Sabtu, 30 Oktober 2010

IRO IN LOVE ( gabriel, rio, dan ozy jatuh cinta part 6)

Ajari aku ‘tuk bisa
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu

Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku

Hanya engkau yang bisa
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku

[ajari aku 'tuk bisa mencintaimu]
[ajari aku 'tuk bisa mengerti kamu]

Mungkinkah semua akan terjadi pada diriku
Hanya engkau yang tahu
Ajari aku ‘tuk bisa mencintaimu

Petikan gitar rio diakhiri dengan sebuah falset indah dari rio. Rio menutup matanya saat menyanyi lagu tadi. Sementara anak-anak yang lain mendengar dengan penuh antusias. Selain suara rio yang lembut. Permainan gitar rio juga bagus. Walaupun tak sehandal cakka.

Semua orang yang mendengar permainan dan mendengar suara rio. Akan ikut masuk kedalam permainan musik yang dibuat rio. Terhanyut meresapi setiap suara rio.

Rio membuka matanya, memangku gitarnya. Dan tersenyum kearah semuanya.
“gimana? Bagus nggak?” tanyanya meminta pendapat

“keren banget kak rio. Nyanyi lagi” kata gadis kecil kira-kira berumur 8 tahun dengan penuh antusias.

Rio tertawa kecil melihat gadis kecil itu dengan penuh antusias mengomentari penampilannya tadi.

“yang lain?” tanyanya seraya menatap wajah-wajah polos dari murid-muridnya.

“top banget”

“keren”

“nyanyi lagi”

“asik dah kak rio”

“kak rio top”

Celetuk-celetukan dari hampir semua yang ada disana memenuhi ruangan ini.

Ya, garasi rumah shilla. Garasi dengan ukuran 15X20 meter itu sudah disulap sedemikian rupa. Papan tulis besar dipasang disalah satu dinding. Berbagai gambar khas anak sd menempel dihampir semua dinding.

Sehingga terlihat seperti wallpaper dinding. Dilangit-langitnya digantung bintang-bintang berukuran besar. Beberapa meja dan kursi berukuran sedang tertata rapi didepan papan tulis. Sudah mirip seperti taman kanak-kanak.

Dipojokkan sebelah kanan dari papan tulis. Diberi ruang kosong untuk lesehan. Yang sekarang sedang dipakai rio untuk mengajar gitar. Dengan rio yang duduk dikursi berukuran sedang yang menempel dinding.

Shilla memang membuka sebuah tempat belajar untuk anak-anak yang kurang mampu. Dan anak-anak kecil yang tinggal dikomplek perumahannya. Seminggu tiga kali. Satu hari diisi dengan materi musik dari rio. Pelajaran-pelajaran sekolah dari shilla. Dan kelas menggambar dari Alvin. Kadang-kadang juga dihibur oleh ozy dan deva dengan lelucon-leluconnya bila mereka sedang suntuk.

“oke oke. Ayo semuanya ambil alat musiknya. Kita belajar lagu tadi untuk hari ini” kata rio

Anak-anak langsung berhambur dan mengambil alat-alat musik yang sudah disiapkan shilla. Lalu kembali lagi duduk melingkar didepan rio.

“siap semua?” Tanya rio

“siap kak” jawab mereka serempak

Rio mulai memetik gitarnya. Mengajari mereka cord dari lirik pertama lagu tadi.

“dilihat baik-baik ya. Baru habis itu kita mainkan sama-sama”

“kak rio” anak laki-laki dengan suara cemprengnya mengacungkan tangan.

Rio menghentikan permainannya sebentar. “iya iyan kenapa?”

“bast kemana?” tanyanya karena tidak melihat sahabatnya hari ini.

Rio mendongak menatap shilla. Memintanya untuk menjawab pertanyaan dari iyan. Shilla mengangguk mengerti.

“bast lagi sakit. Jadi hari ini dia nggak masuk dulu” sahut shilla yang duduk di salah satu kursi. Yang sejak tadi memperhatikan rio yang bermain gitar.

“sakit apa kak?” Tanya osa –gadis kecil dengan rambut sebahu yang juga sahabat bast-

“demam. Nanti dari sini kalian mau jenguk bast sama-sama nggak?” Tanya shilla

“mau” jawab mereka serempak.

Shilla tersenyum melihat mereka yang semangat ingin menjenguk bast. “oke. Nanti kita semua jenguk bast. Sekarang kalian dengerin kak rio main gitar” lanjutnya.

“kita mulai ya” rio memetik gitarnya. Dan menyanyi bait pertama. Setelah itu berhenti dan menyuruh anak-anak untuk memaikan alat musik mereka. Berhenti sebentar jika ada yang berbeda nada atau ada yang belum bias.

Shilla berdiri dari kursinya dan membantu rio mengajari beberapa anak yang memegang harmonica. Atau yang kesulitan bagi yang memegang suling.

Shilla memang ahlinya dalam meniup harmonica. Alat musik kecil yang sangat dikuasainya. Dan punya sejarah sendiri untuk shilla.

Satu jam setengah mereka belajar lagu tadi. Dan hampir tiga perempat dari mereka sudah bisa menguasai lagu tadi. Walaupun masih ada nada yang berbeda.
****
Gabriel merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Menyilangkan kedua tangannya dibawah kepala. Menjadikannya tumpuan untuk kepalanya. Ia menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi ornament basket.

Matanya menerawang ke kejadian saat diruang musik tadi. Tersenyum jika mengingat gadis itu.

-flasback on-

““cakka” panggil iel.

Cakka dan gadis itu menoleh. Cakka bingung melihat iel hanya melongokan kepalanya saja. Sementara iel diam terpaku saat melihat wajah gadis itu.

Cantiknya, batin iel.

“kenapa yel? Masuk sini. Lo kayak maling aja kalau gitu” kata cakka sambil mengibas-ibaskan tangannya. Memanggil iel untuk masuk. Tapi Gabriel tidak mendengar. Ia masih memperhatikan wajah gadis itu.

Cakka yang melihat jadi tambah bingung. “yel. Woy Gabriel” teriak cakka. Membuat iel terlonjak kaget dan hampir jatuh. Cakka dan gadis itu hanya tertawa kecil. Iel jadi malu sendiri.

Iel masuk kedalam dengan canggung. Malu dan terpesona. Perpaduan suasana yang aneh.

