Jumat, 22 Juni 2018

Jupiter

PROLOG

Tak ada yang pernah tahu kapan hati akan berlabuh pada seseorang kan?

Jupiter mengerutkan kening ketika kalimat itu selesai dibacanya. Buku usang bersampul hitam yang baru saja ia temukan dari dalam kotak sepatu di bawah ranjang membuatnya kembali mengingat rasa-rasa bodoh ketika masa SMA.

Entah kapan tepatnya ia menjejalkan buku tipis itu ke dalam kotak sepatu basketnya. Jupiter tak pernah ingat. Mungkin karena isi di dalamnya yang menyimpan amarah dan kecewa yang membuatnya menjadi tak mengingat.

Sembilan tahun berlalu. Tapi, nyatanya rasa kecewa itu tetap saja datang tanpa peringatan. Bila tahu bahwa isi buku usang itu adalah keluh kesahnya akan perasaannya sendiri. Jupiter tak akan membacanya. Lebih baik langsung ikut dilemparkan ke dalam plastik sampah yang kini teronggok pasrah di ujung lemari pakainnya.
Bila bukan karena harus merubah perabot kamarnya. Jupiter pasti tak menemukan kotak sepatu itu.

Sekarang, semua terlambat. Otaknya yang selalu cepat memutar berbagai macam ingatan sedang berkhianat. Otaknya sedang memutar peristiwa saat liburan semester kala itu. Ketika Bumi mengakui bahwa ia telah menjalin asmara dengan Bulan selama beberapa bulan terakhir. Dan Jupiter menjadi orang terakhir yang mengetahuinya. Padahal Bumi tahu bahwa saat itu Jupiter telah lama menyimpan rasa sayang terhadap Bulan.
.
.
.

1
.
.
.
Jupiter menghela napas entah untuk yang berapa kalinya hari ini. Rasa-rasanya, keberuntungannya perlahan menyusut mendekati titik nol. Atau jangan-jangan malah sudah melewati garis turun menuju minus.

Jarum jam baru menunjukkan pukul 15.30, masih ada satu setengah jam lagi untuk bel pulang. Tapi, kepalanya sudah mulai berasap karena laporan bulanan ini. Seandainya ia tidak mengambil cuti selama 4 hari kemarin, pasti laporan bulanan ini hanya tinggal memasukan data hari terakhir di Bulan Januari ini.

Ini semua karena bujuk rayu adik semata wayangnya yang berbisik-bisik kejam menyuruhnya mengambil cuti karena hari kejepit itu.

Kamis, tanggal merah, dan Jum’at tetap turun kerja, lalu Sabtu kembali libur.
Langit berhasil merayunya untuk mengambil cuti di hari Jum’at dan tidak mengambil lembur di hari Sabtu. Padahal dalam waktu 2 hari itu, Jupiter yakin ia bisa menyelesaikan delapan puluh persen laporan bulanannya. Dan sekarang imbasnya ia harus lembur entah sampai jam berapa agar laporan bulanan selesai tepat waktu dan besok pagi saat meeting mingguan ia sudah bisa mempresentasikan seperti bulan-bulan sebelumnya.

Matanya tak sengaja melirik gelas kopi yang hanya berisi ampasnya saja. Rasanya malas sekali untuk beranjak menuju dispenser dan mengisi ulang gelasnya. Ia tak ingin minum kopi lagi, cukup satu gelas saja hari ini. Jupiter hanya ingin meneguk bergelas-gelas air putih. Tapi kakinya enggan beranjak untuk mengambil air putih yang sedang diidamkannya saat ini.

Kembali matanya mengitari seisi ruangan tempatnya bekerja. Beberapa mekanik tengah sibuk mengerjakan laporan untuk job yang baru saja selesai dikerjakan. Ada yang menunduk mengisi form kerja, ada yang terlihat fokus mengedit foto agar hasil laporannya tampak rapi. Ada juga beberapa mekanik muda yang bergerombol di pojok dekat lemari arsip.

Di sisi lain ruangan, Erinina, salah satu admin divisi Mining juga berwajah suram. Jilbabnya yang biasanya tak pernah miring satu derajat pun sudah berganti dengan jilbab langsungan berwarna cokelat. Kalau tidak salah ingat, tadi pagi Erinina mengenakan jilbab segi empat bercorak bunga-bunga lavender pada bagian ujung. Mungkin laporan bulanan yang juga harus disetor esok hari yang menyebabkan wajah ibu muda itu tak sedap dipandang.

Ponselnya yang bergetar-getar tanda adanya whatssap baru menyentak Jupiter dari kegiatan pengamatan isi kantornya. Ia melirik sekilas lalu mendengus pelan.

Langit Kelabu

Begitu nama pengirimnya. Jarinya bergerak menggeser layar dan membuka isi whatssap dari adiknya itu.

“Puding buah spesial untuk kakak tercinta ❤❤❤”

Tiga emoticon hati yang disematkan oleh Langit hanya ditanggapi dengan dengusan sinis.

Kalau keinginannya dikabulkan saja baru bermanis-manis ria, batin Jupiter dongkol.

Langit dengan semena-mena dan tidak ber-peri-ke-adik-an kembali mengirimi aneka olahan makanan yang dibuatnya pada hari ini. Seandainya tadi setelah makan siang Jupiter tidak menyerahkan form lembur kepada SPV-nya, mungkin saat bel pulang nanti ia akan langsung melesat pulang dan masa bodoh dengan Bima yang hari menebeng motornya.

Tak ingat sudah berapa hari ia tidak mengkonsumsi makanan manis seperti puding buah dalam wadah besar yang fotonya dikirimkan Langit itu. Karena Jupiter sedang dalam pengawasan ketat Mamanya untuk mengontrol asupan gula yang dikonsumsinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...