak ketika Karel selalu salah paham dengan Kak Nanta. Tak pernah ingat bila diberitahu. Dan selalu hal ini yang menyulut emosi Karel.
            Selalu Rania yang kena getah, diomeli dengan hasil yang tak pernah didapat. Coba lihat Karel, apa Rania pernah membentaknya ketika ia dengan santainya menggoda Velisha dan mencuri cium di pipi gadis Rusia itu. Tidak pernah!
            Rania menjatuhkan tubuhnya, duduk memeluk lutut di hamparan pasir pantai, angin pantai yang berhembus kencang menerpa tubuhya. Membuatnya menggigil.
             “Aku cape kamu tuduh begini terus, Rel.” Rania berseru lirih.
            Benar. Ia lelah tidak dipercaya oleh kekasihnya sendiri. Seolah-olah Rania adalah sosok anak kecil yang selalu menumpahkan air dan memecahkan piring milik ibunya. Ia lelah dituduh Karel seperti ini. Seperti buronan yang sedang dalam masa pengejaran polisi.
            Apa susahnya mengingat sih? Tinggal didengar, diingat dan dipahami. Tak harus diberi tahu berulang kali kan?
            “Rania,”
            “Stop. Aku cape dengar kata maaf kamu, kamu nggak pernah percaya aku lagi. Lebih baik kita nggak usah ngelanjutin ini.”
            JDER.
            Seperti petir di siang bolong, hati Karel menjerit tak terima. Jantungnya berdentum tak karuan. Ia panik, tak menyangka kalau Rania bisa melontarkan kalimat itu.
            Gadis itu mengusap air matanya yang tak sengaja jatuh, ia berdiri, melepas cincin perak dengan nama Karel dari jarinya. Memegang telapak tangan Karel, menaruh cincin itu di telapak tangannya.
            “Aku cape Rel.” ucapnya tercekat.
            Karel berdiri diam, otaknya mati rasa. Tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Matanya menatap sendu setiap langkah Rania. Gadis itu sekarang pergi meninggalkannya.
Pergi.
Menjauh.
Dan kecewa karenanya.
            Karel Bodoh.  

Minggu, 13 Mei 2012

Beautiful Mistake


              