“kenalin. Ini sobat gue. Gabriel stevent damanik. Panggil iel aja” cakka memperkenalkan iel ke gadis itu.

Gadis itu menyodorkan tangannya ingin bersalaman. Iel menyambutnya dengan perasaan gugup.

“iel” katanya. Tangannya halus banget tuhan. Cantiknya, batin iel. Sambil memperhatikan wajah gadis itu dan merekamnya didalam otak.

Gadis itu juga menyebutkan namanya.

“sivia azizah. Panggil via aja kak” sebut gadis itu yang ternyata bernama sivia.

Gabriel menyalami tangannya agak lama. Hingga cakka melepasnya secara paksa.

“kelamaan” kata cakka. Iel merengut sementara via hanya tertawa kecil. Ganggu kesenangan orang aja.

“ayo vi. Kita liat ruangan lain lagi” cakka menarik tangan sivia. Dan meninggalkan iel. Iel melongo. Seenaknya saja cakka. Ia juga mau menemani gadis ini untuk berkeliling sekolah.

“cakka tunggu gue” teriak iel dan mengejar cakka yang sudah keluar dari ruang musik.

Iel berhenti didepan ruang osis. Ketika cakka tidak ada dan meninggalkan sivia sendirian didepan ruang osis. Kesempatan, batin iel senang.

“ini ruang osis vi” kata iel tiba-tiba yang sekarang sudah disamping via. “dan gue Gabriel stevent damanik yang jadi ketua osisnya” lanjutnya bangga dan menoleh ke sivia dengan senyum manisnya.

“eh kak iel. Wah hebat dong kakak” tanggap sivia. Iel hanya cengengesan. Harum parfum sivia merasuki hidungnya. Wangi strawberry. Lembut.

“cakka kemana?” tanyanya.

“tadi ketoilet sebentar” jawab via tanpa mengalihkan pandangannya. Ia sibuk memperhatikan ruang osis yang besarnya sama seperti aula. Sebenarnya tidak sebesar itu. Hanya ¼ dibandingkan aula sekolah. Namun ruangannya yang sejuk yang menarik perhatiaannya.

“mau masuk vi?” tawar iel berusaha untuk akrab

“boleh masuk kak?” Tanya sivia senang. Iel mengangguk.

“mau” kata via tidak sabar. Iel membuka pintu osis. Seketika itu juga angin berhembus menerpa wajah mereka berdua. Pasti ada yang lupa mematikan AC. Sehingga suhu didalam sini menjadi lebih dingin.

“wow” kata sivia takjub.

Ruang osis yang di cat warna warni. Sesuai keinginan anak-anak osis tahun ini. Yang sebenarnya tidak disetujui oleh kebanyakan guru. Tapi mereka berjanji akan mengecat dengan warna putih lagi jika jabatan mereka berakhir.

Kursi dan meja kerja yang dibentuk letter L. seperangkat sofa untuk tamu. Dipojok ruangan terdapat karpet dengan bulu tebal. Yang sepertinya empuk jika diduduki. Berwarna hijau, mirip rumput dihalaman sekolah. Untuk mereka beristirahat sebentar jika suntuk mengahadapi tugas yang seabrek.

Meja panjang untuk rapat dengan 20 kursi. Diatasnya terdapat satu buah laptop dan lcd. Dengan layar putih yang berdiri tegak didepan laptop. Digunakan jika mereka –anak-anak osis membahas suatu masalah/rapat-.

Satu kulkas dan dispenser didekatnya. Ruangan ini sudah seperti ruang rekreasi saja, tidak mirip dengan ruang osis disekolah-sekolah lain. AC dikedua sisi ruangan. Dan satu lukisan besar dengan wajah seluruh anak osis angkatan tahun ini. Dan sejeret foto mantan ketua osis yang sebelumnya yang berjejer rapi.

SMA Cakrawala memang memang memberikan fasilitas lengkap untuk semua organisasi yang ada. Begitupun dengan osis. Maka dari itu, anak-anak osis angkatan tahun ini mendekor ruangan osis seperti ini. Santai dan nyaman. Tapi tetap menjalankan semua tugas dangan penuh tanggung jawab.

“gimana vi? Bagus nggak?” Tanya iel yang melihat wajah via berbinar-binar ketika menatap setiap yang ada diruangan ini.

“keren banget kak. Beda sama ruang osis disekolah via sebelumnya” ucap via sungguh-sungguh. Ia tertarik untuk bergabung dengan osis. Tapi apa boleh? Ia kan pindah ditengah-tengah semester dua.

“ini semua kerjaan anak-anak. Karpet diujung sana usul dari cakka. Dan lukisan besar itu karya Alvin. Anak osis juga” jelas iel

“wow keren banget” sahut via yang masih takjub dengan keadaan didalam sana.

Gabriel memperhatikan setiap lekuk wajah sivia. Gadis ini cantik sekali. Pipinya chubby dengan dua lesung pipit. Manis.

Via menoleh kearah iel. Dan tersenyum. Iel sempat gelagapan dengan gerakan sivia yang tiba-tiba.

“kenapa kak?” Tanya via

“eh nggak. Ayo keruangan lainnya. Biar gue yang nemenin lo keliling lagi. Mungkin cakka dipanggil guru” kata iel berbalik dan mengusap sedikit keringat. Diruang sedingin ini ia masih bisa berkeringat? Mungkin berdiri disamping gadis semanis sivia membuat kelenjar keringatnya bekerja lebih keras.

“iya kak” via mengikuti iel dari belakang

-flasback off-

“elo cantik banget vi. Kayaknya gue jatuh cinta pada pertama deh” gumam iel sambil mengingat-ingat senyum via.

Ingin ku meraih bintang…
ku ingin seperti bintang…
cahyanya tebarkan…
rasa indah dihati yang kilaunya taburkan bias-bias cinta…


Suara ringtone dari hapenya ini. Membuat lamunan Gabriel buyar. Gabriel bersungut kesal. Mengganggu saja.

Nama yang tertera dilayar hapenya membuatnya mengerutkan kening. Tumben tante asti menelepon jam segini.

“iya tante… oh iya… sekarang… iya iel kesana sekarang… apa? Rio sama ozy?... rio ngajar ozy tidur… oke tante… bye” iel menutup telpon. Melemparnya keatas kasur. Masuk kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Siap untuk pergi menemui tante asti.

