Kamis, 02 September 2010

it's my star

Gadis kecil dengan lesung pipit itu sesegukkan dipelukan kakak laki-lakinya. Ia tidak mau melepas pelukan ini. Ia tidak mau kakaknya pergi meninggalkannya. Ia tidak mau ditinggal sendirian.

Kakaknya mengusap lembut rambut gadis kecil itu. Berusaha meredakan tangisnya. Adik kecilnya yang sebentar lagi akan ditinggal jauh. Ya kakaknya ini akan pergi ke London untuk melanjutkan sekolanya. Kakaknya mendapat beasiswa selama 2 tahun disana.

“Ery udah ya. Cup. Jangan nangis terus. Jelek tau kalau Ery nangis” bujuk kakaknya lembut sambil menepuk-nepuk kepala Ery. Ya, Gadis kecil itu bernama Ery.

Ery menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau ditinggal. Tidak mau kakaknya pergi. Tidak mau segalanya. Cuma satu yang dia mau. Kakaknya tetap disini. Dirumah. Disampingnya. Memeluknya tanpa harus dilepas.
Briel(nama kakak Ery) menghela nafas berat. “ayo dong Ery. Kakak kan disana mau sekolah. Kakak kan mau jadi musisis hebat. Biar nanti kakak bisa main piano sambil nyanyi untuk Ery. Ery mau kan liat kakak main piano sambil nynyi?” jelas briel panjang lebar untuk kesekian kalinya.

Ery mengangguk pasrah. Keputusan kakaknya ini sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Karena bagi kakaknya beasiswa ini penting banget. Sudah sejak lama kakaknya menginginkan ini.

Briel tersenyum lega. Akhirnya setelah beberapa hari membujuk Ery. Adiknya ini mau mengerti juga. Sebenarnya bagi briel sendiri, ia enggan untuk meninggalkan Ery. Adik kecil yang begitu disayanginya. Malaikat kecil dari Tuhan yang selalu ada disisinya kapan saja.

Tapi mau bagaimana lagi. Beasiswa yang sudah diperjuangkannya sekarang sudah didapatkannya. Mau tidak mau briel harus berangkat. Nggak mungkinkan suatu saat ia akan mendapatkannya lagi? Seandainya dilepaskannya begitu sja beasiswa ini. Perbandingnya 1: 1000.

Briel mencium kening Ery lama. Mengucapkan terima kasih yang tulus.

Ery mengangkat kepalanya. Kepalanya yang sedari tadi terbenam dipelukan kakaknya. Dia mengusap air matanya dengan tangan mungilnya. Hidung dan matanya merah karena terlalu lama menangis. Kantung matanya juga jadi sedikit besar karena sembab.

Calvin kakak laki-lakinya yang kedua menatap Ery sedih. Ada rasa sakit didadanya. Pasalnya beberapa bulan lagi dia juga akan pergi ke Korea. Untuk menerima hasil dari jerih payahnya selama ini. Hasil dari latihan berbulan-bulan. Hasil dari setiap tetes keringat dan air matanya. Calvin ke Korea untuk melanjutkan kendo tingkat lanjut disana. Ia memenangkan beberapa pertanding kendo tingkat internasional. Sehingga dari pihak klub kendonya, mengirimkannya ke Korea untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak. Agar kelak dia bisa menjadi atlit kendo professional.

Calvin sedih jika membayangkan Ery yang menangis untuk dirinya. Sekarang saja Ery sudah menangis kejer karena akan ditinggal Briel. Bagaimana nanti jika ia juga akan ditinggalkan calvin?

Mereka memang dekat satu sama lain. Apalagi Ery yang merupakan anak bungsu dan perempuan sendiri. Selama ini Ery tidak pernah jauh dari kakak-kakaknya. Ery juga selalu mendapat limpahan kasih sayang dari kedua kakaknya itu.

