Senin, 02 Juli 2012

Senja


Senja.
Ia terpatri jelas di mata ku.
Laksana zamrud di sore hari.

Senja.
Mengingatkan ku pada pertemuan pertama kita.
Pertemuan indah yang membuatku jatuh cinta kepada mu.
Pertemuan yang membuatku terpana akan pesona mu.

Senja.
Mengingatkan ku pada hembusan nafas mu yang hangat.
Mengingatkan ku pada suara lembut khas milik mu.
Senja pula yang membuatku tersipu karena melihat mu.

Senja.
Ia melukiskan nama mu di ufuk barat sana.
Melukis langit begitu indah.

Senja.
Ia menemani sore mu. Menemani mu yang asik berkutat dengan bola.
Basket dan senja adalah hal yang terpatri jelas di dalam memori ku ketika aku melihat mu.

Senja.
Mengingatkan ku akan warna pipi mu yang merona ketika kau terengah lelah.

Semua.
Semua yang tercipta jelas melalui senja selalu mengingatkan akan sosok diri mu.
Sosok yang ku kagumi.
Sosok yang membuatku terpana akan dirinya.
Sosok yang membuatku terpaku karena pesonanya.
Sosok yang membuatku tersipu karena melihat senyumnya.
Sosok yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Semua.
Semua tentang mu.
Semua ucapan lembut mu.
Setiap hembusan nafas mu.
Setiap tatapan hangat yang terpancar jelas di kedua bola mata mu.
Semuanya.
Ia melekat sempurna.
Dan senja sore ini.
Senja dimana langit kembali melukiskan nama mu.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu.
Selamat tinggal.
Iya selamat tinggal.

Selamat tinggal untuk senja hari ini.
Selamat tinggal untuk semua memori indah kala senja merona.
Tapi kau tenang saja.
Aku selalu mengenang senja dengan senyum. Tanpa air mata dan kesedihan.

Aku hanya ingin bilang.
“Selamat tinggal sayang”.
Iya selamat tinggal.
Berbahagialah dengan kekasih baru mu.
Berbahagialah dengan seseorang yang menempati sudut hati mu saat ini.
Semoga kalian selalu berbahagia.

Kau tidak perlu meminta maaf.
Karena aku tahu.
Di sudut hatimu sudah tidak ada lagi tempat untuk mengukir nama ku.
Namanyalah yang sekarang menjadi dewi utama mu.
Aku akan mundur perlahan.
Melepas mu.
Membebaskan mu dari semua hal yang menyangkut diri ku.
Terbang dan kepakan sayap mu bersamanya.
Aku akan melihat kalian dari bawah dengan ditemani oleh senja yang merona.

Sekali lagi.
Selamat tinggal.
Berbahagialah.
Terima kasih untuk semuanya.

Namamu akan selalu terlukis sempurna di ufuk barat sana kala senja merona.

