Minggu, 05 September 2010

kendo lovers


Kendo lovers ----- part 1 (rio’s life)

Sore yang begitu indah dengan matahari yang sedang beranjak pulang keperaduaannya. Meninggalkan tugasnya menyinari dunia, dan diganti oleh bulan yang siap menjalankan tugasnya. Mereka bergantian sif tiap harinya tanpa lelah.
          Sama seperti dua orang anak kecil yang sedang kejar-kejaran ditaman. Seorang anak kecil berumur kira-kira 4 tahun sedang mengejar kakak perempuannya yang berumur 8 tahun.
          “udah ah kak ila. Io cape” ucapnya dengan nafas yang terengah-engah dan keringat bercucuran di wajahnya.
          “yah masa kalah. Ayo kejar kak ila lagi” ucap kakaknya dan terus lari
          “cape”
          “ayo kejar”
          “cape kak ila” ucap anak kecil itu untuk kedua kalinya
          “ayo dong. Io bisa kok” kata kakaknya menyemangati
          Karena mendengar dorongan semangat dari kakaknya. Anak kecil yang manis itu mengejar kakaknya lagi. Dan setelah benar-benar cape, ia stop lagi. Kakaknya yang melihat gemes lalu menhampirinya.
          “masa jagoan kalah” ucapnya berjongkok didepan adiknya. Sementara wajah adiknya yang tertunduk itu sedang  tersenyum menyembunyikan sesuatu. Dan..
          “hap. Kena” ucapnya bangga lalu tertawa puas.
          “kak ila kalah. Io menang. Ye ye menang” ucapnya sambil joget-joget riang
          Kakaknya cemberut namun tersenyum dalam hati melihat tingkah adiknya.
          “ih kak ila cantik yang kalah. Jadi gag boleh cembelut dong. Senyum” godanya dengan lidah cadel karena tidak bisa mengucapkan huruf ‘r’
          “cemberut bukan cembelut. Io cadel” ejek kakaknya yang langsung membuat anak kecil tadi cemberut dan ingin menangis. Karena tidak tahan, satu per satu air matanya jatuh. Menangis. Wajah kakaknya bingung melihat adiknya menangis. Lalu cepat-cepat membujuknya untuk berhenti menangis.
          “lah? Jangan nangis dong jagoan. Masa jagoan cengeng. Hapus ya air matanya. Nanti kakak beliin es krim deh. Jangan nangis dong” bujuk kakaknya.
          Bukannya berhenti tadi menangis anak kecil itu malah semakin menjadi-jadi. Yang membuat kakaknya tambah bingung
          “loh loh kenapa tambah nangis. Udah dong jagoan. Gag lagi deh” bujuk kakaknya yang sekarang bingung meredakan tangis adiknya.
          “2 deh kakak beliinnya. Berhenti ya” ucapnya dengan nada memelas dan tentunya dengan wajah memelas juga.
          “kena tipu. Beliin dua ya. Janji?” ucapnya nyengir lebar dengan jari telunjuk dan tengah naik keatas. Menandakan angka 2
          “yee. Boong toh. Gag jadi ah” ucap kakaknya lalu pergi meninggalkan adiknya itu.
          “kak ila tunggu. Maaf deh” ucapnya dan mengejar kakaknya. Karena tidak melihat jalan. Anak kecil itu terjatuh tersandung batu. Mengakibatkan dengkul dan tangannya berdarah.
          “huaaaaaaaaaaa” tangisnya pecah lagi. Tapi kali ini beneran.
          “loh io. Aduh-aduh. Maaf ya” menghampiri adiknya lalu membersihkan lukanya.
          Setelah benar-benar bersih dan sudah diberi plester. Digendongnya adik laki-laki itu dan mereka pulang kerumah. Dengan tidak lupa membeli es krim yang dijanjikannya tadi.

          Sebelas tahun kemudian. Dikamar yang cukup besar dan rapi. Seorang anak laki-laki yang baru terbangun dari tidurnya. Mengaduh-ngaduh kesakitan karena terjatuh dari tempat tidur.
          “aduh duh. Sakit ey” ucapnya seraya bangun dan duduk di lantai bersender dikasurnya. Dengan tangan yang mengusap-ngusap kepala.
          Diambilnya frame foto. Yang menunjuk seorang anak kecil dengan dua es krim ditangannya sedang digendong oleh kakaknya dengan wajah yang merengut karena tidak dibagi es krim olehnya. Foto yang diambil sebelas tahun lalu saat mereka pulang bermain ditaman.
