Sabtu, 30 Oktober 2010

IRO IN LOVE (gabriel, rio dan ozy jatuh cinta part 1 & 2 )


       “hah memang cakep nian diriku ini” gumam cowok hitam manis ini didepan kaca. Kedua tangannya sibuk mengoleskan gel ke rambutnya. Membuat bentuk rambutnya seperti tersengat listrik. Terangkat keatas, bergaya spike.

       Wuusshh TUK

       Sebuah bantal terbang melayang dan mendarat tepat diatas kepalanya. Sehingga membuat rambutnya yang sudah rapi berdiri menjadi berantakan.

       “sialan lo kak. Rusak nih” umpatnya kesal

       Sedangkan kakaknya tertawa terbahak-bahak melihat hasil lemparannya yang memporak  porandakan rambut adiknya.

       “rasain. Seenaknya aja lo pake-pake gel gue” jawab kakaknya seraya duduk di sofa.

       “pinjem aja sih. Pelit amat lo jadi abang” katanya sengak dengan tangan yang sibuk memperbaiki rambutnya.

       “heh? Gampang banget lo ngejeplak. Berapa botol gel gue yang sudah lo pake hah?” Tanya kakaknya nggak setuju.

       “satu doang” jawabnya enteng

       “iya itu yang pake ijin. Lah yang elo colong diem-diem. Berapa botol tuh?”

       “tau ah. Gel doang kok. Ntar gue ganti. 5 botol sekalian”

       “awas lo bohong. Gue cukur tuh rambut”

       Sementara satu orang lagi yang ada diruangan itu. Merasa terganggu dengan perdebatan nggak bermutu dari kedua kakaknya.

       “bisa diem nggak sih kakak-kakak ku yang jelek. Yang kadar kegantengannya dibawah gue. Yang kerempeng-kerempeng nggak berisi. Adik kalian yang ganteng nan imut-imut kayak marmut ini lagi konsen belajar. Diem sebentar” sahutnya tanpa menoleh kearah kakaknya.

       Kedua kakaknya menaikan alisnya masing-masing. Bingung. Ini anak mau nyuruh diem atau bernasis ria?. Pake acara ngatain kerempeng segala.

       Rio dan Gabriel saling tatap menatap. Memberi kode. Rio mengarahkan dagunya kearah adik kecilnya. Gabriel yang mengerti menganggukkan kepalanya dan tersenyum jahil.

       Dengan gerak cepat Gabriel memiting leher adiknya. Dan tersenyum penuh kemenangan. Tangan satunya memutar tangan adiknya kebelakang badannya. Sementara Rio sudah siap dengan kedua tangannya.

       Ozy meronta-ronta minta dilepas. Tapi apa daya pitingan iel terlalu kuat. Dia pasrah disiksa kedua kakaknya. Rio menggelitik seluruh badan ozy. Membuatnya tertawa dan diselingi dengan umpat-umpatan kesal dari ozy.


       Ozy megap-megap, mencari udara. Tapi iel sama sekali tidak mengendorkan pitingannya. “hah… kak.. hah… kak… iel… le… pas… sesek… am… pun” ucapnya terbata-bata. Gabriel menatap Rio meminta jawaban. Rio mengangguk. Dia sudah puas ngerjain ozy.

       Iel melepas pitingannya. Seketika itu juga ozy langsung menjauh dari iel. Dan menghirup udara banyak-banyak. Memberi paru-parunya udara. Kakaknya yang satu ini kalau sudah memiting. Seperti ingin membunuh saja. Nggak kira-kira.

       Ozy memasang wajah kesal dan cemberut. Rio dan iel yang melihat hanya tertawa. Puas setelah menyiksa ozy.

       “enak zy? Mau lagi” tawar iel
       Ozy membuang wajahnya dan menjawab jutek. “ogah”

       “yaelah ngambek. Ntar imut lo ilang zy” kata rio

       Raut wajah ozy berubah setelah mendengar perkataan rio. Ia menaikkan kedua tangannya ke atas. Seperti berdoa.

       “terima kasih tuhan. Akhirnya kak rio yang item ini. Mengakui kalau hamba mu yang satu ini memang imut” ucapnya dengan kusyuk.