Prolog One Day


Hai dear ^^
            Maaf ya sudah lama aku tidak menulis dan bercerita di sini. Dan maaf juga aku melupakanmu selama dua tahun ini. Salahkan saja Mama yang menyembunyikan, ah bukan, maksudku lupa menyimpannya.
            Ternyata kau terselip di bawah lemari Mama. Kau tidak apa-apakan? Maafkan aku ya.
            Hmm baiklah, karena sudah lama aku tidak bercerita denganmu. Aku akan menceritakan sesuatu. Ah tidak, aku akan menceritakan semua kegiatanku selama dua tahun ini.
            Psssst, jangan beritahu Mama ya, aku tidak mau ditertawakan oleh beliau.
            Ah aku tidak jadi bercerita tentang kegiatanku selama dua tahun ini, ada yang terlupa hehehe. Aku menulis saja dan bercerita tentang apa pun saja ya.
            Dua minggu lagi aku akan pulang. Pulang. Aku ulang. Pulang. P-U-L-A-N-G.
            Bukan pulang ke Jerman tempat Nenek dari Mamaku. Tetapi kembali ke Seoul. SEOUL :D
            Ah ternyata sudah sebelas tahun aku tidak berkunjung ke sana. Uhmm seandainya bukan untuk mengejar cita-citaku, aku tak mau meninggalkan Seoul. Aku tak mau meninggalkan kota tempat aku dibesarkan itu.
            Tetapi tidak apa-apa. Appa1 sudah berjanji akan mengajak kami kembali ke sana hehehe. Yah walaupun ada hal terselubung di dalamnya. Aku harus memberikan satu pertujukan disana. Dan segala hal sudah Appa atur, aku hanya tinggal menjalankannya saja.
Berbicara tentang Seoul, aku jadi ingin makan Kimchi, Ramyeon, Bulgogi, dan yang lain. Disini kau tak bisa mendapatkan makanan--makanan itu, ah bukan-bukan. Aku tidak bisa mendapatkannya karena aku harus terkurung di dalam asrama –upss-.
          Berbicara tentang Seoul, aku jadi ingin makan Kimchi, Ramyeon, Bulgogi, dan yang lain. Disini kau tak bisa mendapatkan makana-makanan itu, ah bukan-bukan. Aku tidak bisa mendapatkannya karena aku harus terkurung di dalam asrama –upss-.
            Mau merengek ke Mama juga tidak akan dibuatkan. Ya sudah tidak usah makan sekalian saja hahaha. Tapiiiiii. Dua minggu lagi kalian semua akan aku lahap *yumm*
            Appa adalah salah satu pengajar di sini, Mama juga. Dan yeah, karena aku menjadi anak dari dua pengajar di sini. Aku juga harus masuk ke sini.
            Uhmm kalian bingung ya? Baiklah, aku ada di New York City hehehe. Aku di Julliard. Kalian tahu Julliard kan? Sekolah seni terkenal di NYC. Aku mengambil Divisi Piano di sini. Cita-citaku.
            Appa dan Mama ku adalah dua pengajar di Julliard. Oh ya, kenapa aku memanggil Mama dengan sebutan ‘Mama’, karena, beliau tidak mau dipanggil dengan sebutan ‘Eomma2”. Beliau lebih mencintai Jerman daripada Korea. Yah walaupun cintanya kepada Appa tak diragukan lagi. Tapi tak apa lah.
            Dan yeah, aku sudah lulus dari Julliard J. Tiga tahun lalu, karirku juga mulai menanjak naik hehe. Dan soal Seoul, aku akan mengadakan Resital di sana. Appa yang akan mengaturnya.
            Ah sudah tidak usah berbicara tentang Julliard, aku bosan hahaha.
            Aku merindukan Seoul. Sangat-sangat merindukannya. Terutama dia.
            Uhhhh ayolah cepat berlalu semua ini. Pssst aku masih harus mengadakan sebuah Resital disini sebelum pergi ke sana. 
            Oppa3, Bogoshippoyo4




___________________________________
1.                  Appa : Ayah
2.                  Eomma : Ibu
3.                  Oppa : Kakak Laki-laki (disebutkan oleh perempuan)
4.                  Bogoshippoyo : Aku meindukanmu