          “kak ila “ ucapnya lirih
          Setelah puas memandangi foto itu. Ia bangun, mengambil handuknya dan beranjak pergi kekamar mandi untuk mandi.
             Keluar kamar mandi dengan badan yang sudah segar. Dihampirinya lemari dan diambil sebuah kaos berkerah, jins dan cardigan yang menurutnya cocok. Lalu dipakainya dan beranjak ke kaca. Ditatanya rambutnya dengan sedikit gel. Setelah benar-benar rapi. Rio turun ke bawah tidak lupa topi kesayangannya.
          Ya namanya Mario Stevano Aditya Haling seorang anak laki-laki berumur 16 tahun. Wajahnya yang tidak terlalu putih tapi tidak terlalu hitam itu begitu manis dipandang. Warna matanya yang coklat membuat terlihat lebih gagah. Seorang anak laki-laki yang sekarang hanya tinggal berdua dengan ibunya. Ibu yang begitu disayanginya.
          “pagi bun. Berangkat hari ini?” sapanya seraya menarik kursi tepat disebelah kanan ibunya.
          “pagi io. Iya berangkat hari ini. Antar bunda ya?” jawab bundanya
          “sip my mom” ucapnya dengan mulut yang penuh karena mengunyah roti
          “ditelan dulu”
          “hehehehe” rio hanya tertawa kecil mendengar ucapan bundanya
          “kamu pakai kayak gitu aja?” Tanya bundanya melihat penampilan putra satu-satunya itu. Yang sebentar lagi akan ditinggalkan sendirian di Indonesia.
          “iya. Gag usah formal lah bun. Nyantai aja. Cape pake jas-jas ribet itu” jawab rio
          “kita berangkat jam 9 ya” ucap bundanya tersenyum dan berdiri meninggalkan meja makan lalu pergi ke dapur menhampiri bi yum
          “tempat kak ila dulu ya. Ntar kan bunda lama gag kesana lagi kalau sudah di Inggris” kata rio yang juga berdiri dan pergi keteras. Bundanya hanya mengangguk menandakan iya.    
          Rio pergi keteras depan dan menenteng satu tas dan satu koper yang digeretnya
          Sampai diteras, rio langsung memasukkan tas-tas bundanya ke bagasi mobil. Disana sudah ada mang diman yang lagi mengelap-ngelap mobil.
          “pagi den. Mau pergi jam berapa?” sapa mang diman
          “jam 9 mang” jawab rio seraya tersenyum.
          “saya siapkan mobil dulu ya. Ntar kalau sudah siap saya panggil den rio” kata mang diman
          “gag usah mang. Saya nyetir sendiri aja. Mau ketempat kak ila dulu” ucap rio.
          “oh oke lah den” kata mang diman sambil mengacungkan jempolnya.   
          Kemudian rio masuk, dilihatnya jam tangan hitam kesayangannya. Baru menunjukkan setengah delapan pagi.
          “baru setengah delapan, masih ada satu jam setengah lagi” batinnya. “kekebun aja ah”  lanjutnya lagi.
          Dihampirinya bunda yang lagi didapur bersama bi yum. Yang lagi memberitahu semua kebutuhan rio, selama beliau ke inggris. Rio yang melihat bundanya tidak jadi teriak. Disenggolnya lengan bundanya.
          “kenapa yo?” Tanya bundanya kaget
          “aku ke kebun bentar ya bun. Biasa” jawab rio sambil cengengesan
          “dikira kenapa. Ya sudah, jangan lama-lama”
          “oke” ucap rio seraya tersenyum kearah bunda dan bi yum. Bi yum membalas senyum rio, yang mengisyaratkan terimakasih den .
          Setelah mendapat izin dari bundanya. Rio berlari ke garasi. Dituntunnya sepeda keluar garasi. Di gerbang mang diman memasang wajah bingung melihat anak majikannya ini mengeluarkan sepeda. Padahal sebentar lagi akan pergi ke airport.
          “mau kemana den?” Tanya mang diman seraya membukakan pintu pagar.
          “kekebun sebentar” jawab rio yang sedang menaiki sepedanya dan melesat pergi.
          Sebenarnya tempat yang dituju rio bukan kebun beneran. Tempat yang dipenuhi bunga kesukaan kakaknya.