“makasih sayang” ucap Brie lulus

Ery mengangguk dan tersenyum “ kak briel janji ya ke Ery. Kakak nggak akan ngelupain Ery. Kak Briel bakal kirim surat teruskan ke Ery? Kak briel janjikan?” pintanya bertubi-tubi dengan wajah penuh harap.
Briel mengangguk, mengacak rambut Ery. “iya Kak briel janji. Janji nggak akan lupain Ery. Janji juga bakal kirimin ery surat setiap waktu. Oke cantik jangan nangis lagi ya”

Ery mengangguk sungguh-sungguh. Dia loncat dari pangkuan Briel. Dan berlari kekamarnya dilantai dua. Briel, Calvin, Ayah dan Bunda menatap punggung Ery yang sudah hilang dengan tatatpan bingung. Dalam benak mereka hanya satu kalimat yang terlintas “mau apa ery?” .

Tidak lama Ery turun. Meloncati dua anak tangga sekaligus. Dia berlari-lari kecil kearah semuanya. Ditangannya sudah ada satu kotak berwarna biru dengan corak polkadot.

Ery duduk ditengah-tengah Briel dan Calvin. Ayah dan Bundnya duduk disofa depannya. Calvin menatap Ery bingung. Penasaran.

“itu apa ry?” tanyanya penasaran. Ery membuka kotak itu. Ada 3 kalung dan tiga gelang didalamnya. Ery mengambilnya dan memberikan satu persatu kekakak-kakaknya.

“ini Ery bikin waktu hari kasih sayang. Sudah lama sih. Waktu disekolah Ibu guru bilang orang yang kita sayang harus dikasih barang yang istimewa. Waktu itukan ada lomba buat bikin gelang sama kalung. Jadi Ery bikin ini. Karena Ery sayang banget sama kakak semua. Jadi Ery kasih ini” jelasnya panjang lebar. Ery menarik nafas sebentar “ini pake uang jajan Ery sendiri loh. Nggak minta Ayah atau bunda” lanjutnya dengan cengiran khasnya.

“BRIECAL?” kata Briel dan Calvin bersamaan. Calvin yang sudah benar-benar penasaran lansung betanya. “apa artinya briecal ry?”

Ery tersenyum lucu, sambil mengaaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “ Briel, Ery, Calvin” jawabnya polos

Briel memandang kalung dan gelang itu. Di huruf “bri” miliknya sedikit berbeda dari huruf yang lain. Di tiga huruf itu berwarna biru laut favoritnya.

“makasih ya Ery. Cantik. Kakak suka” komentar Briel seraya memakai kalungnya.

Ery cengengesan menanggapi komentar briel. “kak Briel jaga baik-baik ya. Kalau kakak kangen sama Ery dan Kak Cal. Kakak pandangi aja ini ya”

Briel mengacungkan jempolnya tanda oke. Sedangkan Calvin tersenyum simpul. Senyum yang begitu menawan. Ia mengacak rambut Ery. Dan secara cepat mencubit kedua pipi Ery. Dan langsung berlari keatas.
Ery meringis kesakitan. Kedua tangannya langsung mengelus-ngelus pipinya yang dicubit calvin. Ery merengut dan menggembungkan pipinya. Lucu sekali.

Dia langsung berlari mengejar Calvin sambil menggerutu kesal. Ery paling tidak suka jika kedua pipinya dicubit. Tapi karena ini juga yang sering membuat Ery dan Calvin berantem. Pipi ery yang chubby membuat orang yang melihatnya ingin mencubit. Dan bagi Calvin mencubit pipi Ery dan membuatnya menggerutu adalah hal menarik tersendiri. Karena bila Ery mulai menggerutu dan kesal kedua pipinya itu akan digembungkannya. Membuat Calvin semakin gregetan bila tidak mencubitnya.

“kak Cal jahat. Awas ya” umpat Ery kesal

Briel, bunda dan ayah hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Ery. Ank gadis kecil yang selalu manja kekakak dan orang tuanya. Briel menghentikan tawanya, wajahnya berubah jadi murung karena sekelebat bayangan yang melihat dibenaknya barusan.