Minggu, 01 Juli 2012

Our Holiday


Title : Our Holiday.
Lee Seung Gi family in Germany

****
            Annyeonghasaeyo.
            Lee Chi Hoon imnida.
            Tebak, aku ada dimana sekarang?
            Seoul? Aniya.
            Hongdae street? Bukan.
            Busan? Tidak juga.
            Taiwan? Tak ada dalam list liburan ku.
            Lalu dimana?
            Ayo apa kalian semua bisa menebaknya?
            Baiklah, bila kalian tak bisa menebaknya. Aku akan memberi beberapa clue untuk memudahkan kalian.
            Pertama, dimana kalian bisa menemukan empat musim berlangsung? Selain Korea dan Jepang.
            Yup, Eropa.Eh di Amerika juga sih.
            Lalu dimana kalian bisa menemukan seorang Oziel dan Klose?
            Tepat. Jerman.
            Lalu dimana kalian bisa menemukan dan melihat Rumah Goethe? tempat kelahiran penulis Jerman yang paling penting, Johann Wolfgang von Goethe.
            Ah kalian tak bisa menebak ya? Aku juga bingung ingin memberi clue apa lagi. HAHAHA.
            Baiklah, aku beri tahu ya. Sekarang aku ada di Jerman. Tepatnya di Frankfurt. Frankfurt. Sekali lagi aku ulang ya, Frankfurt. F.R.A.N.K.F.U.R.T.
            Hehehe. Akhirnya Appa dan Eomma menepati janji mereka untuk mengajak kami kemari. Ya Tuhan, aku tak percaya bahwa sekarang aku sedang berada di sebuah Negara dimana seorang Hitler pernah hidup dan tinggal.
            Aku juga tak menyangka bahwa sekarang aku berada di bawah langit Frankfurt. Sebuah kota yang merupakan salah satu pintu gerbang ke Eropa
            Jerman.
            Siapa yang tak tahu?
            Negara dengan begitu banyak keindahannya.
            Aku kemari tak seorang diri. Tentu saja aku bersama Appa dan Eomma, dan tak lupa, adik perempuanku.
            Ah aku lupa memperkenalkan adikku ya. Saat ini ia sedang tertidur dipelukan Appa. Ia kelelahan karena selama di dalam pesawat tak ada tidur sama sekali. Hah rasakan itu. Saat kami semua disuguhkan dengan keindahan Frankfurt airport, ia malah tertidur pulas.
            Adikku bernama Lee Seung Hyun. Namanya sama seperti nama tengah Appa dan Imo ku kan?
            Oh iya hampir saja lupa. Kalian tahu tidak siapa nama orang tuaku? Tahu tidak? Apa tidak tahu. Aisssh keterlaluan.
            Appa ku ada seorang penyanyi solo yang paling hebat di seluruh Korea Selatan. Ia juga actor yang tak kalah hebat dengan Kim Soo Hyun. Ah, nama ahjussi satu itu juga ada di nama adikku kan. Huh, salahkan Eomma dan Appa yang mengidolakannya.
            Kalian belum tahu juga siapa nama Appa ku? Lihat nama tengahnya. Siapa nama istri para member Super Junior yang ada ‘Seung’-nya?
            Tepat. Seung Mi imo.
            Huh kalian benar-benar tak tahu. Appa-ku itu Lee Seung Gi. Penyanyi Korea yang tampan bukan. Yah walaupun masih tampan aku daripada Appa. HAHAHA. Ups.
            Dan Eomma-ku adalah seorang model terkenal di seluruh Jerman. Yeah, selain liburan, kami juga akan mengunjungi rumah halmoeni dan haraboji yang berada di Berlin.
            Eomma-ku itu Min Hyo Sun. Seorang mantan model paling terkenal di seluruh Jerman.
            Semua orang pasti akan terpesona dengan kecantikkan dan keanggunan Eomma-ku. Tapi Appa lah laki-laki yang beruntung mendapatkan hati Eomma. Seandainya saat itu Eomma tak mengadakan sebuah pergelaran fashion di Korea, mungkin saja mereka berdua tak bertemu. Dan kami bertemu pasti tidak akan terlahir di dunia ini.