          Tidak sampai lima menit rio sampai ditempat yang disebut kebun. Distandarkan sepedanya didekat pintu masuk ke taman. Sebuah gapura yang dirangkai oleh berbagai macam bunga. Indah
          Rio masuk dan berjalan di jalan setapak. Ditendang-tendangnya kerikil-kerikil kecil. Tangannya dimasukkan ke dalam kantong jins. Kepalanya sekarang sudah memakai topi.
          Ketika sampai didepan kumpulan bunga tulip. Dilihatnya seorang anak kira-kira berumur 12 tahun yang sedang memetik beberapa bunga. Rio kenal dengan anak itu. Seorang anak perempuan bernama nova. Anak yang sebentar lagi akan masuk SMP. Anak kecil yang selama ini selalu menemani rio jika dia kembali ke Indonesia. Dan seorang anak yang dengan senang hati merawat makam kakaknya.
****
          Ya kakak rio yang selama 4 tahun selalu menemaninya. Namun sekarang sudah tenang di surga sana bersama ayahnya. Dulu setelah pulang dari taman, shilla nama kakaknya. Langsung diajak ayahnya untuk pergi bersama ke Belanda. Menemani ayahnya dinas disana selama 3 tahun. Sedangkan rio yang masih kecil ditinggal bersama bundanya di Indonesia.
Rio yang belum tahu apa-apa langsung menangis dan memeluk kakaknya erat-erat. Dia tidak ingin ditinggal oleh kakaknya itu. Tapi setelah diberi penjelasan oleh ayahnya, rio menurut untuk melepas pelukannya. Tentunya sebuah penjelasan yang dapat dipahami rio kecil.
          Keesokannya kakak beserta ayahnya pergi meninggalkan Indonesia. Rio kecil yang tidak mau ditinggal oleh kakaknya menangis seharian. Dibawa pergi oleh bundanya kemana-mana rio tetap tidak mau berhenti menangis. Sampai ketika bundanya mendapat telpon bahwa pesawat yang ditumpangi oleh suami dan anak perempuannya mengalami kerusakan. Dan harus mendarat darurat di bandara terdekat. Tetapi karena sebuah kesalahan teknis, pesawat tersebut terbalik dan meledak. Sehingga semua penumpang tewas. Termasuk shilla dan ayahnya.
          Bundanya pingsan dan rio kecil hanya bisa menangis melihatnya. Beberapa hari setelah pemakaman. Rio kecil yang dulu ceria,riang dan tidak bisa diam. Berubah 180 derajat. Menjadi rio yang pemurung. Selalu menangis jika ingat dan kangen oleh kakaknya. Hari-hari seperti itu berjalan hingga 4 tahun. Sampai suatu hari rio harus ditinggal bundanya ke Belanda untuk mengurus pekerjaan ayahnya. Rio yang saat itu berumur 8 tahun ditinggal dengan seorang pembantu yang sedang mengandung.
          Rio yang dekat dengan bibinya itu. Hanya mengangguk pasrah saat bundanya pergi.
          Beberapa bulan kemudian pembantu yang mengasuh rio melahirkan seorang bayi perempuan yang begitu lucu dan manis. Rio yang selama tinggal pembantu itu lama-lama dapat merubah sikapnya. Dan saat anak pembantu itu lahir. Rio senang bukan main. Baginya mendapat seorang adik bayi, bisa dijadikan teman jika besar nanti.
          Sekarang bayi kecil itu sudah menjadi seorang anak yang manis dan cantik.

****
          Dihampirinya nova yang sedang bersenandung kecil. Tiba-tiba Rio menaruh dua tangannya di mata nova dan menutupinya. Nova yang kaget karena matanya ditutup langsung beteriak.
          “hua.. ampun pak,mas,adek,kakak,kakek ataupun jin,iblis,setan dan lain-lainnya. Aku nggak nyuri bunga ini kok. Aku sudah minta ijin sama yang punya. Jangan culik aku ya” ucapnya panjang lebar. Yang membuat rio menahan tawa.
          Oleh rio tangannya itu belum dilepas. Lalu dia menjawab ucapan nova tadi.
          “berikan bunga itu ke saya. Kalau tidak akan saya bawa kamu” katanya suara yang dibuat seperti bapak-bapak
          “aduh-aduh pak jangan dong. Ini bunga punya kak io gag boleh diminta sembarangan” balasnya dengan suara bergetar hampir menangis. Nova memang takut jika ada orang yang menutup matanya.
          “serahkan pada saya atau tidak” ucap rio seperti tadi padahal sebenarnya dia sedang menahan tawa.