       Rio langsung melepar bantal ke ozy. Dipuji sedikit aja sudah melunjak.

       “heh curut. Lebay amat lo”

       Ozy terkekeh kecil. Darah lebay mengalir ditubuhnya juga gara-gara rio.

       “siapa yang ngajarin? Kan elo kak”

       “ngaco. Mana ada. Emang dari sananya elo itu lebay”

       “halah pake ngeles segala”

       Setelah itu mereka berdebat hal-hal tidak penting lainnya. Mengejek satu sama lain. Atau nggak mengerjain Gabriel. Dan ujung-ujungnya mereka gelut nggak karuan. Dan alhasil dandan rio yang sudah rapi jadi hancur berantakan.

****
        “mau kemana lo yo, rapi bener? Keluyuran lagi?” Tanya iel setelah mereka cape berantem. Penampilan rio memang sedikit berbeda malam ini. Walaupun hanya memakai kaos, tapi penampilannya itu selalu rapi. Mempunyai daya tarik tersendiri.

       Belum sempat rio menyahut. Ozy sudah nyeletuk duluan. “paling kencan sama koko apin. Siapa lagi coba yang mau diajak kak rio kencan?”

       “heh? Lo pikir apin pacar gue” kata rio tidak terima

       Ozy menyelonjorkan kakinya. Dia lesehan dilantai. Sambil menyandarkan kepalanya ke atas sofa.

“lah emang kan. Lo kan nggak pernah pergi sama cewek. Atau jangan-jangan lo maho ya kak?” ozy menunjuk-nunjuk rio dengan tampang curiga.

Rio manyun mendengar tuduhan ozy. Bener-bener adiknya ini. Minta dipites atau nggak dilakban sekalian mulutnya.

“rese lo ah zy” balasnya sambil merapikan kaos dan jaketnya.

“haha jadi beneran lo maho kak? Astafirullah mimpi apa gue punya kakak maho? Ampuni dosanya ya Tuhan” ozy berlutut dan mengadahkan tangannya seperti tadi. Iel yang melihatnya hanya tertawa saja. Sementara rio sudah manyun habis-habisan.

“udah ah zy. Ntar jatuh tuh bibirnya kak rio” bela iel. Agar ozy dan rio nggak adu mulut lagi.

“biar aja. Biar memble sekalian”

“rese banget lo” kata rio kesal. Nyebelin banget si ozy ini. Liat aja nanti pembalsan dari rio. Pikirnya.

“rio..”

Suara dari arah tangga. Menghentikan gerakan Rio yang siap membekap ozy dengan bantal.

Rio menoleh kebelakang. Dan melihat tante asti berdiri dengan piring berisi kue sus ditangannya. Tapi yang menjadi perhatian rio bukan kue sus atau tante asti. Melainkan orang yang berada dibelakang tante asti.

Rio nyengir sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Sementara orang yang berada dibelakang tante asti itu memasang wajah bete.

“apin sory” ucap rio cengengesan

“sory sory. Lumutan gue nunggu lo dibawah” sahut orang yang dibelakang tante asti yang tak lain tak bukan adalah Alvin.

Tante asti dan Alvin berjalan mendekati mereka bertiga. Menaruh piring berisi kue sus dimeja. Dan langsung diserbu oleh Gabriel dan ozy.

“ya maaf. Gara-gara ozy noh. Dandanan gue yang sudah rapi jadi ancur lebur”

“enak aja. Lo yang duluan ngajak ribut” sahut ozy

“lo duluan tadi yang ngajak ribut. Ngatain gue kerempeng segala” rio tidak terima.

“tapi elo yang miting gue”

“kak iel yang miting elo dodol”

“ah nggak bisa. Pokoknya elo”

“lo”

“lo”

“lo”

“lo”

“lo”

“stop. Ayo cepet ah yo. Keburu tutup tokonya” kata Alvin menghentikan perdebatan rio dan ozy.

Ia kesini memang sudah janjian dengan rio. Dia minta ditemanin ke toko alat lukis. Karena bahan-bahan untuk melukisnya sudah banyak yang habis. Bukan untuk menonton rio dan ozy berdebat.

“ayo. Cape gue debat sama curut satu ini” kata rio beranjak berdiri dan berjalan melewati Alvin.