            Ah, kisah pertemuan mereka, biar Appa dan Eomma saja yang menceritakannya nanti. Aku ingin menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh kota indah ini dulu ya.
            “Hoonie-ya, kau tak lelah sayang?”
            Aku memutar kepala dan menatap eomma. “Tidak. Ini indah sekali Eomma, aku tak pernah melihat itu sebelumnya.” Aku menunjuk salah satu bangunan yang masih berada di kawasan Frankfurt airport.
            Eomma tertawa mendengar ucapanku. “Tentu saja sayang. Bangunan itu hanya ada di Frankfurt.”
            “Tidak juga. Appa pernah melihatnya di suatu tempat.” timpal Appa.
            Aku menatap Appa dengan antusias. Aku selalu suka mendengarkan cerita Appa tentang apapun.
            “Dimana?” tanyaku dan Eomma secara bersamaan.
            “Di lukisan besar di ruang tengah keluarga kita kan,” seru Appa dengan wajah serius.
            Aku melotot mendengarkan, yang benar saja. Sedangkan Eomma sudah melayangkan cubitan mautnya ke pinggang Appa, hingga Appa terpekik kaget. Eomma melayangkan tatapan tajam yang dibalas Appa dengan cengiran lebar.
            Aku mendengus sebal. Sudah biasa melihat Eomma dan Appa yang akan bertengkar kecil seperti itu. Dan hei lihat, Hyunnie tetap tertidur dengan tenang. Dasar -_-.
            Frankfurt, siapa yang tak tahu kota satu ini. Frankfurt adalah salah satu pintu gerbang ke Eropa.
            Kata Appa, bukan hanya sebagai salah satu pintu gerbang ke Eropa saja, tetapi Frankfurt juga sebagai sebuah kota yang beragam secara internasional, Frankfurt memiliki banyak hal-hal besar yang bisa ditawarkan kepada para turis yang berkunjung; mulai dari seni, kegiatan luar ruangan, belanja, bangunan bersejarah dan gedung-gedung bertingkat.
            Aku pernah membaca di salah satu buku, tentu saja buku milik Eomma.
Di sana dikatakan bahwa Frankfurt adalah kota di Jerman yang banyak dikunjungi. Bukan karena keindahannya, tapi karena ingin berbisnis, walaupun di kota ini terdapat banyak gereja tua yang indah.
Biasanya, untuk berlibur, orang-orang pergi ke Roomerberg, yang berada di pinggir kota Frankfurt. Roomerberg biasa disebut juga Paulskirche. Di kawasan ini ada dua katedral yang sangat terkenal. Salah satunya adalah Katedral St. Bartholomew, tempat dinobatkannya para raja Jerman sejak tahun 1562.
Selain itu, katedral yang terkenal adalah Katedral Imperial. Bangunan ini terlihat mencolok dengan kehadiran menaranya. Sangat jarang katedral dibangun dengan menara. Mungkin, menara ini dulu dibangun untuk memantau keadaan kota, atau sebagai menara pengawas saat terjadi perang. Jadi, kedatangan musuh bisa diketahui dengan cepat.
Tidak hanya katedral saja yang bisa dinikmati keindahannya, di kota ini. Ada tiga rumah Gothic yang merupakan rumah tradisional Jerman. Hebatnya hingga saat ini bangunan ini masih terjaga keasliannya. 
Nah, tepat di depan tiga rumah Gothic ini ada sebuah lapangan besar. Aneka perayaan besar kerap dilakukan di sini. Seperti ketika Jerman berhasil menjadi juara Piala Dunia tahun 1990 dan Euro Cup 1996. Seluruh penduduk berpesta di lapangan ini. Mereka menari dan menyanyi untuk merayakan kemenangan Jerman. Wah, seru sekali. 
            Dan Appa sudah berjanji akan mengajak kami untuk mengunjungi ketiga rumah Gothic itu.
           Wah hebat sekali bukan penjelasanku tentang Frankfurt. Hahaha. Tentu saja, aku kan pintar dan tampan. Ups.