****

“udah ngertikan semua? Minggu depan kita coba sama-sama” kata rio menutup pelajaran untuk hari ini. Anak-anak berdiri dari duduknya. Mengemasi peralatan mereka.

“udah siap semua?” Tanya shilla. Sementara rio menelpon Alvin untuk membantu membawa anak-anak kerumah bast.

“siap kak” ucap anak-anak serempak.

Tin tin tin

Suara klakson mobil dari sebrang rumah shilla membuat semuanya menoleh ke sumber suara.

Iel menyembulkan kepalanya lewat jendela dan tersenyum kesemuanya.

“hai” sapanya

“hai kak iel” jawab mereka serempak

“rio mana shil?” Tanya iel

“didalam. Mau kemana kak?”

“panggilin dong. Gue mau ngomong sebentar”

Shilla masuk kedalam dan memanggil rio. Rio keluar dengan gitar ditangannya.

“kenapa kak?” Tanya rio

“gue mau ke kantor tante asti. Tadi ditelpon. Ozy dirumah tidur. Tadi dia belum makan” kata iel

“anak itu” gumam rio kesal

“ya udah yo. Gue pergi dulu. Bangunin ozy terus suruh makan” pamit iel.

“kakak duluan ya” pamitnya ke anak-anak. Anak-anak melambaikan tangannya seiring dengan mobil iel yang mulai menjauh.

“shill gue nggak ikut ya. Ozy belum makan” kata rio dengan wajah kecewa. Ia sebenarnya ingin ikut menjenguk bast. Tapi ozy belum makan. Gawat kalau sampai ozy nggak makan. Bisa membuat semua orang kacau.

“ya udah nggak papa. Pakai mobil Alvin cukup kok” kata shilla bersamaan dengan kedatangan Alvin.

“gue nggak ikut pin. Ozy dirumah belum makan” kata rio ketika Alvin membuka jendela mobilnya.

“iya gue ngerti. Urusin aja dulu” kata Alvin paham.

Shilla, Alvin dan rio membantu anak-anak masuk mobil. Setelah semuanya masuk. Dan siap buat pergi. Rio melambaikan tangannya. Setelah mobil shilla dan Alvin hilang dari pandangannya. Rio berlari kerumahnya.

****
Rio masuk kekamarnya dan menaruh gitarnya. Mencuci wajahnya diwastafel kamar mandi. Dan cepat-cepat keluar ketika mendengar ozy yang memanggilnya dengan suara lemah.

Rio membuka pintu kamar ozy. Dan melihat ozy yang sedang memegangi perutnya sambil meringis kesakitan.

“zy. Kenapa lo?” tanyanya panik.

Rio berjalan menghampiri ozy. Membantu ozy duduk.

“sakit kak” rintihnya sambil meringis kesakitan

“sudah makan belum lo?” Tanya rio

Ozy menggeleng. Rasanya susah untuk bicara. Perutnya seperti ditusuk-tusuk dan dililit dengan tali.

Rio menoyor kepala ozy. Anak ini susah banget dikasihtaunya. Dibilangi jangan sampai telat makan. Akhirnya seperti ini kan. Maagnya kambuh.

“otak lo sih bebel banget. Kalau dikasih tau itu nurut kek” omel rio seraya membantu ozy tiduran. Ia beranjak dan mengambil obat maag ozy. Menyodorkan segelas air putih dan dua butir obat.

Ozy meminumnya dengan susah payah.

“tunggu sini. Gue ambil makanan dulu” kata rio berdiri dan berjalan keluar kamar.

Turun kedapur mengambilkan ozy makanan. Kalau tidak dipaksa susah sekali menyuruh ozy untuk makan. Membuat yang lain selalu was-was jika ia belum makan.

Mereka bertiga yang sejak kecil sudah ditinggal oleh ibunya karena meninggal akibat sakit paru-paru basah. Dan ayah mereka yang bekerja sebagai diplomat. Membuat mereka bertiga sering ditinggal keluar kota atau luar negeri oleh ayah mereka. Dan hanya tante asti yang menjaga mereka.

Dan ozy yang merupakan anak bungsu. Menjadi tanggung jawab rio dan Gabriel. Bila terjadi sesuatu dengan ozy. Maka Gabriel dan rio merasa bersalah ke ayah mereka karena tidak bisa menjaga ozy dengan baik.

Ozy yang sejak 12 tahun yang lalu. Tidak mendapat kasih sayang dari sosok seorang ibu. Jadi jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ke ozy.

“makan” kata rio menyodorkan semangkuk bubur. Ozy menggeleng tidak mau.

Rio menatapnya geram. “mau masuk rumah sakit atau makan?” ancam rio galak.

“suapin” kata ozy manja

“nyeh. Manja banget sih lo” kata rio. Tetapi ia tetap menyendokkan bubur ke mulut ozy. Ozy memakannya dengan lahap.

“kalau disuruh makan itu nurut zy. Lo nggak mau masuk rumah sakit kan karena maag lo ini” ceramah rio

ozy mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia membuka mulutnya. Rio menyuapi ozy dengan penuh kasih sayang. Walaupun adiknya ini sering membuatnya kesal setengah hidup. Tapi ozy kan adik kandungnya. Siapa lagi yang akan menyayangi ozy kalau buka dia dan iel.

“kak iel mana?”Tanya ozy setelah menelan satu sendok terakhir.

“ke kantor tante asti” kata rio menaruh mangkuk dimeja samping tempat ozy.

“ngapain?”

“nggak tau”

“kak” panggil ozy

“hmm”

“papa kapan pulang?” tanyanya. Ada rasa rindu yang membuncah bila menyebut dalam dirinya bila menyebut kata itu.

Rio duduk dikasur ozy. Mengacak rambut adiknya. Lalu tersenyum.

Bila ditanya, rindu kah dia dengan papanya? Jawabannya iya. Rindu sekali. Sudah satu bulan tidak melihat papanya.

“minggu depan pulang. Makanya lo kalau disuruh makan nurut?”

“apa hubungannya sama makan?” Tanya ozy bingung

“ya supaya gue nggak dimarahin papa” kata rio sekenanya

“itu sih derita lo”

“heh” rio mengacak-ngacak rambut ozy samapi berantakan. Menghambur isi kamar ozy dan membuatnya sepertio kapal pecah. Tidak menghiraukan teriakan-teriakan marah dari ozy.