          “oke-oke saya kasih bunganya. Tapi tolong jangan apa-apain saya”
          “baik. Kamu jalan kearah sana dan taruh bunganya disana” kata rio
          “hmm tapi gimana caranya? Mata saya aja ditutup”
          Dalam hati rio mengutuk kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya dia menyuruh nova untuk jalan. Padahal matanya sedang ditutup olehnya.
          “saya akam menuntun kamu. Cepat jalan” ucap rio sambil mendorong badan nova    
          “gag usah dorong-dorong”
          “sudah cepet jalan. Tidak usah banyak omong”
          Sampai ditempat yang rio mau. Didudukkan nova yang masih ditutup matanya.
          “udah deh kak io gag usah main-main. Gelap nih”ucap nova yang membuat Rio kaget.
          “kok tau?” Tanya rio seraya melepaskan tangannya. Nova mengerjap-ngerjap kan matanya yang habis tertutup.
          “nova udah 12 tahun temenan sama kak io. Nova sudah hapal bau parfum kak io. Bau gel rambut kakak juga” jawab nova
          “ohhh” kata rio pendek
          “kak io ngapain kesini? Mau ke tempat kak ila ya” tebak nova. Rio hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan nova.
          “kok ambil bunga tulip?” Tanya nova lagi
          “pengen aja. Kok nova gag pake kacamata? Udah diperiksa ya matanya?” kata rio mengalihkan pembicaraan. Semenjak tadi pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya. Nova yang nggak pernah lepas dari kacamatanya. Sebenarnya kacamata itu sudah nggak layak pakai. Min-nya sudah bertambah. Tapi nova bilang. Nyaman pakai kacamata itu. Dia masih berusaha nabung. Untuk memeriksakan matanya dan membeli kacamata baru.
          “hmm… kacamatanya patah” ucapnya dengan nada sedikit lirih. Mengatakan itu, membuatnya teringat kejadian waktu MOS 4 hari yang lalu.
          “loh kok bisa?” Tanya rio kaget. Setahunya Nova selalu menjaga agar kacamata satu-satunya itu tidak jatuh atau patah
          “4 hari yang lalu kan Nova MOS. Waktu lagi jalan dikoridor sekolah, aku nabrak kakak kelas. Dia sudah SMA. Nah gara-gara nabrak trus kesandung kakinya. Nova jatuh, eh kacamata nova juga jatuh. Waktu aku mau ngambil. Teman kakak kelas rese itu malah nginjak kacamata Nova. Ya jadi deh patah. Tapi sama ibu sudah di kasih plester kok” kata nova panjang lebar. Dan air matanya hampir jatuh.
          Rio yang melihat. Langsung menaruh jari telunjuknya di mata nova. Menghapus air mata yang hampir jatuh itu.
          “udah gag usah nangis. Kak Io gag suka liat nova nangis” ucap rio seraya tersenyum ke arah nova. “jadi gara-gara itu sekarang Nova gag pake kacamata?” sambung rio.
          “iya. Jadi sudah empat hari ini Nova gag pake kacamata”
          “hmm gimana nanti setelah kakak antar bunda. Nova temanin kak rio ke mall ya. Ada barang yang mau dicari. Mau ya?” tawar Rio sambil berdiri
          “jam berapa kak? Nova hari ini ada pesenan bucket”
          “jam 2 aja deh. Nanti kakak jemput. Oke jelek” kata rio dan berjalan menjauh dari Nova. Sebelum nova memukulnya
          “ahh kak rio. kak rio thu yang jelek” ucap nova sambil menghentak-hentakan kakinya
          “udah deh ngaku aja kalau kamu yang jelek. Ya kan?” kata rio sambil menaik turunkan alisnya
          Setelah itu rio pergi dan mengambil sepedanya. Sebelum menaiki sepedanya. Rio menoleh ke arah nova.
          “ingatnya jam dua nov. kakak jalan dulu. Hati-hati nyebrangnya” ucap rio sambil tersenyum dan melesat ke rumahnya.
          Sampai rumah rio langsung lari ke dalam mengambil kunci mobil. Gara-gara keasikan ngobrol sama nova. Dia telat 10 menit sampai rumah. Dan tentunya kena omel bundanya sebentar.
          Setelah bundanya memberitahu semua kebutuhan rio ke bi yum dan mang diman. Beliau masuk ke dalam mobil. Dan pergi ke bandara bersama rio.
          45 menit kemudian akhirnya mereka sampai ke bandara. Sebelumnya mereka ke makam shilla dan ayah. Sesampai dibandara bunda langsung check in. sementara rio menunggu di ruang tunggu.