****
           
            Halo, perkenalkan aku Hyo Sun. Kalian sudah tahu bukan sekarang kami sekeluarga sedang berada di Frankfurt. Yup, tepat sekali. Saat ini aku, oppa dan anak-anak sedang berada di kota kelahiranku. Menepati janji kami berdua untuk mengajak dua bocah kecil itu berlibur kemari.
            Ah ternyata aku sangat merindukan Frankfurt hingga tak bisa tidur semalaman. Saat Oppa menemani anak-anak tidur, aku menyelinap keluar hotel dan berjalan menyusuri sekeliling hotel.
            Udara Frankfurt dan Seoul benar-benar berbeda. Aku tak menyangka bahwa aku betah untuk tak ke Frankfurt selama tujuh tahun.
            Di kota ini aku besar dan meniti karir. Entahlah apakah ada teman-teman modelku masih ada yang mengingatku. Semenjak dilamar dan menikah dengan Seung Gi oppa, aku hanya pernah kembali ke Frankfurt dua kali.
            Saat menjenguk Ibu dan Ayahku yang saat itu sedang sakit. Lalu yang kedua saat Oppa memberi sebuah kejutan di hari ulang tahun pernikahan kami yang kedua. Oppa bilang, ini sebagai permintaan maaf karena ia tak bisa mengajakku berbulan madu keluar Seoul.
            Ya. Kami berdua memang hanya berbulan madu di Busan dan Mokpo saja. Karena saat itu, oppa sedang ada pekerjaan di dua kota itu. Sehingga, sebagai istri yang baik, tentu saja aku harus mengikuti kemana suamiku pergi bukan.
            Karena saat ini Chi Hoon dan Seung Hyun sudah berumur 7 dan 6 tahun. Kami berdua sudah berjanji dengan mereka. 
            “Kenapa sudah bangun?” bisik oppa tiba-tiba.
            Aku menengok ke sebelah kanan, dimana oppa menumpukkan dagunya di pundakku. Kedua lengannya melingkar sempurna di perutku. Gurat lelah karena perjalanan panjang kemarin masih tersisa di wajahnya. Ia memejamkan mata, deru nafas teraturnya menerpa leherku.
            “Aku tak bisa tidur.”
            Kami berdua berdiri di depan balkon kamar. Aku sedang menikamti udara pagi Frankfurt seraya menikmati sinar matahari yang menerpa wajahku.
            Oppa langsung membuka matanya mendengar jawabanku. Ia menatapku dengan sorot penuh penjelasan. Aku mendesah.
            “Kau tahu bukan, aku sudah lama tak kemari. Aku tak bisa tidur karena terlalu bersemangat untuk hari ini.” ucapku pelan.
            Oppa menghela nafasnya, ia memutar tubuhku agar menghadapnya. Ku lingkarkan kedua lenganku di leher oppa, mematuk bibirnya. Morning kiss.
            Oppa menyeringai setelah ku cium, dengan cepat ia kembali menempelkan kedua bibir kami. Aku selalu bergetar tak karuan setiap oppa menciumku. Rasa gelisah itu selalu datang saat kami sedang berdua seperti ini, rasa gugup yang akan bertahan lama bila oppa tak menjauhkan wajahnya dari wajahku.
            “Aku jadi ingin mengajakmu untuk tinggal di sini, kalau kau memberiku morning kiss seperti ini.”
            Aku merona mendengarnya, dasar mesum.
            “Kau terlihat lelah sayang. Tidurlah sebentar. Anak-anak  juga masih tidur. Kita masih punya waktu dua jam sebelum berkeliling kota, bukan?”
            Aku menggeleng tak mau. Posisi kami masih betah seperti ini. Ku sandarkan kepalaku di dada oppa, mendengar detak jantungnya yang berdetak teratur.
            Oppa mengelus kepalaku dengan sayang. “Aku tak bisa tidur.” seruku.
            “Ayolah. Apa kau mau anak-anak khawatir melihat Eomma mereka pucat seperti mayat hidup ini?”
            “Yak!” aku berteriak tak terima.
            “Makanya, ayo tidur dulu. Akan ku bangun setengah jam sebelum kita pergi. Ayolah Hyo.”
            Aku tetap menggeleng tak mau. Karena kunjung tak mendapatkan apa yang diingkannya, oppa langsung menggendongku menuju tempat tidur dengan bridal style. Aku hanya bisa terpekik kaget. Meronta untuk diturunkan juga tak di dengarnya, oppa tetap membawaku.
            Ia menurukan ku dengan hati-hati, setelah itu dengan cepat, oppa berputar dan melompat naik ke atas tempat tidur. Ia mengukungku dalam pelukannya agar aku tak bis akabur kemana-mana.
            “Lepas.”
            “Tidak mau. Tidur sekarang.”
            “No.”
            “Min Hyo Sun. Tidur.” ucap oppa telak. Aku menggeleng tak mau dan meronta dalam pelukannya. Ia memelukku dari belakang.
            “Tidur.  Atau kau mau aku  menciummu sepanjang dua jam sebelum kita pergi!” ancamnya.
            Aku refleks menggeleng tak mau. Ia menyeringai makin lebar mendapati aku tak bisa lagi mengelak.
            Hah dasar  namja mesum!!!!
           