“apaan sih lo kak” ozy siap-siap melepar bantal kearah rio

“ayo pin cepet. Dah curut jelek” rio menarik tangan Alvin dan kabur. Karena ozy sudah melempar bantal sofa ke arahnya.

“haha nggak kena. Wlek” rio menjulurkan lidahnya. Mengejek ozy.

Ozy mengambil satu bantal lagi dan melemparnya dengan kekuatan penuh (?)

Rio dan Alvin berlari menuruni tangga. Menghindar lemparan-lemparan bantal dari ozy. Sampai di pertengahan tangga, rio menghentikan larinya. Sehingga membuat Alvin yang berada dibelakangnya. Menubruk badannya.

Alvin sudah memasang wajah sebal. Sementara rio hanya nyengir.

“hehe ada yang kelupaan. Bentar” rio membalikkan badannya dan berlari lagi keatas.

Ia lupa meminta ijin ke tantenya.

“tante rio pergi dulu ya. Cup” rio mencium pipi tantenya dengan cepat. Dan berbalik lagi turun kebawah.

Tantenya hanya geleng-geleng kepala. Kebiasan rio jika akan pergi keluar.

“jangan pulang malam-malam yo” teriak tante asti. Karena rio sudah sampai di depan pintu.
****

       Rio mengeluarkan ninja hitamnya dengan susah payah. Karena terhalang mobil iel yang diparkir sembarangan.

       Dan Alvin memasang wajah bete plus kesal. Pasalnya ia ingin pergi jam setengah delapan. Tapi ini malah molor stengah jam.

       “yo cepet dikit napa sih”

       “bentar pin. Susah nih”

****
       Seorang gadis yang seumuran dengan rio dan Alvin merasa terganggu dengan teriakan-teriakan yang berasal dari luar rumahnya. Ya, rumahnya memang berhadapan dengan rumah rio.

       Shilla, nama gadis itu. Ia menutup novel yang sedang dibacanya dan menaruh diatas meja. Ia berdiri dan berjalan kearah jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan beranda rumah rio.

       Dijulurkan kepalanya keluar jendela. Dan mengarahkannya ke bawah. Didapatinya dua orang yang sudah menjadi sahabatnya selama tujuh tahun.

       “yo cepet”

       “iye iye”

       Shilla hanya tersenyum melihatnya. Pasti seperti ini. Kalau rio dan Alvin akan pergi keluar. Pasti salah satu diarah mereka berdua selalu rebut.
Ya meributkan penampilan lah, motor lah, rambut lah sampai hal-hal nggak penting lainnya. Yang sebenarnya membuat mereka membuang waktu lebih banyak.

       “hai vin” sapa shilla dari jendela kamarnya

       Alvin mengadahkan kepalanya ke shilla. Tersenyum tipis.

       “hai shill. Keganggu yah? Salhin rio nih lelet banget ngeluarin motor” ucap Alvin

       “nggak kok. Kalian mau kemana?”

       “gue mau beli cat sama kanvas. Rio mau beli senar gitar” jawab Alvin

       “oo” shilla membulatkan mulutnya.

       “yak akhirnya keluar juga” kata rio sambil menyestandarkan motornya.

       “hail shill” sapanya ketika melihat shilla di jendela

       “hai yo. Lo mau jalan kan. Es krim satu ya” pinta shilla dengan senyum manisnya.

       “sip” rio mengacungkan jempolnya

       “ayo yo cepat. Pergi dulu ya shilla. Bye cantik” kata Alvin menaiki motornya dan menstrater.

       “oke hati-hati koko ganteng” balas shilla

       “gue?” tunjuk rio

       “hati-hati rio item. Pesek” kata shilla sambil tertawa kecil

       Rio merengut. Ia memakai helmnya dengan kesal.

       “kagak gue belikan” teriaknya sebelum menutup helm full fecenya.

       “eh jangan. Hati hati rio ganteng” teriak shilla. Gawat kalau rio ngambek. Nanti tidak ada yang bisa diboncengin gratis.

       Rio dan Alvin hanya tertawa kecil melihat wajah shilla yang panik. Shilla memang maniak es krim.


****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...