IRO IN LOVE ( gabriel, rio, dan ozy jatuh cinta part 3, 4 dan 5)

-dikamar ozy-

Brak bruk brak bruk glodak brak bruk pyaar (anggap aja suara barang-barang yang berhamburan dan bertabrakan satu sama lain hehe :p)

“aduh” ozy mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya yang menabrak pintu kamar mandi. Niatnya tadi ingin cepat-cepat masuk kamar mandi. Tapi karena matanya masih terpejam. Dan tidak melihat kondisi kamarnya yang sudah mirip kapal pecah. Ozy tersandung kamus bahasa jerman setebal 10 cm milik rio.

Dielus-elusnya kepalanya yang sakit. Membuka pintu kamar mandi sambil ngedumel nggak jelas. Sebenarnya ini salahnya sendiri.

Tadi malam ozy tidur jam 3 pagi. Gara-gara harus menyelesaikan 30 lembar not balok lagu Indonesia Pusaka. Dan sekali lagi ini juga salahnya sendiri.

2 hari yang lalu saat pelajaran seni musik dan Pak Ony (guru seni musik disekolah ozy) sedang mengajar tentang lagu-lagu nasional Indonesia. Ozy malah sempat-sempat bergosip ria dengan deva. Dan tidak mendengar penjelasan dari Pak Ony.

Membahas kakak kelasnya yang terpeleset saat latihan futsal. Dan karena volume suaranya yang tidak bisa dikecilkan sedikit saja. Ozy dan deva mendapat bonus dari Pak ony untuk menyalin not balok lagu Indonesia Pusaka sebanyak 30 lembar.

5 menit kemudian ozy keluar dari kamar mandi. Hanya mandi ala bebek. Dan cepat-cepat memakai seragam. Memasukan buku-buku pelajaran secara asal. Hanya tugas dari Pak Ony yang dimasukan baik-baik kedalam tas. Kalau lecek sedikit saja. Bisa berurusan lagi dengan Pak Ony. Ogah, batin ozy

Menyisir rambut asal-asalan, tapi jadinya malah tambah berantakan. Biar saja, yang penting tidak terlambat. Menyemprotkan parfum. Mengambil sepatu dan memakai kaos kaki seraya turun kebawah.

Sepertinya pagi ini menjadi pagi terburuk dalam hidup ozy. Penampilan yang amburadul dari seorang ozy yang biasanya selalu rapi, wangi dan mempesona.

“ozy cepat turun sayang. Sudah jam 6 lewat 40” panggil tante Asti.

“iya tan” ozy berlari menuruni tangga dengan sepatu yang masih dijinjing ditangannya.

****

-dikamar rio-

Sama halnya dengan ozy. Rio juga bangun terlambat. Jam 6 lewat 15 ia baru bangun. Tapi untungnya buku pelajarannya sudah disusun saat mau tidur.

Gara-gara mendengarkan curhatan shilla tadi malam. Rio baru tidur jam 12. saat sudah mau tidur. Handphonenya berdering. Alvin yang meneleponnya. Memberitahukan tentang ulangan sejarah untuk hari ini.

Bagus, kenapa baru diberitahu sekarang. Sejarah. Mata pelajaran yang bisa membuat seorang Mario harus bekerja ekstra. Kenapa? Karena ia paling tidak suka dengan pelajaran yang satu ini. Terlalu banyak menghapal. Dan hal itu juga. Ia paling susah untuk menghapal.

Lebih baik ia di sodorin 50 soal tentang aritmatika atau trigonometri. Yang susahnya ampun-ampunan itu. Yang setiap rumusnya sudah dihapalnya luar kepala. Dalam waktu 20 menit rio bisa menyelesaikannya. Tapi ini. Sejarah. Sekali lagi sejarah.

Err apa setiap sekolah harus mempelajari sejarah?

Matanya yang sudah ingin terpejam itu. Akhirnya terpaksa harus bekerja lagi. Membaca 1 bab dibuku cetak sejarahnya. Menghapalkan hal-hal penting dari bab itu. Dan alhasil jam setengah 4 ia baru tidur.

Rio memakai seragamnya secara cepat. Menyisir rambutnya tanpa sedikitpun gel yang menempel disana. Tidak usah pake gel-gel segala. Yang penting sampai sekolah tepat waktu dan tidak harus berdiri dibawah tiang bendera.

Jam sudah menunjukkan pukul 06:31. rio jadi bingung sendiri. Ia memutari kamarnay. Mencari dasi. Dibaah meja belajar tidak ada. Di lemari tidak ada. Di bawah kasur tidak ada. Dimana-mana tidak ada.

“ergh nyusahin aja. Kemana sih lo dasi. Kalau nggak dicari aja nongol sendiri” omelnya disela-sela mencari dasi.

“rio cepat turun. Ozy sama iel sudah nunggu ini. Ntar kalian telat” teriak Tante Asti dari bawah.

“iya tante” akhirnya rio menyerah. Ia pergi kesekolah tanpa dasi. Biarlah. Nanti juga bisa beli di koperasi. Pikirnya.

Rio turun kebawah. Memperhatikan semua orang yang sudah ada disana. Dan matanya menangkap hal yang ganjil. Ozy. Iya ozy.

Rio memperhatikan penampilan ozy. Hancur, batinya. Adiknya yang biasanya tidak pernah mau mengalah dalam rapi kerapian. Hari ini berantakan sekali.

Ozy yang merasa diperhatikan rio, menatap tajam kearah rio. Pasti kakaknya akan segera mengejeknya habis-habisan.

Tante asti yang melihat rio tersenyum jahil kearah ozy. Berusaha menghentikan rio yang siap berceletuk. “udah yo. Ngak usah ngeledek ozy. Cepat kalian berangkat sana. Nanti keburu macet. Telat ntar. Nih untuk rio” kata tante asti seraya menyodorkan satu kotak bekal berisi sandwich.

Rio menerimanya dan mencium pipi tante asti. “makasih tante cantik” ucapnya dengan senyum manis.

Ozy dan iel juga berdiri dari duduknya. Mencium pipi dan tangan tante asti.

Hari ini rio malas membawa motor. Nebeng iel aja, batinnya. Tadi malam shilla juga sudah bilang kalau dia berangkat bareng mamanya. Iya, setiap rio dan shilla memang pergi kesekolah sama-sama.