****

            Wohooooooooooo. Ini benar-benar keren.
            Menara Utama atau Main Tower benar-benar indah. Aku belum pernah kemari sebelumnya. Ini kunjungan pertama kami. Appa dan Eomma benar-benar menepati janji mereka untuk mengajak kami berdua berlibur kemari.
            Saat ini kami sedang berada di ketinggian 200 meter. Menikmati kota Frankfurt dari atas. Melihat bagaimana bangunan-banguna indah itu berdiri dengan gagah.
            Eomma bilang, Menara Utama dibangun antara tahun 1996 sampai 1999 dan baru dibuka tahun 2000 lalu. Desain fitur menara tampak seperti dua menara yang terhubung. Menara yang lebih kecil adalah sebuah bentuk balok dan desain umum untuk arsitektur tahun 1970-an. Yang kedua dan lebih tinggi adalah menara sirkuler dengan eksterior kaca biru yang menampilkan seluruh transmisi menara. Menara utama terletak di Mainzer Neue Strasse 52-58, Frankfurt.
            Aku tak terlalu paham dengan hal itu. Tapi yang ku tahu, dari atas sini kami bisa melihat laut. Aaaah indah sekali.
            “Hyunnie ayo cepat. Kau mau ditinggal Eomma dan Appa.” Hoon Oppa berteriak memanggilku.
            Aku menoleh dan melihat mereka yang siap masuk ke dalam restoran yang berada di puncak menara tertinggi keempat di Frankfurt ini.
            Aku berlari menuju mereka. Sejak tadi aku berdiri di pinggir kaca untuk melihat keseluruhan kota. Tak menghiraukan pekikan-pekikan senang dari Eomma dan Oppa ku.
            Appa menyambutku ke dalam pelukannya. Aku langsung mengalungkan lenganku di leher Appa agar tidak jatuh.
            Appa mencubit hidungku gemas, “Apa yang kau lihat Hyunnie-ya? Sampai-sampai panggilan oppa mu tak kau dengar?”
            “Pemandangan di bawah sana benar-benar indah, Appa.”
            “Apa dengan melihat itu kau sudah puas? Tak ingin melihat yang lain?”
            “No. Setelah ini kita akan kemana?”
            “Kau maunya kemana?” Appa menurunkanku di kursi yang berada tepat di depan Hoon Oppa.
            “Eomma setelah ini sebaiknya kita kemana?” aku melemparkan pertanyaan ke Eomma yang sedang memilih menu makan.
            Rumah Goethe, Museumsufer, Museum Senckenberg, atau Museum seni modern?”
            Aku menatap Eomma dan Appa dengan wajah bingung. Keempat tempat itu begitu asing di telingaku. Aku hanya pernah mendengar tentang Rumah Goethe saja dari Hoon Oppa. Sedangkan yang lain baru kali ini ku dengar.
            Appa tertawa melihat wajah bingungku, ia mengerling jahil ke arah Eomma. “Bagaimana kalau kita ke Rumah Goethe saja dulu? Lalu setelah itu kita ke Museumsufer?”
            “Tak mau.” sela Hoon Oppa.
            “Kenapa sayang?” Eomma bertanya dengan lembut.
            “Aku ingin kita Kebun Raya Palmengarten dulu, ya Appa? Mau ya?”
            Appa tampak berpikir sejenak, ia mengangguk setuju setelah melihat tatapan memohon dari Hoon Oppa. Serta senyuman lembut Eomma.
            “Baiklah. Kita ke Kebun Raya Palmengarten dahulu. Lalu setelah itu kita ke Rumah Goethe. Eomma kalian bisa mengambek bila kita tak ke sana.” seru Appa jahil.
            Eomma melotot mendengarnya. Mereka berdua lalu mulai berdebat mengenai hal itu. aku dan Hoon oppa hanya memutar mata bosan. Sudah pernah Hoon Oppa katakan bukan, Eomma dan Appa itu selalu saja berdebat tak tahu tempat.

****

            Ya Tuhan. Ya Tuhan.
            Appa dan Eomma benar-benar mengajak kami berdua berkeliling Frankfurt selama dua hari penuh kemarin. Kami keliling kemana pun. Semua tempat indah sudah kami kunjungi.
            Ke Rumah Goethe yang idamkan oleh Eomma. Ke Kebun raya Palmengarten yang sangat ku inginkan. Lalu kami pergi ke Museumsufer yang terletak di Schaumainkai, Frankfurt, keinginan Appa dan Hyunnie.
Karena saat itu hari sabtu, kami berburu harta di pasar loak terbesar di Farnkfurt. Dan semua hal itu sungguh sangat menyenangkan.
            Aku dan Appa mendapatkan banyak barang. Eomma dan Hyunnie juga. Kami membeli empat kaos bergambar keindahan kota Frankfurt yang lansung kami kenakan saat itu juga.
            Menikmati Sabtu sore dengan berjalan-jalan di sepanjang sungai utama yang melalui pusat kota Frankfurt dimana kedua sisinya dibatasi oleh beberapa museum terbaik di Jerman. Kami juga mengunjungi museum fil Jerman dan museum seni rupa Städel yang berada di sana.
            Lalu setelah itu kami berkunjung ke Museum Senckenberg.
Dimana museum ini adalah museum sejarah alam terbesar di Jerman,  di sana ditampilkan ribuan pameran mulai dari fosil amphibi sampai mumi Mesir. Namun daya tarik museum yang paling terkenal adalah pameran kerangka dinosaurus besar, salah satu yang terbesar di Eropa. Museum ini berisi koleksi terbesar dan paling beragam di dunia dengan sekitar 2000 spesimen replika burung. Pada tahun 2004, hampir 400.000 orang mengunjungi museum ini.
Museum yang terletak di Senckenberganlage 25, Frankfurt am Main ini didirikan antara 1904 dan 1907 di luar pusat Frankfurt di daerah yang sama dengan Johann Wolfgang Goethe University, yang didirikan pada tahun 1914. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 9.00-17.00 dengan harga tiket untuk orang dewasa 6 Euro dan anak-anak 5 Euro.
Dan pada hari Minggu, kami semua berkunjung ke Museum seni moderen . museum ini tidak hanya terkenal dengan koleksi seni yang luas termasuk artis-artis seperti Roy Lichtenstein, Joseph Beuys, Andy Warhol, dan Gerhardt Richter, tetapi juga terkenal akan arsitektur berani-nya.
Dirancang oleh arsitek Hans Hollering, museum yang didirikan tahun 1981 ini memiliki bentuk segitiga dan disebut "potongan kue" oleh penduduk setempat.
Eomma bilang, Museum ini terletak di Domstrasse 10, Frankfurt dan buka hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 10.00-18.00 dengan harga tiket 8 Euro.
Dan terakhir, kami semua pergi Belanja di jalan Zeil. Ini keinginan Eomma.
Eomma memberitahu kami semua setelah dari Museum seni modern, tempat utama untuk berbelanja di Frankfurt adalah zona pejalan kaki yang ramai disebut "Zeil". Wilayah ini juga disebut "The Fifth Avenue Jerman". Pusat perbelanjaan ini menawarkan segalanya mulai dari butik mewah dan deretan departement store internasional sampai pusat perbelanjaan modern 10 lantai bernama "Zeil Galerie".
Kalian tahu, selama di Zeil, wajah Eomma dan Hyunnie tampak begitu senang.