          “udah bun?” Tanya rio yang melihat bundanya keluar dari tempat check in.
          “udah kok. Setengah jam lagi berangkat” ucap bundanya seraya duduk di samping rio
          “rio beli minum dulu ya. Haus. Tadi lari-lari” kata rio seraya berdiri
          Bunda hanya mengangguk kecil. Di tatapnya pundak putra laki-lakinya itu yang semakin lama semakin hilang. 2 tahun kedepan, dia akan menetap di Inggris dan meninggalkan putra satu-satunya itu. Putra yang selama ini menjadi penyemangat hidupnya. Setelah kematian dua orang yang disayanginya. Seorang putra yang dulu terpuruk karena ditinggal pergi kakaknya.
          Mengingat kejadian itu, air matanya jatuh. Ada rasa bahagia, karena rio sudah tidak seperti dulu lagi. Ada rasa haru dan sedih, karena harus meninggalkannya sendirian di Indonesia.
          Rio yang sudah kembali cemas melihat bundanya menangis.
          “loh loh. Bunda kenapa? Ada yang ganggu bunda?” Tanya rio cemas sambil celingak-clinguk
          “bunda nggak kenapa-kenapa kok yo. Udah kamu gag usah celingak-celinguk. Diliat orang tuh” kata bundanya sembil meghapus air matanya
          “terus kenapa bunda nangis? Io gag suka bun” ucap rio yang berjongkok didepan bundanya.
          “nggak ada apa-apa kok. Cuma sedih aja ninggalin kamu”
          “rio nggak papa bun. Tahun lalukan rio sudah temanin bunda disana. Sekarang rio kan sudah besar. Jadi bunda gag usah khawatir. Rio bisa jaga diri kok” kata rio panjang lebar
          Sesaat keadaan hening. Asik dengan pemikiran masing-masing. Hingga bundanya memecah keheningan.
          “maafin bunda ya yo” kata bundanya seraya menoleh kearah rio
          “gag usah minta maaf bun. Rio udah tau kok kalau resikonya kayak gini. Asal bunda senang rio juga ikut senang” ucap rio tersenyum
          “makasih ya. Kamu memang anak bunda yang baik” ucap bundanya. Rio hanya tersenyum mendengarnya.
          “nanti disana, bunda jangan nangis ya kalau kangen sama Io. Jangan lupa makan. Jangan kecapean. Jangan kurang tidur. Jangan lupa minum obat kalau maagnya kambuh. Jangan jalan sama om siapa itu namanya. Lupa io. Pokoknya jangan jalan terus sama dia. Terus…” belum selesai rio bicara. Tawa bundanya meledak.
          “rio rio. kamu ini cerewet banget sih. Bunda bisa jaga diri kok. Bunda kan sudah besar” kata bunda menirukan gaya rio tadi
          “ ih fotokopi. Kan nanti kalau bunda nangis. Gag ada yang hampus air matanya” kata rio
          “ada om hany kok” kata bundanya yang masih tertawa
          “eh gag boleh. Gag boleh sentuh-sentuh bunda. Awas aja kalau sampai sentuh-sentuh”
          “iya iya rio sayang. Bunda gag dekat-dekat kok. Tapi kalau jalan aja boleh kan?” kata bundanya sambil memejamkan mata satu.
          “kamu juga. Disini jaga diri baik-baik. Jangan terlalu capek. Ingat waktu kalau sudah latihan. Ingat makan harus 3 kali sehari. Jangan makan chitato terus . kalau bisa minum susu” kata bundanya menasehati
          “kalau susu gag janji. Nanti muka rio yang ganteng ini penuh bentol-bentol. Gag mau” kata rio narsis
          “udah ya. Udah mau take off. Ingat jaga diri baik-baik. Jagain kak shilla sama ayah ya. Bunda berangkat ya” kata bundanya lalu mencium kening rio.
          “bunda hati-hati disana ya. Kalau kangen Io telpon aja. Ato email, ato sms. Rio jagain kak ila sama ayah kok. Tenang aja” kata rio sambil mencium kedua pipi bundanya.
          Setelah itu. Bundanya masuk ke dalam pesawat. Setelah pesawat tinggal landas. Rio kembali keparkiran. Dan pergi ke rumah nova. Sesuai janjinya tadi. Rio mengajak nova ke mall. Dimasukinnya beberapa optic terkenal di mall itu. Tapi nggak ada satu pun yang cocok. Hingga akhirnya tinggal satu optic yang belum dimasukinnya.