Iel mengendarainya mobilnya diatas rata-rata. Karena jam sudah menunjukkan pukul 06.55. 10 menit perjalanan, mengantarkan ozy terlebih dahulu. Baru melanjutkan lagi kesekolahnya yang berjarak 10 menit dari sekolah ozy.

****

Pintu gerbang sudah hamper ditutup. Dan disaat yang bersamaan rio dan iel sampai disekolah.

“jangan ditutup dulu pak” kata rio dari jendela mobil.

“sudah bel dan kalian terlambat” kata pak satpam tegas.

“ayolah pak. Baru juga 1 menit kami terlambat. Buka dong pak” protes iel dari jendela kemudi.

“tidak bisa. Sekali terlambat ya terlambat” kata pak satpam lagi

“ayolah pak sekali aja. Ini saya punya sandwich. Untuk bapak deh. Tapi bukain pintunya ya” pinta rio sambil menunjukkan sekotak sandwich.

Pak satpam itu berpikir sebentar lalu mengangguk. Rio dan iel tersenyum. Rio menyerahkan kotak bekalnya ke pak satpam itu. Lalu mereka berdua masuk.

“bego. Disogok sandwich gitu aja langsung berubah pikiran” kata rio cekikikan.

“haha iya. lain kali lo bawa spaghetti deh yo. jadi kita nggak usah melas kayak tadi” kata iel.

“lo kali yang melas. Gue mah nggak”

“heh elo juga minta-minta kan tadi”

“gue nggak minta. Cuma nwarin doang”

“sama aja itu mah”

“beda”

“bodo. Terserah lo ah. Mau turun nggak” kata iel seraya turun dari mobil.

“ya iyalah. Emang gue mau ngejogrok disini” rio juga turun

“sapa tau lo mau ngejagain mobil gue” kata iel dan melenggang pergi. Meninggalkan rio disana.

Rio berlari ke kelasnya. Dua menit sebelum bu marta guru sejarahnya masuk.

Rio sampai dikelas dan memperhatikan keadaan kelasnya yang sepertinya biasa-biasa aja. Malah sepeti tidak akan ada ulangan.

Biasanya kalau ada ulangan sejarah. Anak-anak yang lain sudah duduk tenang dibangku masing-masing. Memegang buku sejrah. Dan mulutnya komat-kamit menhapal.

Tapi ini? Patton yang biasa datang 1 menit sebelum guru masuk. Malah asik main nintendon di meja guru. Rio melangkahkan kakinya masuk. Menaruh tasnya dibangku.

Urutan kedua dari depan. Baris ketiga dari pintu masuk. Dilihatnya bangku sebelahnya. Ada tas tapi orangnya tidak ada. Di edarkan pandanganya keseluruh penjuru kelas. Mencari orang yang duduk di sebelahnya.

“shill. Alvin kemana?” Tanya rio

Shilla menoleh dan mengehntikan obrolan dengan Zahra. Shilla melongo melihat penampilan rio. Ada apa dengan rio? Habis kena putting beliung kah? Atau ternado?

“shill” rio mengibas-ibaskan tangannya didepan wajah shilla

“astaga rio elo darimana? Kena tornado?” pekiknya kaget. Rio memperhatikan penampilannya. Benar saja. Bajunya keluar satu. Tali sepatu yang belum terikat sempurna. Tanpa dasi. Rambut berantakan. Dan kantung mata yang sedikit membesar.

“gue kesiangan shill” katanya nyengir. Shilla Cuma geleng-geleng kepala.

“Alvin dikantin. Sarapan” jawab shilla

“hah sarapan? Ini kan sudah bel. Mau ulangan lagi” kata rio

“iya sarapan rio. Loh elo nggak tau?” tanyan shilla

“tau apa?” rio bingung

“bu marta sakit jadi nggak turun” jawab shilla enteng.

“APA???” rio histeris sendiri.

Alvin sialan, batin Rio geram

“emangnya kenapa lo cari Alvin? Terus kenapa lo bisa kesiangan. Nggak biasanya?” Tanya shilla heran. Yang dia tahu seorang Mario itu nggak pernah sama sekali yang namanya kesiangan. Selalu tepat waktu dan disiplin.

“tadi malam gue tidur jam 4” jawabnya seraya duduk di kursinya. Alvin urusan nanti. Ada waktunya. Pikir rio.

Ia juga lagi kelaparan. Kemaren nggak sempat makan malam, karena membantu ozy mengerjakan tugas dari Pak Ony. Dan tadi bekal sarapannya sudah dibuat untuk menyogok pak satpam. Nasib.

“rapiin dulu gih seragam lo yo. Rambutnya sekalian. Risih gue liatnya” kata shilla sedikit ilfil dengan penampilan rio hari ini. Tanya-tanyanya nanti aja. Setelah penampilan rio lebih rapi lagi.

Rio mengangguk. Berdiri dan menggendong tasnya.

“gue ke toilet dulu” pamitnya.

****

Rio duduk dibangkunya dengan kedua tangan yang ditekuk diatas meja. Dibenamkan kepalanya. Tidur dulu lah, nggak ada guru juga. Pikirnya. Kepalanya memang sedikit pening karena kurang tidur.

Alvin juga belum kembali kekelas. Sepertinya anak itu betah sekali di kantin. Atau mungkin dia sedang memborong isi kantin dan menghabiskannya sendiri. Rio nggak mau mikirin, yang penting sekarang tidur.

“nih yo” shilla menyodorkan sekotak bekal ke depan wajah rio.

Rio mengangkat wajahnya. Melihat shilla yang menyodorkan sekotak bekal. Rio menaikkan satu alisnya. Menatap shilla bingung.

“untuk elo. Thanks untuk yang tadi malam” kata shilla seolah mengerti arti tatapan rio.

Rio menganggukkan kepalanya. Diambilnya kotak bekal pemberian shilla. Dibukanya. Dan ternyata isinya nasi goreng. Dengan telur mata sapi. Ketimun dan tomat. Dan sedikit emping.

Baunya sedap. Rio menyendoknya dan memakannya dalam diam. Menikmati bekal dari shilla.

“bikin sendiri?” Tanya rio setelah satu suap nasi ditelannya.