****

            “Appa kita akan kemana?”
            Chi Hoon da Seung Hyun bertanya secara bersamaan. Aku melempar senyum ke mereka, menjawab rasa penasaran yang terpeta jelas di wajah mereka berdua.
            “Kita akan ke Dresden.”
            “Eh, Dresden. Dresden itu apa, Eomma?” Seung Hyun beralih bertanya ke Eomma-nya.
            Hyo Sun menepuk pelan puncak kepala Seung Hyun yang menyembul di antara bangku kemudiku dan bangku Hyo Sun.
            Setelah tiga hari penuh kami menghabiskan waktu di Frankfurt dan berkeliling ke mana pun, aku mengajak mereka untuk ke Berlin terlebih dahulu. Mengunjungi kedua mertuaku.
            Dua hari kami menginap di Berlin, lalu pagi-pagi tadi, aku dan Hyo Sun membangunkan anak-anak untuk mengajak mereka ke Dresden.
            “Dresden itu sebuah kota bergaya baroque terindah di Jerman sayang. Berada di timur Jerman. Di sana kalian bisa melihat keindahan arsitektur seperti Zwinger, Frauenkirche, Semperoper dan Residenzschloss. Bukankah kalian ingin melihat hasi kasrya-karya mereka.” Jelas Hyo Sun.
            Bisa kulihat bagaimana perubahan ekspresi wajah mereka berdua. Wajah bingung mereka berdua telah berganti dengan wajah penuh antusias. Kedua mata Hoon bersinar dengan terang mendengar penjelasan Eomma-nya.
            Putra ku ini selalu seantusias itu ketika mendengar tentang arsitektur. Ia sudah mulai tertarik dengan segala hal berbau arsitektur sejak dua tahun lalu.
            “Lalu apa lagi yang akan kita dapatkan di sana? Apa kita akan berkunjung ke banyak tempat seperti di Frankfurt?” Hoon bertanya dengan menggebu-gebu.
            “Kita akan ke Schloss Pillnitz yang ada di tepi Sungai Elba, sayang.” Hyo Sun menjawabnya dengan sabar.
            “Schloss Pillnitz itu apa, Eomma?” kali ini Seung Hyun yang bertanya.
            “Schloss Pillnitz itu istana.” Aku menjawabnya.
            Hoon dan Seung Hyun menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka berdua tak bertanya lagi setelah itu. asik dengan pemandangan indah yang berada di kanan dan kiri kami. Perjalanan ini benar-benar membuatku rileks.
            Ternyata menyempatkan untuk berlibur dalam jangka waktu yang panjang cukup membuat energi ku yang terkuras kembali penuh. Ditemani oleh dua malaikat kecilku, serta istri tercinta itu sangat sangat menakjubkan. Hahahaha.
            Menjelang tengah hari, kami sampai di Dresden. Setelah check in di salah satu hotel di Altstadt atau kota tua. Kami beristirahat selama dua jam sebelum memulai penjelajahan di Altsdat.
            Hyo Sun, Chi Hoon dan Seung Hyun begitu antusias ketika kami keluar hotel untuk berjalan-jalan. Aku mengajak mereka semua ke Zwinger, wisata arsitektur kami mulai.
Kompleks museum Zwinger adalah mahakarya arsitektur baroque dan merupakan bangunan kuno paling terkenal di Dresden. Penggagasnya adalah dua seniman besar matthäus Daniel Pöppelmann sebagai arsitek dan Balthasar Permoser. Zwinger menurut kami adalahs sebuah kompleks mirip candi yang luas, dengan empat air taman berair muncrat di bagian tengahnya. Ukiran batu-batunya memang sangat menawan. Gerbang yang kami masuki bagaikan bermahkota emas. Turis-turis termasuk kami heboh memotret isi kompleks.
Hoon dan Hyunnie berteriak girang ketika kami masuk ke dalam museum Zwinger. Mereka berdua mulai berpose di seluruh tempat untuk di foto. Hyo Sun juga tak mau kalah, mereka bertiga mulai menyerangku dengan wajah-wajah aegyo mereka untuk di foto.
Aku tak tahan melihat itu semua. Mereka benar-benar membuatku tertawa lepas hari itu.
Perjalanan kami pun kemudian berlanjut ke Theaterplatz yang berisi Semperoper, opera sangat terkenal di negeri ini dengan patung Johanns von Sachsen di bagian muka, Frauenkirche, gereja raksasa yang baru kelar dibangun kembali setelah terkena serangan bom puluhan tahun lalu, Taschenbergpalais,sebuah bangunan yang dibangun Pöppelman untuk istri Augusts des Starken, Gräfin Cosel, serta bekas gereja katolik Hofkirche. Hanya satu kata untuk menggambarkan keindahan arsitektur bangunan-bangunan tersebut :WOW…
Pameran keindahan tak berhenti sampai disini, hanya beberapa langkah dari Theaterplatz membujur Jembatan Augustus, kebanggaan warga Dresden penghubung Altstadt dan Neustadt (kota baru), Festung Dresden yang memiliki bangunan bawah tanah, Stallhof dan Fürstenzug, lukisan para penguasa Dresden di permukaan 25 ribuan keramik Meissen.
Aku harus tetap setia menjadi fotografer mereka bertiga. Kami menghabiskan hari itu dengan kembali menuju hotel dan menyusuri kembali jalanan yang kami lewati tadi.
“Appa ini benar-benar menyenangkan.” seru Hyunnie senang. Ia berlari ke arahku dan mendaratkan ciuman di kedua pipiku dengan begitu girang. Wajahnya berbinar senang.
“Sama-sama sayang.” Ucapku.
“Yah Appa, Hyunnie kan belum mengucapkan terima kasih. Kenapa Appa sudah mengatakan ‘sama-sama’.” Ia mengucrutkan bibirnya.
Dengan cepat, ku kecup bibir putri ku itu. Aku tertawa dan menjauh darinya. Hyunnie melotot kaget mendapati aku menciumnya.
“Aaaaaaaaaaaaaa Appa.” Jeritnya tak terima.