Bunda mengernyitkan keningnya. Heran dengan sikap Briel yang langsung berubah. Bunda mengelus lembut puncak kepala Briel. Menyalurkan rasa saying dan perhatian seorang ibu kepada anak-anaknya.

“kenapa kak? Ada masalah. Cerita sama bunda dong. Jangan dipendam sendiri” kata bunda lembut
Briel menatap bundanya dengan wajah sendu

“Calvin bun” gumamnya sedih. Bunda dan ayah menghela nafas. Berat rasanya bila berbicara soal ini. Mereka bingung bagaimana cara memberitahu Ery tentang kepergian Calvin.

Selain dekat dengan Briel. Ery juga sangat dekat dengan Calvin. Bisa dibilang Ery adalah partner in crime Calvin. Walaupun sering membuat ulah bersama. Tapi mereka berdua sangat kompak dan saling sayang.
Ayah menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Tangan kanannya memperbaiki letak kacamata bacanya yang bergeser.

“kita pikirkan nanti. Biar Ery bisa menerima ini dulu. Biar dia nggak terlalu shock. Biar Calvin sendiri yang kasih tau Ery. Dia pasti punya cara agar Ery bisa ngerti” kata ayah menjelaskan dengan senyum hangat diujung kalimatnya.

Memang hanya Calvin yang bisa menjelaskan apa saja ke Ery. Tanpa harus membuat Ery menumpahkan air matanya bila sudah mendengar.

Bunda dan Briel mengangguk pasrah. Baru sja mereka ingin mengobrol yang lain. Dari lantai atas sudah terdengar jeritan Ery.

“huaaa kak cal jahat. Sakit”

“aduh-aduh. Ampun ry. Ampun. Sakit”

“nggak mau. Sakit tau kak”

“aduh. Ampun”

Briel cengo mendengar jeritan yang berturut-turut itu. Ia menggelengkan kepalanya. Kebiasaan, pikirnya.
“sana kak dilerai. Ntar tambah kacau. Ini sudah malam, malu kalau didengar tentangga” perintah ayah cepat.

Masalahnya kalau mereka berdua nggak cepat-cepat dilerai. Bisa berabe urusannya.

Briel langsung berlari keatas. Tepatnya kekamara Calvin. Karena jeritan Ery tadi berasal dari kamar Calvin. Briel membuka pintu kamar Calvin. Pandangannya beredar keseluruh penjuru kamar. Briel heran, kenapa kamarnya masih rapi? Biasanya kalau sudah Ery dan Calvin bertengkar. Kamar Calvin sudah berantakan sama seperti kapal pecah atau seperti kandang tikus. Mengenaskan.

Briel hendak menutup pintu karan tidak menemukan mereka berdua. Tapi niatnya itu dihentikan karena mendengar ocehan Ery dari arah balkon.

“liat kak. Tuh bintangnya tuh” suara Ery sambil menunjuk-nunjuk bintang dengan telunjuknya.

Briel mengalihkan pandangannya kea rah balkon. Yap, ternyata mereka berdua sedang duduk dibalkon. Calvin duduk memmbelakangi pintu balkon. Dan sepertinya Ery duduk dipangkuannya.

“bagusan yang itu. Lebih terang” kata Calvin menunjuk bintang yang paling terang.

“ih lain itu. Tapi yang itu tuh. Tuh tuh lebih banyak. Kalau itu sendirian’ bantah Ery sambil menunjuk bintang yang banyak dan beralih ke bintang yang ditunjuk Clvin.

“ah bagusan yang itu” bantah Calvin

“ah kakak. Yang itu lebih banyak. Lebih terang. Rame lagi” ery ngeyel dengan pendapatnya

“yang itu”

“yang itu”

“itu”

“itu”

“itu”

“itu”

“itu”

“itu”

Calvin dan Ery malah berantem. Saling tatap-menatap. Mata mereka mengeluarkan aura tidak mau mengalah. Briel yang melihat langsung masuk dan menggeser pintu balkon. Mengangkat ery dan didudukkannya dipangkuannya.

“sudah stop. Jangn berantem lagi” lerai Briel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...