Shilla menggeleng. “dibantu mama. Ntar kalau gue yang buat. Bukannya dimakan, malah lo buang”

Rio terkekeh kecil. Ia tau kalau shilla kurang bisa dalam hal masak memasak. Dulu shilla pernah membuatkannya pudding coklat. Baru satu sendok masuk ke dalam mulut rio. Rio sudah memuntahkannya. Karena rasanya terlalu pahit. Dan sejak itu shilla enggan membuatkan rio makanan. Apa sajalah. Baik itu pudding atau nasi goreng seperti pagi ini.

Tapi karena tadi malam rio sudah mau mendengar curhatannya. Tadi pagi-pagi sekali shilla meminta bantuan mamanya untuk memasak nasi goreng ini.

“sama-sama. Tapi tadi malam lo nggak mewek kan?” Tanya rio sambil memasukkan lagi satu sendok nasi.

“sedikit” kata shilla cengengesan.

Rio berdecak kesal. Harus berapa kali sih memberitahu shilla. Jangan menangis malam-malam.

“masalah apa lagi sih? Lo seneng banget mewek malam-malam. Ngalah-ngalahin tante kunti” kata rio dengan nada sedikit sinis.

“gue nggak ada salah. Tapi dia”

“errr. Minum” pinta rio

Shilla menyodorkan sebotol air putih ke rio. Rio meneguknya. Menutup bekal shilla yang belum habis. Nanti saja dihabiskan. Perutnya juga merasa cukup terganjal.

“harus berapa kali sih gue bilang. Jangan pernah nangisin dia” kata rio tegas. Berpuluh-puluh kali sudah rio menasehati shilla. Jangan pernah membuang air matanya itu sia-sia.

“gue cewek yo. Pantes kalau gue nangis” kata shilla kesal. Setiap ada masalah dan shilla menangis. Rio pasti seperti ini. Memuakkan.

Padahal niat rio hanya perhatian. Ia tidak ingin kalau shilla menjadi gadis cengeng. Yang setiap ada malah selalu menangis, menagis dan menangis.

“tapi kan gue sudah pernah bilang. Jangan buang air mata lo itu sia-sia”

“gue tau”

“oke kalau lo sudah tau. Jangan lo ulangin lagi. Sampai dia buat lo nangis lagi gue tonjok”

Shilla hanya mampu mengangguk. Kalau rio sudah berkata seperti itu, pasti akan di tonjoknya beneran.

(Oh ya saudara-saudara sekalian. Rio dan shilla hanya sahabat. Dan rio paling nggak suka kalau shilla disakiti sama orang lain. Dan mereka tidak pacaran. Tapi kalau nanti pacaran ya sudahlah. Wkwkwkwk #penulis gelo. Kita liat aja kisah mereka nanti)

“Alvin tau?”

Shilla menggeleng. “jangan sampe Alvin tau. Ntar dia ngamuk”

Rio tidak bertanya-tanya lagi. Ia memilih untuk membenamkan kepalanya lagi. Dan shilla kembali ngobrol dengan Zahra. Yang sudah dicuekkinnya karena berbicara dengan rio tadi.

****

Ozy berlari dari pintu gerbang kekelasnya. Untung tadi Gabriel membawa mobilnya ngebut. Jadi ozy tidak harus berurusan dengan satpam sekolahnya. Yang terkenal galak dan disiplin.

Penampilannya benar-benar hancur. Ozy lari tanpa memperhatikan sekililingnya. Yang sedang menatapnya heran. Heran melihat ozy hari ini. Nggak biasanya, pikir mereka semua.

Di SMP BINA NUSANTARA ini. Ozy memang terkenal hampir oleh semua siswa. Semua guru juga hampir mengenalnya.

Kepribadian yang sopan dan ramah. Banyak disukainya banyak orang. Senyumannya yang mempesona. Perpaduan dari rio dan Gabriel. Ketampanannya yang tidak kalah dengan kakak-kakaknya. Yang juga alumni SMP ini. Dan prestasinya baik akedemik dan non akademi yang sangan baik.

Ozy mengetuk pintu kelasnya yang sudah tertutup. Pelajaran pertama dikelasnya adalah matematika.

Setelah suara dari guru didalam yang mengizinkan untuk masuk. Ozy membuka pintu. Masuk kedalam dan menghampiri meja guru.

Semua murid dalam kelas menghentikan aktifitasnya sebentar. Memperhatikan orang yang baru saja masuk kedalam kelas. Dan menatapnya dengan wajah heran dan bingung.

“maaf pak saya telat” kata ozy

“kenapa kamu telat ozy?” Tanya Pak Hany sedikit galak. Karena pelajarannya jadi agak terganggu. Baru juga bel, sudah belajar.

“saya kesiangan pak” jawab ozy

“baiklah. Untuk kali ini saya maafkan. Karena baru pertama kali ini kamu terlambat. Sana duduk dibangku mu”

“terima kasih pak” ozy menganggukkan kepalanya. Berjalan ke bangkunya. Mengambil buku matematika dan memperhatikan penjelasan Pak Hany.

Ray mencolek lengan ozy dengan pensil. “kenapa lo?” tanyanya penasaran

“kesiangan” jawab ozy tanpa mengalihkan pandangannya dari papan tulis.

“kok bisa?”

“gue tidur jam 3”

“tumben. Ngapain lo tidur jam segitu”

“ngerjain tugas pak ony”

Ray tertawa kecil. “rajin bener”

“gue emang rajin” kata ozy

“behh” decak ray nyaring. Membuat pak hany menhentikan penjelasannya. Dan menatap ray tajam.

“raynald perhatikan penjelasan saya” kata pak hany tegas.

Ray kicep, ia hanya menganggukkan kepalanya.

Ozy tertawa kecil melihat ray yang jiper sendiri. “rasain lo. Banyak omong sih”




****

Pesawat penerbangan dari Singapura dengan tujuan Indonesia baru saja mendarat. Keadaan bandara internasional soekarno hatta terlihat ramai seperti biasanya. Dari pintu keluar pesawat. Seorang gadis dengan rambut sebahu. Short dress warna hijau. Satu koper dan tas kecil ditangannya berjalan diantara ratusan manusia disana.

Setelah menjalani perjalan dari perancis dan transit di singapura lalu sampai Indonesia. Yang memakan perjalanan selama 14 jam. Melelahkan itu yang ia rasakan.