****
          Rio dan nova memasuki optic tersebut. Setelah berbincang sebentar dengan pelayannya. Nova dibawa masuk. Sedangkan rio menunggu diluar.
          “gimana mba?” Tanya rio setelah nova keluar
          “3 mas” kata pelayan itu
          “buset ngeri bener. Nova gag pernah periksa sebelumnya?” Tanya rio
          Nova hanya menggeleng. Dia masih bingung, kenapa rio membawanya keluar masuk optic
          “oke deh mba. Tolong carikan yang ringan aja. Dua ya. Yang pink sama putih ganggangnya” kata rio. si mbanya langsung mencarikan apa yang diminta si pembeli
          “emang buat siapa kak?” Tanya nova
          “ya buat kamu lah. Masa kak Io pake kacamata”
          “loh kok buat nova? Disini mahal banget kak” kata nova nggak enak
          “udah nggak papa. Sebagai hadiah aja. Kan kamu mau masuk smp. Nanti kalau gag pake kacamata. Kayak mana kamu belajarnya” kata rio panjang lebar.
          “ini mas. Ini yang terbaru” kata si mba pelayan sambil menyodorkan dua buah kaca mata ke rio
          “dicoba dulu nov” ucap rio sambil memakaikan ke nova
          “gimana cocok?” Tanya rio lagi
          “iya kak” ucap nova senang
          “oke mba saya ambil yang ini saja. Berapa?” kata rio seraya mengambil dompetnya
          Lalu si mba pelayan menyebutkan harga kaca mata itu. Setelah proses jual beli tadi rio mengajak nova ke sebuah toko buku. Ada yang mau dibelinya
          “bentar ya nov. kakak mau cari buku dulu. Kamu cari buku aja dulu ya” kata rio dan meninggalkan nova dideretan komik dan novel.
          “ya ngilang aja tuh orang. Gue kesana aja deh” kata nova berjalan ke arah buku-buku pelajaran. Diambilnya satu buku tentang musik yang sesuai dengan perintah gurunya.
          Dilihatnya harga barcode di buku itu. Mata nova terbelalak melihatnya.
          “buset dah mahal bener. Ini mah sama kayak jual 5 bucket bunga anggrek” kata nova sambil geleng-geleng kepala
          “pinjam di perpus aja deh. Nanti kalau sudah cukup baru beli yang ini” kata nova sambil menaruh buku tersebut
          Rio yang sudah menemukan buku yang dicarinya langsung menghampiri nova. Ditepuknya pundak nova.
          “ada yang dicari nov?” kata rio smabil menepuk pundak nova
          “hantu” kata nova kaget
          “ih seenaknya aja. Kak io ini” kata rio cemberut
          “kakak sih ngagetin. Udah dapat bukunya?” Tanya nova
          “sudah”
          “pendek amat jawabnya. Jangan marah dong kak. Nanti gantengnya ilang” bujuk nova
          “akhirnya kamu ngakuin kalau kak io ganteng. Hahaha” ucap rio sambil tertawa
          “eh gag jadi. Gue tarik pujiannya”
          “west marah dianya. Nanti tambah jelek lo mukanya” goda rio sambil menjawil hidung nova
          “ahh kakak. udah ketemukan bukunya. Pulang yok, gue masih ada pesenan bucket nih”
            “ayo. Bayar dulu. Kamu gag ada yang mau dibeli?” Tanya rio sambil menggandeng tangan nova
          “gag ada. Mahal banget bukunya”
          “emang buku apa?” Tanya rio
          “tuh” jawab nova sambil menunjuk buku yang dipegangnya tadi
          “hmm kamu ke mobil aja duluan. Kakak bayar ini dulu. Oke” kata rio
          Nova tidak menjawab apa-apa. Dia langsung pergi dari toko buku itu dan keparkiran. Sedangkan rio mengambil buku yang ditunjuk nova tadi dan sekaligus membayar buku yang dicarinya.
          Dari mall mereka berdua pulang. Rio mengantarkan nova terlebih dahulu dan memberikan sebuah bungkusan ke nova. Setelah janjian buat berangkat sekolah bareng rio langsung balik kerumahnya.
          Sampai rumah rio mandi, makan, menyiapkan keperluan sekolahnya, telpon bundanya dan tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membingungkan

Kacau. Membingungkan. Semuanya membingungkan. Iya. Aku menghadapinya jadi bingung sendiri. Nggak serta merta merasa senang diber...