                Ini adalah review pertama yang saya buat untuk sebuah buku.
                Dan TARAAA. Yang mendapatkannya adalah Beautiful Mistake. Sebuah novel persembahan dari Gagas Media yang menyatukan dua penulis hebat untuk membuat sebuah gagas duet yang ciamik.
                Pertama.
                Novel ini saya sudah tahu dari lama. Tapi baru bisa dibeli tanggal 11 Mei 2012 kemarin. Dan menghabiskan waktu 2 hari. Hahaha. Rekor terjelek. Biasanya satu novel dihabiskan dalam 2-3 jam dengan pemaham isi yang cukup baik.
                Baiklah, mari saya kupas perlahan lewat sudut pandang saya mengenai novella ini.
                Beatiful mistake terdiri dari 2 cerita.
                Cerita pertama berjudul “Dreamland” yang ditulis oleh Kak Sefryana Khairil.
                Lewat Dreamland ini pertama kalinya saya membaca tulisan kak Sefry. Bagus dan mengalir dengan teratur. Hanya saja, pada bagian Dreamland masih ada beberapa tulisan yang typo.
                Di dalam Dreamland diceritakan mengenai kisah cinta Nadine dan Fajar. Dua orang yang memiliki kisah cinta yang berbeda. Nadine dengan kisah cintanya yang berhenti di tengah jalan karena sang pacar lebih memilih untuk menikah dengan orang lain. Ia terpuruk dan memilih untuk pergi berlibur ke Bali. Dalam masa-masa suram miliknya, Nadine pergi ke One Love Bar, di sana ia bertemu dengan Fajar. Seorang bartender yang mendapat perhatian lebih darinya.
                Kisah mereka mengalir secara perlahan. Dari Nadine yang merasakan jantungnya berdentum tak karuan saat melihat Fajar menjuggling botol. Bagaimana ia terpesona dengan Fajar. Seorang bartender dengan aura misterius yang dimilikinya. Dan ternyata bukan hanya Nadine yang merasakan perasaan berbeda. Fajar juga merasakan perasaan itu saat pertama kali melihat Nadine. Ia melihat Nadine sebagaivisualisasi dari sosok istrinya. Tetapi dalam konteks dan kepribadian yang berbeda.
                Perjalanan cinta mereka tak berjalan mulus. Fajar selalu hidup dalam dunia ketakutan yang dibuatnya, membuatnya menjadi enggan dan tentu saja takut untuk menerima cinta yang ditawarkan oleh Nadine. Tetapi seorang Nadine tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha untuk membujuk Fajar dengan cara apapun. Termasuk merelakan beasiswa New York.
                Di Dreamland bertaburan banyak sekali kata-kat indah. Quetos-quetos cantik bergantian satu per satu. Terasa manis saat membacanya.
                Dan kalau boleh berkomentar, saya agak sedikit kesal dengan keadaan dan cara berpikir kedua tokoh ini. Mereka tidak tegas. Yah seperti itu, dan sedikit bingung untuk endingnya. Mungkin bila dijadikan sebuah novel tersendiri akan semakin jelas.
                Dan itu lah komentar saya buat Dreamland kak Sefry. Bagus :)
                Mari melanjut ke cerita kedua.
                Chokoréto milik Kak Prisca Primasari.
                Dan wohooooooooooooo, saya seperti dibawa masuk dan berkeliling di Rusia, walau cerita ini bersetting di Jepang.               
                Dan seperti sebelumnya, saya mulai tidak bisa keluar dari dunia yang dibuat Kak Prisca seperti  Éclair dulu.
                Di dalam Chokoréto ada dua tokoh sentral dengan kepribadian berbeda. Akai Fukue, anak tunggal dari Fukue-san yang berusaha pergi dari mimpi yang sudah diraihnya. Pergi meninggalkan Rusia dan menetap di Jepang untuk merawat Toosan-nya. Sosok selenge-an yang tidak bisa diam.
                Ia tinggal di Jepang dan menjadi pegawai di kafe cokelat toosan-nya. Meracik berbagai macam cokelat hangat. Mengubur mimpinya sendiri untuk bisa tinggal lebih lama dengan toosan-nya.
                Tetapi ternyata, segala hal yang berbau dengan mimpinya sebelumnya tidak bisa pergi jauh.
                Yuki Akihara, seorang gadis yang berasal dari Okinawa. Suatu hari Kai mendengar Yuki bermain Nocturne in E flat Major milik Chopin yang sudah disimplifikasi. Dan mulai dari situ kisah mereka dimulai.
                Kai yang penasaran ingin berkenalan dengan Yuki akhirnya pergi ke rumah gadis itu, tetapi sesampainya di sana ia tidak bisa langsung bertemu dengan gadis Okinawa itu. Ia terpaksa kembali ke Chokoréto. Dan ternyata, ia bertemu gadis itu di sana. Gadis itu duduk bersedekap bersama sahabatnya. Wajah datarnya berubah menjadi lebih lembut ketika ia berbincang dengan sahabatnya.
                Dan diam-diam Kai menyukai ekspresi lembut gadis itu. Tak berapa lama setelah hari itu, Yuki kembali sendiri ke Chokoréto, duduk diam dengan buku tulis dan pulpen. Ia seorang penullis yang sedang berharap akan nasib naskah novelnya. Dari hari itu, Kai penasaran dan selalu mengikuti Yuki kemana pun gadis itu pergi.
                Termasuk pergi ke kursus music yang diikuti oleh Yuki. Di sana Kai bertemu dengan Ravel-sensei. Dan dimulai lah segala hal yang tertuju pada mimpinya.
                Pertemuan pertama Kai dengan Ravel-sensei ia  harus memainkan sebuah gubahan yang cukup sulit. Tentu Kai bisa memainkannya dan menghasilkan keterpukauan dari Yuki.
                Segalanya berlanjut dengan manis. Dengan banyak gubahan yang ditampilkan oleh Kak Prisca. Berbagai nama composer-komposer dunia. Yang membuat saya senyum-senyum sendiri saat membacanya.
                Mimpi Kai dan Yuki perlahan mulai terwujud. Terutama untuk Yuki yang akhirnya berhasil menerbitkan novel pertamanya dengan bantu Kai. Dan Kai akhirnya luluh untuk kembali ke Rusia dan mengikuti concours di sana. Walau mendapatkan juara 2.
                Dan. Saya belum puaaaaaaaaaaaaaas. Ini terlalu singkat untuk sebuah cerita yang manis T__T. saya mau lebih huhuhu.
                Endingnya yang manis bikin saya ga berhenti senyum. Selesai meneutup buku  ini, dua harapan mulai loncat di kepala saya. “Saya mau sekolah music di Rusia suatu hari nanti” dan “Saya mau punya pacar pianis” :)) hahahaha.
                Ah, dua cerita manis yang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan saya suka banget banget banget.  4 bintang untuk dua kisah cinta ini.
                Dan terima kasih untuk Kak Sefryana dan Kak Prisca karena sudah membuat sebuah cerita manis yang bikin saya senyum-senyum sendiri. hehehhe.
                Dan buat Gagas Media. Aaaaaaaaa I love you so much. Selalu suka dengan buku terbitan gagas. Harum kertas yang beda dari buku-buku terbitan penerbit lain. Cover dan layout yang manis. Ciri khas gagas selalu.
                For last, its my review for Beautiful Mistake :)
                Enjoy :)

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...