Setelah mengurus semuanya. Ia mencegat taksi dan masuk kedalamnya. Mengarahkan supir taksi kealamat yang disebutkannya. Ia ingin cepat sampai disana. Ia sudah sangat rindu dengan semuanya.

IRO IN LOVE (gabriel, rio dan ozy jatuh cinta part 1 & 2 )


       “hah memang cakep nian diriku ini” gumam cowok hitam manis ini didepan kaca. Kedua tangannya sibuk mengoleskan gel ke rambutnya. Membuat bentuk rambutnya seperti tersengat listrik. Terangkat keatas, bergaya spike.

       Wuusshh TUK

       Sebuah bantal terbang melayang dan mendarat tepat diatas kepalanya. Sehingga membuat rambutnya yang sudah rapi berdiri menjadi berantakan.

       “sialan lo kak. Rusak nih” umpatnya kesal

       Sedangkan kakaknya tertawa terbahak-bahak melihat hasil lemparannya yang memporak  porandakan rambut adiknya.

       “rasain. Seenaknya aja lo pake-pake gel gue” jawab kakaknya seraya duduk di sofa.

       “pinjem aja sih. Pelit amat lo jadi abang” katanya sengak dengan tangan yang sibuk memperbaiki rambutnya.

       “heh? Gampang banget lo ngejeplak. Berapa botol gel gue yang sudah lo pake hah?” Tanya kakaknya nggak setuju.

       “satu doang” jawabnya enteng

       “iya itu yang pake ijin. Lah yang elo colong diem-diem. Berapa botol tuh?”

       “tau ah. Gel doang kok. Ntar gue ganti. 5 botol sekalian”

       “awas lo bohong. Gue cukur tuh rambut”

       Sementara satu orang lagi yang ada diruangan itu. Merasa terganggu dengan perdebatan nggak bermutu dari kedua kakaknya.

       “bisa diem nggak sih kakak-kakak ku yang jelek. Yang kadar kegantengannya dibawah gue. Yang kerempeng-kerempeng nggak berisi. Adik kalian yang ganteng nan imut-imut kayak marmut ini lagi konsen belajar. Diem sebentar” sahutnya tanpa menoleh kearah kakaknya.

       Kedua kakaknya menaikan alisnya masing-masing. Bingung. Ini anak mau nyuruh diem atau bernasis ria?. Pake acara ngatain kerempeng segala.

       Rio dan Gabriel saling tatap menatap. Memberi kode. Rio mengarahkan dagunya kearah adik kecilnya. Gabriel yang mengerti menganggukkan kepalanya dan tersenyum jahil.

       Dengan gerak cepat Gabriel memiting leher adiknya. Dan tersenyum penuh kemenangan. Tangan satunya memutar tangan adiknya kebelakang badannya. Sementara Rio sudah siap dengan kedua tangannya.

       Ozy meronta-ronta minta dilepas. Tapi apa daya pitingan iel terlalu kuat. Dia pasrah disiksa kedua kakaknya. Rio menggelitik seluruh badan ozy. Membuatnya tertawa dan diselingi dengan umpat-umpatan kesal dari ozy.


       Ozy megap-megap, mencari udara. Tapi iel sama sekali tidak mengendorkan pitingannya. “hah… kak.. hah… kak… iel… le… pas… sesek… am… pun” ucapnya terbata-bata. Gabriel menatap Rio meminta jawaban. Rio mengangguk. Dia sudah puas ngerjain ozy.

       Iel melepas pitingannya. Seketika itu juga ozy langsung menjauh dari iel. Dan menghirup udara banyak-banyak. Memberi paru-parunya udara. Kakaknya yang satu ini kalau sudah memiting. Seperti ingin membunuh saja. Nggak kira-kira.

       Ozy memasang wajah kesal dan cemberut. Rio dan iel yang melihat hanya tertawa. Puas setelah menyiksa ozy.

       “enak zy? Mau lagi” tawar iel
       Ozy membuang wajahnya dan menjawab jutek. “ogah”

       “yaelah ngambek. Ntar imut lo ilang zy” kata rio

       Raut wajah ozy berubah setelah mendengar perkataan rio. Ia menaikkan kedua tangannya ke atas. Seperti berdoa.

       “terima kasih tuhan. Akhirnya kak rio yang item ini. Mengakui kalau hamba mu yang satu ini memang imut” ucapnya dengan kusyuk.

       Rio langsung melepar bantal ke ozy. Dipuji sedikit aja sudah melunjak.

       “heh curut. Lebay amat lo”

       Ozy terkekeh kecil. Darah lebay mengalir ditubuhnya juga gara-gara rio.

       “siapa yang ngajarin? Kan elo kak”

       “ngaco. Mana ada. Emang dari sananya elo itu lebay”

       “halah pake ngeles segala”

       Setelah itu mereka berdebat hal-hal tidak penting lainnya. Mengejek satu sama lain. Atau nggak mengerjain Gabriel. Dan ujung-ujungnya mereka gelut nggak karuan. Dan alhasil dandan rio yang sudah rapi jadi hancur berantakan.

****
        “mau kemana lo yo, rapi bener? Keluyuran lagi?” Tanya iel setelah mereka cape berantem. Penampilan rio memang sedikit berbeda malam ini. Walaupun hanya memakai kaos, tapi penampilannya itu selalu rapi. Mempunyai daya tarik tersendiri.

       Belum sempat rio menyahut. Ozy sudah nyeletuk duluan. “paling kencan sama koko apin. Siapa lagi coba yang mau diajak kak rio kencan?”

       “heh? Lo pikir apin pacar gue” kata rio tidak terima

       Ozy menyelonjorkan kakinya. Dia lesehan dilantai. Sambil menyandarkan kepalanya ke atas sofa.

“lah emang kan. Lo kan nggak pernah pergi sama cewek. Atau jangan-jangan lo maho ya kak?” ozy menunjuk-nunjuk rio dengan tampang curiga.

Rio manyun mendengar tuduhan ozy. Bener-bener adiknya ini. Minta dipites atau nggak dilakban sekalian mulutnya.

“rese lo ah zy” balasnya sambil merapikan kaos dan jaketnya.

“haha jadi beneran lo maho kak? Astafirullah mimpi apa gue punya kakak maho? Ampuni dosanya ya Tuhan” ozy berlutut dan mengadahkan tangannya seperti tadi. Iel yang melihatnya hanya tertawa saja. Sementara rio sudah manyun habis-habisan.