****
            “Thanks for everything, Oppa.” Hyo Sun mengecup pipiku lama. Ia tersenyum senang, rona merah menjalar di kedua pipinya.
Aku mengecup balik pipinya, “sama-sama sayang. Sekarang sudah puas berliburnya?”
            Hyo Sun mengangguk pelan. Aku merangkulnya dengan erat. Ini adalah hari terakhir kami di Dresden. Memang hanya dua hari saja kami menikmati kota ini. Besok kami harus kembali ke Berlin. Menginap selama empat malam di rumah orang tua Hyo Sun, lalu setelah itu kami harus sudah kembali ke Seoul.
Pekerjaanku dan pekerjaan Hyo Sun sudah menunggu di sana.
Sore ini kami habiskan dengan berada di Brühlsche Terrasse, menikmati senja yang disajikan oleh langit Dresden.
Brühlsche Terrasse ini memiliki  julukan sebagai Balkon Eropa karena keindahannya taman dan patung-patungnya.
Sebelum ke mari, kami mampir di Prager Strasse terlebih dahulu, dimana pusat kehidupan kota berlangsung. Pemusik jalanan memainkan musik klasik, orang-orang membanjiri kafe-kafe dan restauran. Menikmati suasana kota yang hangat. Kami berdua merasa seperti sedang berada di dunia lain.
“Kapan kita bisa kembali ke sini lagi?”
Aku kembali mengecup kedua pipinya. Astaga, setelah mempunyai dua orang anak, pipi Hyo Sun tetap terlihat menggemaskan di wajahku. Salah satu yang ku suka darinya.
“Mungkin nanti saat kau mengidam anak ketiga.” Seruku santai.
“Yak!”




Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...