“udah ah zy. Ntar jatuh tuh bibirnya kak rio” bela iel. Agar ozy dan rio nggak adu mulut lagi.

“biar aja. Biar memble sekalian”

“rese banget lo” kata rio kesal. Nyebelin banget si ozy ini. Liat aja nanti pembalsan dari rio. Pikirnya.

“rio..”

Suara dari arah tangga. Menghentikan gerakan Rio yang siap membekap ozy dengan bantal.

Rio menoleh kebelakang. Dan melihat tante asti berdiri dengan piring berisi kue sus ditangannya. Tapi yang menjadi perhatian rio bukan kue sus atau tante asti. Melainkan orang yang berada dibelakang tante asti.

Rio nyengir sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Sementara orang yang berada dibelakang tante asti itu memasang wajah bete.

“apin sory” ucap rio cengengesan

“sory sory. Lumutan gue nunggu lo dibawah” sahut orang yang dibelakang tante asti yang tak lain tak bukan adalah Alvin.

Tante asti dan Alvin berjalan mendekati mereka bertiga. Menaruh piring berisi kue sus dimeja. Dan langsung diserbu oleh Gabriel dan ozy.

“ya maaf. Gara-gara ozy noh. Dandanan gue yang sudah rapi jadi ancur lebur”

“enak aja. Lo yang duluan ngajak ribut” sahut ozy

“lo duluan tadi yang ngajak ribut. Ngatain gue kerempeng segala” rio tidak terima.

“tapi elo yang miting gue”

“kak iel yang miting elo dodol”

“ah nggak bisa. Pokoknya elo”

“lo”

“lo”

“lo”

“lo”

“lo”

“stop. Ayo cepet ah yo. Keburu tutup tokonya” kata Alvin menghentikan perdebatan rio dan ozy.

Ia kesini memang sudah janjian dengan rio. Dia minta ditemanin ke toko alat lukis. Karena bahan-bahan untuk melukisnya sudah banyak yang habis. Bukan untuk menonton rio dan ozy berdebat.

“ayo. Cape gue debat sama curut satu ini” kata rio beranjak berdiri dan berjalan melewati Alvin.

“apaan sih lo kak” ozy siap-siap melepar bantal kearah rio

“ayo pin cepet. Dah curut jelek” rio menarik tangan Alvin dan kabur. Karena ozy sudah melempar bantal sofa ke arahnya.

“haha nggak kena. Wlek” rio menjulurkan lidahnya. Mengejek ozy.

Ozy mengambil satu bantal lagi dan melemparnya dengan kekuatan penuh (?)

Rio dan Alvin berlari menuruni tangga. Menghindar lemparan-lemparan bantal dari ozy. Sampai di pertengahan tangga, rio menghentikan larinya. Sehingga membuat Alvin yang berada dibelakangnya. Menubruk badannya.

Alvin sudah memasang wajah sebal. Sementara rio hanya nyengir.

“hehe ada yang kelupaan. Bentar” rio membalikkan badannya dan berlari lagi keatas.

Ia lupa meminta ijin ke tantenya.

“tante rio pergi dulu ya. Cup” rio mencium pipi tantenya dengan cepat. Dan berbalik lagi turun kebawah.

Tantenya hanya geleng-geleng kepala. Kebiasan rio jika akan pergi keluar.

“jangan pulang malam-malam yo” teriak tante asti. Karena rio sudah sampai di depan pintu.
****

       Rio mengeluarkan ninja hitamnya dengan susah payah. Karena terhalang mobil iel yang diparkir sembarangan.

       Dan Alvin memasang wajah bete plus kesal. Pasalnya ia ingin pergi jam setengah delapan. Tapi ini malah molor stengah jam.

       “yo cepet dikit napa sih”

       “bentar pin. Susah nih”

****
       Seorang gadis yang seumuran dengan rio dan Alvin merasa terganggu dengan teriakan-teriakan yang berasal dari luar rumahnya. Ya, rumahnya memang berhadapan dengan rumah rio.

       Shilla, nama gadis itu. Ia menutup novel yang sedang dibacanya dan menaruh diatas meja. Ia berdiri dan berjalan kearah jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan beranda rumah rio.

       Dijulurkan kepalanya keluar jendela. Dan mengarahkannya ke bawah. Didapatinya dua orang yang sudah menjadi sahabatnya selama tujuh tahun.

       “yo cepet”

       “iye iye”

       Shilla hanya tersenyum melihatnya. Pasti seperti ini. Kalau rio dan Alvin akan pergi keluar. Pasti salah satu diarah mereka berdua selalu rebut.
Ya meributkan penampilan lah, motor lah, rambut lah sampai hal-hal nggak penting lainnya. Yang sebenarnya membuat mereka membuang waktu lebih banyak.

       “hai vin” sapa shilla dari jendela kamarnya

       Alvin mengadahkan kepalanya ke shilla. Tersenyum tipis.

       “hai shill. Keganggu yah? Salhin rio nih lelet banget ngeluarin motor” ucap Alvin

       “nggak kok. Kalian mau kemana?”

       “gue mau beli cat sama kanvas. Rio mau beli senar gitar” jawab Alvin

       “oo” shilla membulatkan mulutnya.

       “yak akhirnya keluar juga” kata rio sambil menyestandarkan motornya.

       “hail shill” sapanya ketika melihat shilla di jendela

       “hai yo. Lo mau jalan kan. Es krim satu ya” pinta shilla dengan senyum manisnya.

       “sip” rio mengacungkan jempolnya

       “ayo yo cepat. Pergi dulu ya shilla. Bye cantik” kata Alvin menaiki motornya dan menstrater.

       “oke hati-hati koko ganteng” balas shilla

       “gue?” tunjuk rio

       “hati-hati rio item. Pesek” kata shilla sambil tertawa kecil

       Rio merengut. Ia memakai helmnya dengan kesal.

       “kagak gue belikan” teriaknya sebelum menutup helm full fecenya.

       “eh jangan. Hati hati rio ganteng” teriak shilla. Gawat kalau rio ngambek. Nanti tidak ada yang bisa diboncengin gratis.

       Rio dan Alvin hanya tertawa kecil melihat wajah shilla yang panik. Shilla memang maniak es krim.


****

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...